Share

72. Kabut Hitam

Sagara dan Adista tampak tidak terlalu mempedulikan kecurigaan Rawindra.

“Ayuk! Kita keluar dan nikmati makanannya!” ajak Adista.

“Apa kalian ini tidak curiga sama sekali? Bagaimana kalau makanannya sudah diberi ramuan yang bisa membuat kita tidak sadarkan diri?” tanya Rawindra.

“Kenapa sih kamu ini terus curiga terhadap Sang Kultivator?’ tanya Sagara.

“Kita ini bukan siapa-siapa, Kak Sagara ... kenapa Sang Kultivaator memberi kita fasilitas yang begitu mewah? Apa yang sedang direncanakan olehnya?” tanya Rawindra.

“Kalau dia ingin membunuh kita, kenapa harus dengan susah payah memberikan kita fasilitas mewah seperti ini? Dia bisa saja membunuh kita tadi, tapi tidak dilakukannya! Mungkin memang Sang Kultivator ini adalah orang yang baik hati!” sahut Sagara.

“Tuan Muda benar, Windra! Kita nikmati saja dahulu fasilitas yang diberikan oleh Sang Kultivator. Besok kita tanyakan padanya, bagaimana menurutmu?” saran Adista untuk menenangkan hati Rawindra.

Hati pemuda ini masih belum tenang, t
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status