“Besok pagi sebelum pulang kita belanja seserahan buat kamu dulu.” Ghazanvar berjalan mendekat sambil mengenakan kaosnya.
Naraya bisa melihat otot di dada Ghazanvar, seketika tubuh Naraya memanas mengingat mereka tidur di kamar yang sama.Sepertinya bulan madu datang terlalu cepat.“Iya,” kata Naraya dari sofa tempatnya duduk.Dia terus menarik kerah gaun tidur yang terlalu seksi sebab mengekspose belahan dadanya.Alex yang membelikannya, sekretaris Ghazanvar itu juga membelikan Naraya pakaian dalam yang pas dengan ukurannya tapi selera pria itu buruk dalam memilih gaun tidur karena modelnya semi lingery.Buruk bagi Naraya tapi bagus Ghazanvar dan tolong ingatkan Ghazanvar untuk memberikan bonus besar kepada pria itu diakhir tahun nanti.Ghazanvar menjatuhkan bokongnya tepat di samping Naraya, pria itu tampak segar dan sudah pasti tampan.“Bang ….” Naraya melirih.“Ya?” Ghazanvar mengaGhazanvar harus menahan dirinya lagi karena Naraya yang tengah terlelap dalam pelukan pria itu tidak sadar kalau dadanya terekspose karena kerah di bagian gaun tidurnya sobek akibat ulah Ghazanvar.Perlahan Ghazanvar merapihkan kerah gaun tidur Naraya agar menutupi dadanya yang padat dan sintal.Ghazanvar sudah banyak menikmati bagian menyembul di dada seorang perempuan tapi baru Naraya—yang dia rasakan secara sadar—bagian menyembul di dadanya yang terasa paling padat tapi kenyal dan tidak turun, mungkin karena masih perawan dan belum terjamah pria manapun.Ghazanvar bangga sekali menjadi yang pertama.Pria itu memberi jarak sedikit pada tubuh mereka sehingga dapat melihat wajah cantik Naraya yang sedang terlelap.Bibirnya mingkem malah ada sedikit senyum di sana.Sedang tidur saja Naraya cantik sekali, mungkin bidadari akan insecure bila disandingkan dengan Naraya.Ghazanvar akui kalau Naraya memang secantik itu, tapi apakah dia telah mencintai Naraya?Tangan Ghazanvar terulur menghe
Naraya dan Ghazanvar serta Alex di drop di depan pintu utama area perbelanjaan.Tempatnya seperti sebuah kota kecil bukan gedung mall tapi di sana terdapat butik-butik dari merek ternama dunia.Ghazanvar yang biasa menggenggam tangan Naraya ketika sedang berjalan pun mencoba meraih tangan Naraya dan lagi-lagi segera dihempaskan oleh tunangannya yang sedang merajuk itu.Akhirnya Ghazanvar mengalah, membiarkan Naraya sampai puas merajuk.Tapi pria itu tetap di samping Naraya mengikuti Alex masuk ke sebuah butik branded ternama dunia yang terkenal dengan tasnya.“Kamu mau tas yang mana?” Ghazanvar bertanya pada Naraya yang bukannya memilih malah duduk di sofa berbentuk awan di tengah butik.“Terserah ….” Naraya menjawab malas-malasan, melipat tangan di dada sambil mengarahkan pandangannya ke mana pun asal tidak menatap Ghazanvar.“Oke,” kata Ghazanvar lantas meninggalkan Naraya.“Saya mau semua model tas yang dijual di toko ini,” kata Ghazanvar kepada salah satu pelayan toko yang memakai
“Tumben beberapa hari ini kamu bisa latihan, enggak ke rumah Nay?” Pertanyaan dari Radeva itu terlontar setelah mereka bertiga masuk ke dalam ruang ganti.Ketiganya baru saja melakukan latihan rutin menembak dan mengasah ilmu beladiri dengan tangan kosong. “Iya, tumben banget … biasanya balik gawe langsung ke rumah Nay.” Anasera menimpali sambil membuka sarung tangan, sebenarnya dia sedang bersarkasme.“Nay lagi ngambek, gara-gara gue ajakin petting.” *Petting adalah aktifitas seksual tanpa penetrasi.“Oh ya?” Radeva tersenyum lebar, tatap matanya seolah menagih Ghazanvar bercerita lebih banyak lagi.“Weekend kemarin itu aku ajak Nay ke Paris buat foto prewed … terus sengaja donk booking satu kamar aja biar bisa bobo bareng … si Alex sialan malah beliin gaun tidur semi lingery buat Nay … kita memang enggak bawa baju dari Jakarta, kebetulan memang ngedadak ngajakin Nay ke Paris, kalau diskusi dulu pasti dia enggak akan mau … ya terpancing lah hasrat aku yang sudah hampir satu bulan e
“Abaaaang! Udaaaah ….” Akhirnya Naraya turun dari dalam mobil setelah mengumpulkan keberaniannya.Dia memeluk Ghazanvar, mendorong tubuh pria itu menggunakan dadanya agar mundur dan berhenti menghajar Khafi yang telah babak belur.“Kamu selingkuh, Nay! Padahal weekend ini kita mau nikah! Aku pikir kamu perempuan terhormat tapi kamu—“Plak!Naraya menampar Ghazanvar tetap di pipi yang sudut bibirnya sobek akibat hantaman kepalan tangan Khafi.Napas gadis itu memburu sambil berlinang air mata.“Nay enggak selingkuh … kenapa sih Abang enggak tanya Nay dulu? Kenapa enggak denger penjelasan Nay dulu?” Naraya berujar serak disela isak tangis.Sementara itu Khafi yang babak belur dan tersungkur di aspal dibantu Anasera untuk berdiri.“Abang jahat! Nay benci Abang!” Naraya berseru lantang lantas membalikan badan hendak menghampiri Khafi namun Ghazanvar menarik tangannya.“Nay!” “Lepasin!” Naraya meronta dan bersamaan dengan itu mobil Poisi datang.Seorang Polisi turun menghampiri mereka.“Ik
Diskusi dengan pihak Kepolisian dan Khafi serta kedua orang tua Khafi berakhir dengan jalan damai.Papi Arkana meminta maaf kepada kedua orang tua Khafi dan berjanji akan memberikan sumbangan dengan nilai yang besar untuk Yayasan kampus Naraya.Tapi sebelumnya papi meminta Ghazanvar meminta maaf kepada Khafi yang langsung dituruti pria itu tapi tidak dari hati.Dengan berani, Ghazanvar juga meminta maaf kepada kedua orang tua Khafi agar urusan mereka di kantor Polisi segera selesai.Bagi Ghazanvar lebih mudah minta maaf dari pada minta ijin.Mami Zara meminta petugas medis datang ke kantor Polisi menggunakan mobil ambulance untuk membawa Khafi ke rumah sakit tapi Khafi menolak dan hanya bersedia diobati oleh petugas medis menggunakan obat-obatan yang tersedia di mobil ambulan saja.“Mas Khafi, Nay minta maaf ya.” Naraya menghampiri Khafi yang sedang diobati memar diwajahnya.“Enggak apa-apa, Nay.” Khafi mengatakannya dengan ekspresi masih kesal kepada Ghazanvar.Naraya berdiri menatap
Di kantor Polisi tadi Ghazanvar belum meminta maaf dengan benar kepada Naraya.Sebelum hari pernikahan yang hanya tinggal dua hari lagi, Naraya dan Ghazanvar memang harus banyak bicara untuk meyakinkan apakah pernikahan ini perlu dilanjutkan atau tidak.Naraya sendiri tidak meronta lagi, dia pasrah saat Ghazanvar membawanya ke kamar milik pria itu.Memangnya apa yang akan dilakukan Ghazanvar pada Naraya di rumah orang tuanya?Justru Naraya tenang karena mami papi pasti akan menjaganya.Langkah Ghazanvar yang berada di depan Naraya berhenti di sebuah pintu.Pria itu mendorongnya dan mereka di sambut oleh nyala lampu.Seekor kucing melompat ke kaki Naraya membuatnya terkejut.“Aaaarrghh … kuciiiing!” Naraya melompat-lompat sampai akhirnya tanpa sadar dia naik ke atas gendongan Ghazanvar seperti Baby Koala.Smirk di bibir Ghazanvar muncul, akhirnya dia bisa memeluk Naraya meski harus dengan cara menggendongnya.“Meeeeong …..” makhluk berbulu yang lucu itu bersuara.“Kamu takut kucing?” G
“Mami … kayanya Nay batalin aja ya pernikahan Nay sama Abang, Nay takut dipukul Abang setelah Nay nikah sama Abang nanti ….” Naraya akhirnya berani mengungkapkan apa yang ada dibenaknya langsung kepada mami Zara dan papi Arkana saat sarapan pagi di depan keempat adik Ghazanvar.Ghazanvar yang duduk di samping Naraya langsung menoleh dramatis.Dia pikir sewaktu tadi malam Naraya mengatakan hal yang sama kepadanya hanyalah sebuah ancaman belaka.“Nay … jangan gitu donk, aku minta maaf ….” Ghazanvar memohon.“Ternyata Abang kasar ….” Naraya bergumam, pandangannya tertuju pada piring yang dia aduk-aduk menggunakan sendok tidak berselera.“Tapi hati Abang sebenarnya baik, kok Nay!” Aruna buka suara.“Abang juga penyayang, Nay!” Arnawarma menambahkan.“Paling perhatian di seluruh keluarga Gunadhya.” Reyzio menimpali.“Dia juga setia lho, Nay.” Narashima sedang berdusta.Adik ketiga Ghazanvar itu tahu kelakuan Ghazanvar yang sering membayar wanita untuk menjadi tempat pelampiasan ha
Naraya, Afifah dan Anggit sedang duduk di kantin menunggu Ghazanvar menjemput.Dua sahabat Naraya itu telah terinfo mengenai tragedi malam tadi yang membuat Khafi babak belur.Itu pun karena Afifah bertemu Khafi dalam kondisi wajah memar lalu dia membahasnya dengan Naraya yang kemudian menjelaskan apa yang terjadi.Naraya juga memberitahu mereka kalau dia sempat ingin membatalkan pernikahannya dengan Ganzanvar.“Wajar lah Ghaza cemburu, dia ‘kan enggak tanu siapa mas Khafi.” Anggit membela Ghazanvar.“Tapi enggak dengan cara kekerasan juga lah, Git.” Afifah ternyata tidak suka mengetahui Ghazanvar yang kasar.“Namanya juga anak muda ….” Anggit tetap membela Ghazanvar.“Mungkin ke depannya kamu harus sering jujur dan cerita tentang siapa-siapa cowok yang deket sama kamu.” Afifah memberi saran.“Seenggaknya, cemburunya Ghaza itu menunjukkan kalau dia mencintai kamu.” Anggit menyalurkan pikiran positif membuat hati Naraya percaya kalau Ghazanvar memang telah mencintainya.Tidak