“Jadi, menurut informasi yang ketua dapatkan, Kitab Rahasia Pendekar ada di dalam Devil Forest?” tanya Rawindra.“Benar sekali! Informasi ini tidak mungkin salah!” tegas Sang Kultivator. “Tepatnya di Lembah Air Terjun yaang berada di ujung Hutan Iblis ini!”“Aku harus memasuki Devil Forest kalau begitu! Jangan beritahukan masalah ini kepada Sagara dan Adista ... aku tidak ingin mereka ikut celaka.”"Kamu ingin pergi sekarang?" tanya Sang Kultivator."Benar, ketua ... biar mereka menyangka aku masih belajar kultivasi dengan ketua!" sahut Rawindra."Kamu harus hati-hati Rawindra kalau kamu sudah sampai di Devil Forest!" seru Sang Kultivator."Bagaimana aku bisa tahu kalau hutan yang aku masuki adalah Devil Forest?" tanya Rawindra."Kalau kamu menemukan hutan yang suram yang pepohonannya seperti pohon mati berarti kamu sudah tiba di Devil Forest! Selalu nyalakan pedang apimu agar tidak disergap makhluk-makhluk buas yang berdiam di Hutan Iblis ini!" saran Sang Kultivator yang menyerahkan
"AWAS!"Sebuah teriakan yang lantang dan melengking tinggi menyadarkan Rawindra akan bahaya di belakangnya.Refleks Rawindra menjatuhkan diri yang membuat terkaman makhluk iblis ini hanya mengenai tempat kosong.Sebuah bayangan hijau langsung melesat dari arah Lembah Air Terjun dan menendang makhluk iblis ini jauh-jauh.WUUUSSSH!BUUUK!Rawindra masih belum mengetahui sosok bayangan hijau ini apakah orang baik atau makhluk yang sama jahatnya dengan makhluk iblis tadi.Tapi mengingat bayangan hijau ini menolongnya dan bisa bersuara, berarti dia adalah manusia seperti dirinya."Tetap berada di bawah!" teriak bayangan hijau ini.Rawindra menuruti perintah bayangan hijau ini, karena makhluk iblis ini masih berkeliaran.Terdengar suara desiran angin yang timbul akibat cepatnya bayangan hijau ini bergerak mengejar makhluk iblis ini."Apa makhluk iblis ini sudah pergi ya?" pikir Rawindra sambil berusaha bangkit dari posisi tengkurapnya.Swiiing!Wuuusssh!Baru saja Rawindra hendak bangkit, s
“Kenapa Sang Kultivator mengincar Kitab Seribu Kultivasi? Apa isi kitab ini sebenarnya?” tanya Rawindra yang penasaran hatinya.“Kitab ini ditulis oleh Sang Immortal yang sangat terkenal itu. Apa kamu pernah mendengarnya?” tanya Yesha.Mereka sudah berada di dekat air terjun setelah menuruni lembah yang terjal dengan susah payah, apalagi buat Rawindra yang hanya mengandalkan tangan kanannya.“Pantas Sang Kultivator banyak tahu tentang Sang Immortal. Ternyata dia mengincar Kitab Seribu Kultivasi yang dtulis oleh Sang Immortal ini,” ujar Rawindra.“Benar sekali! Tempatku ada di balik air terjun ini!” kata Yesha yang sudah masuk ke dalam celah di balik air terjun.“Kamu ini sebenarnya siapa, Yesha? Kenapa Sang Kultivator mengincarmu? Apa hanya karena dia menginginkan Kitab Seribu Kultivasi ini?” tanya Rawindra.“Belum saatnya kamu mengetahuinya, Rawindra! Kita harus cari cara untuk mengembalikan dirimu ke Kota Kultivator tanpa harus melalui Hutan Iblis!” sahut Yesha.Setelah melalui goa
Anehnya, tidak ada malam hari di Lembah Air Terjun ini.Suasana alam akan tetap terang baik siang ataupun malam.Perbedaannya hanyalah pada saat siang akan terasa lebih panas, sedangkan pada malam hari akan terasa dingin sekali udaranya.Yesha juga membangun pancuran air alami yang airnya terus mengalir dari atas pegunungan yang terdapat di lembah ini.Setelah menyegarkan diri dengan air pegunungan, Rawindra disuguhi sup panas yang khusus dibuatkan untuknya.“Sup ini mengandung ginseng dan beberapa tanaman herbal yang bagus untuk staminamu!” kata Yesha sambil tersenyum.“Kamu juga minum biar tambah kuat staminamu!” kata Rawindra sambil menyuapkan sup ini ke mulut Yesha.“Masih ada sisa sup untukku, tapi tidak apa-apa deh disuapin kayak begini!’ ujar Yesha.“Ternyata sup ini rahasia kekuatan staminamu yang luar biasa itu?” tanya Rawindra.“Hihihi ... sok tahu kamu!” sahut Yesha sambil tersenyum.“Kamu tinggal sendirian di sini?” tanya Rawindra.“Aku harus menjaga Kitab Seribu Kultivasi
Rawindra yang kembali tanpa hasil sangat mengecewakan Sang Kultivator yang sangat berharap pemuda ini berhasil menemukan gadis yang menyimpan Kitab Seribu Kultivasi.“Tidak ada Kitab Rahasia Pendekar, ketua! Hanya ada makhluk jahat di Devil Forest!” ujar Rawindra melaporkan hasil temuannya di Hutan Iblis ini.“Kamu tidak bertemu orang yang menyimpan Kitab Rahasia Pendekar ini di Lembah Air Terjun?” tanya Sang Kultivator penasaran.“Aku baru tahu kalau ada orang yang menympan Kitab Rahasia Pendekar, ketua? Tapi, aku tidak menemukan siapa pun di sana!” sahut Rawindra. “Aku harus segera kembali karena banyak sekali makhluk jahat di sana! Kenapa masih banyak sekali makhluk jahat di Hutan Iblis itu ya, ketua?”“Aneh juga ya? Informasi yang kuterima ini seharusnya benar kalau Kitab Rahasia Pendekar ada di sana!” ujar Sang Kultivator. “Apa tidak ada yang muncul membantumu mengatasi makhluk-makhluk jahat ini?”“Tidak ada siapa pun, ketua! Hanya makhluk-makhluk jahat penghuni Devil Forest yang
Gerakan Tiga Sekawan yang lincah lagi-lagi menggagalkan rencana Raja Raksasa untuk menangkap mereka. “Kalian menyingkir saja dahulu, biar aku yang mengatasi Raja Raksasa ini!” seru Rawindra. “Kamu yakin dengan keputusanmu, Windra?” tanya Sagara yang menganggap sahabatnya ini sudah mulai gila untuk melawan Raja Raksasa seorang diri. “Tenang saja, Kak Sagara! Aku tahu apa yang akan kulakukan terhadap Raja Raksasa ini!” sahut Rawindra dengan tenang. Terlihat perubahan yang drastis pada diri Rawindra sejak dia kembali dari Devil Forest. Pembawaan dirinya lebih tenang dalam menghadapi masalah. Sikap pendekarnya terlihat jelas dengan pantang menyerah. Sagara akhirnya menyerah dengan keputusan Rawindra. Dia mengajak Adista menjauh dari tempat pertarungan ini. “Apa Windra akan baik-baik saja, Tuan Muda?” tanya Adista. “Aku tidak tahu! Dia menjadi lebih agresif dan agak gila menurutku sejak dia kembali dari belajar kultivasi dari Sang Kultivator!” sahut Sagara. “Apa yang sebenarnya ter
Raja Raksasa lama sekali tumbang dan tidak sadarkan diri oleh serangan Rawindra ini.“Kamu mengalahkan Raja Raksasa?” tanya Adista dengan takjub saat mendekati Rawindra.“Bagaimana kalau dia sadar kembali, Windra?” tanya Sagara.“Biarkan saja, Kak Sagara! Apabila raksasa sudah kalah tiga kali maka mereka tidak akan melawan lagi!” sahut Rawindra.“Kamu yakin, Windra? Bagaimana kalau dia tiba-tiba bangun terus memakan kita?” tanya Sagara.“Aku jamin, Kak Sagara! Seyakinnya aku saat tahu kalau raksasa takut dengan api!” ujar Rawindra.“Jadi ... api yang mengalahkan Raja Raksasa ini hingga pingsan?” tanya Sagara.“Benar sekali! Ketakutan terhadap api mengalahkan rasa sakit akibat pukulan ataupun hal lainnya!” jelas Rawindra.“Kamu tahu dari mana semua tentang raksasa ini?” tanya Adista yang bingung dengan kecerdasan Rawindra yang belum pernah ditunjukkannya selama ini.“Kakek sering cerita padaku tentang raksasa saat aku kecil, jadi aku masih ingat beberapa cerita dari kakek yang ternyata
“Perang saudara yang terjadi memang membuat banyak raksasa yang tewas sia-sia untuk tujuan yang tidak pasti. Tapi masih tersisa banyak raksasa di alam ini, hanya saja semua raksasa di negeri ini harus melayani pemimpin baru di negeri ini yang disebut Great Supreme.“Siapa itu, Great Supreme?” tanya Rawindra.“Manusia yang awalnya kelihatan baik sehingga kami terima di dalam lingkungan kami, tapi manusia ini mempunyai niat jahat terhadap bangsa raksasa. Merasa elemental chi banyak tersebar di alam ini, manusia ini melakukan sesuatu yang membuatnya menjadi hebat seperti sekarang. Dia membiarkanku tetap berkuasa di istana raksasa yang hanya tinggal diriku saja! Itu membuat dirinya senang, sementara raksasa lainnya harus melayaninya dengan menjadi pasukannya.”“Kenapa dia lakukan itu? Apa yang direncanakan Great Supreme dengan membiarkanmu sendirian di sini?” tanya Rawindra yang semakin heran dengan kejadian aneh ini.“Saat dia datang ke Negeri Raksasa ini, dia merupakan pemuda yang sanga