“Kita harus ke Alam Iblis untuk mencari Kitab Rahasia Pendekar ini. Apa kalian mau ikut denganku?" tanya Rawindra."Apa kita kembali saja ke Pulau Pedang? Mencari Kitab Rahasia Pendekar ini seperti mencari sesuatu yang sangat mustahil! Belum tentu juga Kitab Rahasia Pendekar ini benar-benar ada, Windra!" saran Adista.“Aku yakin kalau Kitab Rahasia Pendekar ini benar-benar ada. Kalian kembali saja untuk melapor kepada Master Arkantra! Aku akan melanjutkan perjalanan ke Alam Iblis!' seru Rawindra.Sagara hanya menggelengkan kepalanya melihat tekad Rawindra yang pantang menyerah.“Kamu ini sangat keras kepala, Windra! Aku akan ikut denganmu!" sahut Sagara."Aku juga ikut!" sambung Adista."Kenapa kalian ikut denganku menempuh bahaya? Tadi saja hampir kita tewas oleh Raja Raksasa yang salah pengertian dengan kita ... aku tidak tahu bagaimana sambutan yang akan kita dapat di Alam Iblis!" seru Rawindra.“Kami tidak peduli! Kita ini Tiga Sekawan ... tidak boleh terpisahkan sesuai janji kita
"Apa petunjuk dari Aryaloka bisa dipercaya?" tanya Sagara."Aku mempercayainya karena dia jugaa butuh bantuan kita, jadi tidak mungkin dia menyesatkan jalan kita!" sahut Rawindra."Berarti kita menuju ke arah timur seperti yang dikatakan oleh Raja Raksasa itu? Bahaya apa ya yang akan menghadang perjalanan kita nantinya menuju Alam Iblis?" ujar Adista.Gadis ini sebenarnya tidak perlu khawatir dengan perjalanan mereka ini.Perjalanan menuju Alam Iblis seperti tanpa rintangan sama sekali.Alam Raksasa ini seakan bersih dari makhluk-makhluk besar yang pernah hidup di alam ini tapi sudaah musnah sekarang. Tidak ada yang tahu bagaimana banyaknya makhluk di Alam Raksasa ini bisa musnah begitu saja tanpa tersisa sama sekali."Apa makhluk--makhluk besar ini musnah karena perang saudara yang dilakukan oleh raksasa-raksasa ini ya?" tanya Rawindra."Mungkin saja, Windra! Kita hanya melalui tanaman-tanaman yang besar saja di sini, tapi tidak ada makhluk hidup apapun yang kita temui sepanjaang per
Suasana jembatan gantung ini sangat sepi sehingga menambah kecurigaan Tiga Sekawan ini kalau ada sesuatu yang sedang menunggu mereka.“Hati-hati ... kita tidak pernah tahu apa yang akan menunggu kita di atas jembatan gantung ini!” kata Sagara yang paling berhati-hati di antara mereka bertiga.“Kata Aryaloka tadi, ada desa yang cukup menyeramkan yang harus kita lalui setelah melalui jembatan gantung ini. Kalau tidak salah namanya Desa Iblis. Dia memperingatkan kita untuk berhati-hati di desa ini,” ujar Rawindra.“Apa penghuni desa ini iblis semua?” tanya Adista.“Justru kebalikannya. Banyak manusia yang menghuni Desa Iblis ini tapi menganut semacam kepercayaan terhadap makhluk tertentu untuk menjadi pendekar yang kuat!” sahut Rawindra.“Apa mereka memuja iblis yang menghuni Alam Iblis ini?” tanya Adista.“Mungkin juga! Kita harus berhati-hati terhadap mereka ... jangan mudah percaya dengan semua ucapan mereka. Ingat, kita berada di Alam Iblis!” sahut Sagara.“Hahaha ... benar juga kata
Ssst ...Adista memberi isyarat kepada Rawindra dan Sagara agar tidak bersuara karena gadis ini melihat salah satu pendekar keluar dari rumahnya."Jangan bersuara dahulu. Ada satu pendekar yang keluar ke jalanan, mungkin inginn melakukan ritual dengan parasit kabut putih," bisik Adista.Pendekar ini tampak berdiri di tengah jalan sambil merentangkan kedua tangannya seakan sedang menyambut sesuatu yang akan datang padanya.Setelah beberapa saat terdiam di tengah jalanan desa, pendekar ini mulai memanggil kabut putih."Kabut putih, aku mengundangmu untuk bersatu di dalam tubuhku dan memberiku kekuatan yang besar!" seru pendekar yang rupanya memang hendak bergabung dengan parasit di dalam kabut putih sesuai dugaaan Adista.Kabut putih masih belum terlihat tapi pendekar ini sudah yakin kalau kabut putih ini akan datang dan bergabung dengannya."Kita harus menunda dahulu rencana kita untuk keluar, karena ada satu pendekar yang berada di jalanan desa. Kalau kita keluar sekarang, rawan untuk
Tiga Sekawan harus bersembunyi dari warga Desa Iblis yang mengincar pendatang asing. Ada kepercayaan dari warga desa ini untuk menyerahkan pendatang asing kepada penunggu Hutan Angker, bahkan juga kepada makhluk-makhluk ganas dan parasit dari kabut yang sering datang ke Desa Iblis di malam hari."Adista ... kamu yakin aman kalau kita keluar dari Desa Iblis sekarang? Pendekar yang dirasuki parasit masih keliaran, bagaimana kalau dia memergoki kita?" tanya Rawindra."Kalau pendekar ini sudah terinfeksi parasit sempurna maka dia bisa melacak keberadaan kita, Rawindra!" ujar Adista. “Makanya kita harus cepat pergi menjauh darinya!"“Beruntung kamu banyak baca buku kuno, Adista! Kalau tidak, kita tidak akan bisa melewati Desa Iblis ini!” puji Rawindra."Aku sudah muak dengan kondisi Desa Iblis yang kejam ini! Tidak ada satupun warga desa yang berani melawan kabut putih ataupun kabut tebal ini karena dianggap dewa yang melindungi desa ini! Bahkan mereka terus memuja penunggu Hutan Angker. S
Kepulan asap yang tebal akibat tabrakan energi ini memberi kesempatanbagi mereka untuk kabur ke dalam Hutan Angker tanpa kelihatan oleh pendekar parasit maupun warga Desa Iblis.Kalaupun kelihatan, tidak akan ada yang berani untuk menyusul mereka masuk ke dalam Hutan Angker ini.Perjalanan di dalam Hutan Angker lebih sulit daripada yang diduga mereka sebelumnya.Tidak ada jalan setapak yang bisa dilalui oleh Tiga Sekawan ini, seperti yang mereka harapkan.Jalanan di hutan tertutup suluran akar pepohonan besar serta tanaman rambat yang menutupi jalan sehingga Sagara harus membuka jalan di dalam dengan menebas tanaman liar ini menggunakan pedangnya.“Kenapa tidak ada jalan yang terbuka di hutan ini? Apa tidak ada yang pernah melewati hutan ini?” tanya Sagara.“Ada alasannya hutan ini disebut Hutan Angker, Tuan Muda! Penduduk desa tidak akan ada yang berani memasuki Hutan Angker ini?” ujar Adista.“Benar katamu, Adista! Menurutku kita terus saja! Bahaya apa yang bisa menghalangi kita unt
“Aku pernah bertemu pendekar yang kalian cari! Dia yang membantuku saat aku terluka parah di dalam hutan ini, jadi secara tidak langsung aku berhutang budi padanya,” ujar Hantu Iblis.“Kapan itu terjadi?” tanya Rawindra.“Sudah lama sekali kejadian ini, tapi begitu kalian menyebut namanya ... aku teringat lagi pertolongannya.“Apa kamu tahu pendekar ini menuju kemana?” tanya Rawindra.“Setahuku, terakhir dia ada keperluan di Lembah Keramat, tidak jauh dari hutan ini. Kalian tinggal berjalan sedikit saja sudah keluar dari hutan dan lembah ini akan terlihat jelas.”“Ada apa di Lembah Keramat, sampai pendekar Cakrawira pergi ke sana!” kata Rawindra yang sudah tidak sabar untuk segera keluar dari hutan ini.“Aku tidak tahu! Aku tidak banyak tanya karena dia telah menyelamatkanku walaupun dia tidak mengenalku! Kalau kalian bermaksud jahat padanya, maka kalian akan menghadapiku nantinya!” ancam Naga Hitam ini.“Jangan khawatir ... kami tidak bermaksud jahat padanya. Kami hanya ingin bertemu
Lembah Keramat juga terkenal dengan dengan keangkerannya karena banyak cerita yang beredar kalau sebagian lembah ini juga dihuni oleh Pendekar Hantu yaitu Pendekar di masa lalu yang gagal menuntaskan tugasnya memberantas kejahatan karena kelaparan saat menunggu perintah dari kerajaan di lembah ini.Pendekar Hantu ini tinggal di alam mistis Lembah Keramat yang berbeda dengan alam iblisnya.Pendekar Hantu terkena kutukan yang harus mereka terima karena gagal menunaikan tugasnya. Mereka baru bisa bebas jika ada Pendekar Sakti yang meminta bantuan mereka untuk memberantas kejahatan. Itu juga jika Pendekar Terpilih ini membebaskan mereka, tapi jika tidak selamanya mereka akan menjadi budak dari Pendekar ini melayaninya setiap ada pertarungan atau pertempuran melawan kejahatan.Pendekar Hantu tidak bisa dilukai tapi mereka bisa menggunakan pedang tidak kasat mata mereka untuk melukai musuh yang nyata.Pendekar Hantu tampak seperti bayangan kuning emas dengan jubahnya yang sudah robek melamb
Amara yang marah besar langsung berubah menjadi rasa kasihan saat melihat keadaan Shen Long. Tubuhnya kurus kering dan menderita semacam penyakit misterius yang sulit untuk disembuhkan."Kaisar Agung benar-benar menghukum berat Kaisar Naga yang gagal memenuhi perintahnya. Ada sebabnya Shen Long memberikan Kitab Jari sakti dan Pedang Naga Api ... itu semua atas perintah ayahmu, Amara."Aisya baru menjelaskan kondisi yang sebenarnya saat mereka menemui Shen Long yang lumpuh dan tidak mampu untuk bergerak sama sekali."Sadis sekali Kaisar Agung itu ... kenapa dia memburuku, Aisya?" tanya Rawindra."Aku tidak tahu, Windra ... semua itu ada hubungannya dengan masa lalumu yang terlupakan! Aku hanya diperintahkan ke Kota Pendekar ini untuk menahanmu tinggal di sini sampai ayah datang menemuimu, tapi aku tahu kalau Kaisar Agung berniat jahat padamu sehingga aku harus melanggar perintah ayah!" sahut Aisya."Lebih baik kita segera pergi dari Alam Lelembut ini, Windra ... Kaisar Agung masih membu
"Begini Aisya ... aku dan Windra sudah memutuskan akan mengajakmu untuk pergi bersama ke Alam Manusia. Apa kamu berminat untuk pergi bersama kami?" tanya Amara.Aisya menaikkan sedikit bibirnya dengan dahinya yang berkerut seolah sedang berusaha mencerna ucapan Amara. "Aku tidak mengerti maksudmu, Amara! Untuk apa aku ikut dengan kalian? Bukankah kalian ini pasangan suami-istri?" ujarnya."Benar, Aisya ... kamu masih belum mengerti juga? Apa kamu benar-benar mencintai Windra?" tanya Iblis Amara sekali lagi dengan tegas."HAH!"Aisya benar-benar tidak mengerti maksud pembicaraan dari Iblis Amara. Hal ini membuat kesal Amara."Ya sudah kalau tidak mau ikut! Aku hanya tidak ingin Windra menyesal telah meninggalkanmu di Kota Pendekar ini. Kemungkinan kecil untuk Windra kembali lagi ke Alam Iblis ini walaupun dia menginginkannya," ujar Iblis Amara."Apa sebenarnya maksudmu, Amara? Jangan bertele-tele dan membingungkan ... langsung saja ke pokok permasalahan!" tegur Aisya."Hufh! Baiklah, a
Gadis yang barusan datang ini sangat cantik dan anggun sekali. Walaupun wajahnya cantik jelita, tapi ketegasannya membuat anak buahnya takut terhadapnya."Nona ... gembel-gembel ini telah berani mengacau di tempat Nona! Seharusnya kita tidak memberi ampun terhadap mereka!" seru salah satu penjaga gerbang Balai Lelang ini.PLAAAK!Sebuah tamparan keras diterima oleh penjaga pintu gerbang ini. "Siapa lagi yang berani mengatakan tamu kita ini, gembel?" hardik gadis cantik ini.Peri Houri dan Roh Athalia dibuat bingung oleh sikap gadis muda yang cantik ini, tapi tidak demikian dengan Iblis Amara."Aisya ... kamu tambah cantik saja! Windra pasti semakin terpikat olehmu!" seru Iblis Amara.Sikap bersahabat Iblis Amara membuat peri Houri dan Roh Athalia keheranan. Hal yang sama juga dialami oleh penjaga gerbang Balai Lelang."Kalian semua memang pantas dipecat! Sudah bertemu Tuan Besar kalian, masih saja tidak memberi salam hormat dan minta maaf!" teriak Aisya kepada belasan penjaga gerbang
Kota Pendekar begitu megahnya saat Rawindra bersama istri dan sahabat naga-nya tiba di kota yang telah mengalami perubahan besar ini.Tidak ada bekas ledakan dan kejadian besar yang menewaskan setengah penduduk Kota Pendekar ini. Kota ini seakan tidak pernah terusik oleh kejadian besar apapun.Tidak ada lagi pembagian distrik seperti sebelumnya, bahkan tidak ada lagi penjaga di perbatasan kota ini. Semua penghuni Alam Lelembut bebas untuk keluar-masuk Kota Pendekar tanpa perlu melalui gerbang pemeriksaan seperti sebelumnya."Wah! Siapa yang membangun kembali Kota Pendekar ini? Sangat indah sekali!" kata Rawindra yang takjub dengan bangunan-bangunan baru yang sanggup dibangun dalam waktu yang cukup singkat."Apa Kak Shen Long masih memerintah di Kota Pendekar ya?" tanya Iblis Amara. Dewi Iblis ini menyinggung tentang kaisar Naga yang sebenarnya menjadi sumber masalah kehancuran Kota Pendekar dengan menyerahkan Kitab Jari Sakti dan Pedang Naga Api kepada dirinya dan Amara."Kaisar Naga,
Kemampuan Rawindra yang sudah mencapai tingkat tertinggi dalam ilmu pendekar, kultivasi, dan magis membuatnya tanpa kesulitan membuka kunci ingatan yang telah disegel oleh kekuatan magis Iblis Mikaela.Wajah Rawindra yang awalnya tampak tenang mulai terlihat pucat pasi dengan wajah yang penuh kepanikan saat berusaha mengingat kejadian masa lalunya bersama Iblis Mikaela.Berbagai kilasan kejadian masa lalu yang terus lalu lalang dalam ingatannya ini membuat Rawindra terkejut sekaligus bingung dengan kejadian yang awalnya sama sekali tidak diingatnya sama sekali ini."Kenapa, Kaela? Kenapa kau lakukan ini?" ujar Rawindra dengan wajah penuh penyesalan."Apa Ryder sudah ingat semua kejadian bersama Ryder Mikaela?" tanya Naga Hitam."Apa yang telah terjadi, Windra?" tanya Iblis Amara yang baru pertama kali melihat kepanikan dalam diri Rawindra. Dia tidak mengerti apa yang telah terjadi, tapi perasaannya sebagai wanita mengatakan kalau telah terjadi sesuatu antara Rawindra dengan Mikaela ya
Belum sempat Dewa Iblis membalas ucapan Iblis Rawindra, tiba-tiba terasa sesuatu yang dingin menerpa lehernya.CLASH!Satu tebasan dari Pedang Iblis Api mengakhiri hidup Dewa Iblis untuk selama-lamanya. Iblis Rawindra benar-benar membuat Dewa Bodhisatva tidak akan mampu lagi untuk inkarnasi ataupun reinkarnasi dengan kemampuan Immortal-nya.Walaupun Pedang ini berkobar api tapi bisa terasa dingin di leher Dewa Iblis,yang menunjukkan kehebatan Iblis Rawindra untuk mengendalikan elemental api sesuai keinginannya.Roh Kultivasi di dalam diri Dewa Bodhisatva ini turut dihancurkan oleh kekuatan Iblis Rawindra, sehingga tidak akan lahir lagi Dewa Bodhisatva baru hasil inkarnasi dan reinkarnasinya.Roh Dewa Bodhisatva juga turut hancur karena setelah menebaskan Pedang Iblis Api pada bagian leher Dewa Bodhisatva, Iblis Rawindra juga menusukkan Pedang Iblis Petir ke dalam tubuh Dewa Iblis untuk menghancurkan semua spirit dan kemampuan spiritual yang terdapat di dalam tubuhnya.Mata Dewa Iblis
Dewa Bodhisatva tetap memandang angkuh ke arah Rawindra. Dia tidak gentar sedikit pun terhadap Pendekar Tangan Satu ini."HA-HA-HA! Kamu belum lihat kemampuanku yang sebenarnya, Tangan Satu!" serunya dengan penuh keangkuhan."Kemampuan apalagi yang kamu miliki, Bodhisatva? Kamu tidak ubahnya seperti penjahat yang menyamar menjadi dewa ... haus kekuasaan dengan menghabisi dewa lainnya!" hasut Rawindra.Dewa Bodhisatva tidak menjawab pertanyaan Rawindra, tapi tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat. "Aku telah mempelajari Kultivasi Kegelapan yang membuatku bisa beruba wujud menjadi Dewa Iblis yang tak terkalahkan!" serunya.Aura hitam yang keluar dari dalam tubuh Dewa Bodhisatva ini membungkus tubuhnya dengan rapat sampai wujudnya tidak kelihatan lagi."Bersiaplah untuk mati, Tangan Satu!" Hanya terdengar suara sombong dari Dewa Bodhisatva saat tubuhnya terbungkus habis oleh aura hitam yang juga melindunginya dari serangan lawan apabila Rawindra memutuskan untuk menyerangnya.Namun, Pendekar
Peri Houri langsung mengeluarkan jurus pamungkasnya yaitu 8 Jurus Peri Iblis untuk satu tujuan, yaitu menghabisi Roh Shivya agar tidak mengacau lagi di Alam Lelembut."Peri Iblis Pemusnah!"Peri Iblis Pemusnah memiliki daya magis yang tinggi karena rata-rata peri iblis mempelajari ilmu sihir untuk jurus bela diri mereka. Sesuai namanya, serangan ini akan memusnahkan apa saja yang tersentuh oleh aura magis yang berwarna hitam.Roh Shivya juga menyadari situasi ini sehingga dia berusaha untuk melawan Peri Houri juga dengan jurus terkuatnya."Roh Tanpa Jiwa!"Tubuh Roh Shivya seakan membelah diri menjadi beberapa sosok roh yang menyerupai Roh Shivya. Seluruh Roh Shivya ini maju menyerang Peri Houri yang terus menerus mengeluarkan aura hitam pemusnah ini.Menyadari serangan yang berbahaya dari beberapa Roh Shivya ini, Peri Houri mulai mengeluarkan jurus kedua. "Peri Dewa Abadi!"Teknik bela diri yang menitik beratkan pada pertahanan ini membuat Peri Houri diselubungi lingkaran bola cahaya
# Peri Houri vs Roh Shivya # Roh Shivya bergerak dengan cepatnya bagaikan melayang cepat di angkasa menuju ke daratan. Phoenix Hitam yang berusaha menerjang Roh Shivya ini hanya mengenai tempat kosong saja karena gesitnya pergerakan roh ini."Aku menantangmu pertarungan satu lawan satu, Peri! Kalau kau berani, silahkan turun ke sini untuk bertarung denganku ... bukannya mengandalkan Black Phoenix bodohmu itu!" seru Roh Shivya.Peri Houri masih berada di atas Black Phoenix, lagi memikirkan tantangan dari Roh Shivya ini apakah pantas diladeni atau tidak."Sudah kalah, masih bertingkah! Kamu memang harus dihajar, Shivya!" sahut Peri Houri."Hihihi ... kalau berani turun ke sini! Jangan suruh burung hitam itu terus memburuku!" tantang Roh Shivya lagi.Peri Houri tahu kalau Roh Shivya sudah berada di ujung tanduk. Hanya mengandalkan Black Phoenix maka lambat laun dia akan dikalahkan karena Rajawali Hitam yang menyertainya kini sudah menghilang dan meninggalkannya sendirian."Menyerah sa