Dalam beberapa hari terakhir, banyak sekali hal yang telah dilakukan suamiku. Mulai dari mendirikan tim penangkap ikan, mengambil alih jabatan kepala desa, mengadakan rapat dengan warga desa, membuka kantin, dan mendirikan tim pembuat sabun.Dia telah menggunakan cara-cara untuk mendapatkan dukungan rakyat dan telah menunjukkan kualitas kepemimpinan yang luar biasa. Bagaimana seorang kutu buku yang hanya tahu teori bisa dibandingkan dengan semua itu?Namun, Wira malah menginterupsi, "Wulan, apa yang dikatakan kakakmu memang benar. Mereka semua lebih unggul daripada aku! Aku hanya seorang pelajar desa yang kecil, tidak bisa dibandingkan dengan mereka."Mahendra dengan bangga mengangkat kepalanya, "Dik Wulan, lihatlah, untung saja dia tahu diri!""Sudah belajar selama ini kamu masih belum mengerti arti 'lapang dada'?"Wulan berkata dengan wajah serius, "Selain itu, tolong panggil namaku, jangan lagi memanggilku 'adik', kita tidak sedekat itu."Wajah Mahendra memerah, lalu menjadi pucat.
Wira tidak tahan lagi, dia langsung memaki, "Atas dasar apa kamu mewakiliku? Kalau di zaman kuno, ada anak yang masuk ke kemiliteran untuk menggantikan ayah mereka dan melunasi utang ayah. Kalau kamu mau mewakiliku minta maaf, bagaimana kalau kamu bersujud padaku dan memanggilku ayah?"Mahendra marah besar, "Kamu!"Tuan Indra tersenyum ringan, "Tuan Harsa, orang ini cukup menarik. Kamu tidak mau memperkenalkannya?"Sebagai orang yang sudah lama berkecimpung dalam dunia politik, Indra sangat jelas bahwa Mahendra sedang mencari kesempatan untuk menghina orang.Indra sendiri juga tidak menyukai perilaku orang yang menghina dan memuja seseorang secara berlebihan."Orang ini ... haeh!"Setelah melirik Wira, Harsa menggelengkan kepala. Dia tidak bisa mengucapkan kata "adik ipar" secara terang-terangan.Mahendra melanjutkan, "Tuan Indra, dia ini seorang pemalas. Dia tidak masuk sekolah selama tiga tahun dan menghabiskan semua harta keluarganya. Baru-baru ini, dia bahkan menggadaikan istrinya,
Tuan Indra mengarahkan pandangannya kembali kepada Wira, "Anak Muda, mari kita bicara tentang hal lain!""Sepertinya, kalau aku tidak mengatakan sesuatu hari ini, Tuan Indra tidak akan membiarkanku pergi!"Wira berkata dengan putus asa, "Aku memang tidak mengerti tentang pajak, tapi aku bisa membahas tentang menghasilkan uang!""Menghasilkan uang!" Tatapan Tuan Indra menjadi berbinar ketika berkata, "Silakan ceritakan!"Mengumpulkan pajak memang berarti menghasilkan uang. Cara Wira menyebut hal ini sangat unik!Harsa memandang tajam ke arah Wira dan membatin, 'Dia menganggap urusan negara seperti urusan biasa!'Mahendra menghela napas ringan. Dia tidak akan percaya bahwa seorang petani desa bisa memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pajak.Wira mengangkat alisnya, lalu melanjutkan, "Kalau mau menghasilkan uang, tentu saja harus dari orang yang kaya. Kalau targetnya cuma rakyat biasa yang hidupnya menderita, malah menghabiskan waktu dan tenaga saja, tapi tidak bisa dapat banyak unt
Bum! Perkataan Wira yang sederhana itu memberi dampak yang sangat kuat, mengguncangkan hati dan menggetarkan jiwa ketiga orang tersebut.Dia mengungkapkan misi para sarjana di seluruh dunia, memungkinkan setiap orang yang berhasrat menemukan tempat yang tepat!Dengan empat baris kalimat ini, kita dapat mencapai ketenaran di seluruh dunia, dikenang selama berabad-abad, dan meninggalkan jejak dalam sejarah!Mahendra merasa iri. "Kenapa kalimat-kalimat ini bisa keluar dari mulutnya!"Ekspresi Harsa tampak rumit. Meskipun empat baris kalimat ini dapat membuat mereka memperoleh ketenaran, tanpa gelar kehormatan dalam ujian negara, Wira tidak akan mendapatkan pengakuan sosial dan tidak dapat menjadi menantu Keluarga Linardi."Mendedikasikan hati untuk negara, menetapkan tujuan hidup untuk rakyat, melanjutkan warisan para bijak terdahulu, dan membawa perdamaian ke seluruh dunia!"Dengan suara gemetar dan air mata mengalir di pipinya, Tuan Indra bangkit dari kursinya dan mengejar keluar. Dia b
Wira tersenyum tipis dan bergumam, "Tuan Indra, menarik juga!"Kereta kudanya tiba di Pasar Barat. Setelah menemukan sebuah toko kelontong yang cukup besar, Wira berjalan masuk ke toko itu."Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"Melihat pakaian dan aura Wira yang luar biasa, penjaga toko itu keluar menyambutnya dengan tersenyum."Bawakan sebaskom air, aku akan menunjukkan sebuah kesempatan mendapatkan uang untukmu!" ucap Wira dengan nada sombong seraya meletakkan kedua tangannya di belakang punggung.Dalam menjalankan bisnis, tidak hanya melulu soal keuntungan, tetapi juga harus mengandalkan aura. Jika tidak, kita malah akan jadi yang dikendalikan!Penjaga toko itu ragu-ragu sejenak. Namun, melihat penampilan Wira yang mewah, dia menyuruh pelayan untuk membawakan air untuk Wira.Wira mengeluarkan sabun itu dan mengajari pelayannya mencuci tangan. Dalam seketika, tangannya yang kotor itu langsung menjadi bersih!Mata penjaga toko itu langsung berbinar. Dia mengambil sabun itu dan mencobanya,
Tuan Muda Ketiga Keluarga Sutedja yang bernama Hendra berjalan keluar dari toko kelontong.Wira merasa terkejut dan berkata, "Tuan Hendra, kenapa kamu di sini?"Hendra tersenyum sambil berkata, "Ini adalah toko kelontong Keluarga Sutedja, aku sedang memeriksa keuangan di belakang sana! Begitu mendengar suaramu, aku kira aku yang salah dengar. Ternyata benar-benar kamu ya. Apa sudah ada gula kristal lagi?"Gula sebanyak 10 kilogram itu dijualnya sampai ke kota provinsi. Dengan harga beli 30.000 gabak per setengah kilogram, dijualnya kembali dengan harga 100.000 gabak per setengah kilogram. Namun, dalam sekejap mata, gula itu sudah habis terjual.Kaum pejabat dan bangsawan yang pernah mencicipi gula ini memujinya sebagai gula terenak di dunia ini. Bahkan, ada orang yang membuat puisi untuk memuji cita rasa gula ini.Sekarang, jika Anda meminta bantuan seseorang di kota provinsi, mengirimkan beberapa ratus ribu gabak tidak akan membuahkan hasil. Namun, jika Anda memberikan setengah kilogr
Salah seorang pelayannya berlari ke sebuah toko kelontong di pinggir jalan dan mengambil sebaskom air ke dalam kereta itu.Syur ....Suara air yang membasuh tangannya terdengar ke luar kereta.Danu menahan napas karena gugup. Entah wanita di dalam kereta itu akan membeli sabun Wira atau tidak?Kalaupun dia membelinya, memangnya bisa seberapa banyak yang sanggup dibeli oleh seorang pelanggan? Wira juga menjadi panik.Dia sudah mengatakan khasiat untuk meremajakan kulit, memutihkan kulit, menghilangkan keriput, dan mewangikan tubuh. Dia sangat yakin bahwa wanita bertangan putih halus ini pasti akan membelinya. Tidak ada seorang wanita pun yang bisa menolak iklan seperti itu.Hanya saja, entah berapa banyak sabun yang akan dibelinya. Apakah wanita ini akan menyebarkan sabun ini ke kalangan sahabat-sahabatnya?Sebenarnya, pasar utama yang diincar untuk penjualan sabun ini adalah kalangan wanita kaya. Orang biasa juga tidak akan sanggup membelinya.Tidak lama kemudian, dari dalam kereta ter
Adegan ini juga menarik perhatian banyak orang di jalanan. Hendra menghampiri Wira dan berkata, "Dik Wira, tidak boleh menyentuh wanita sial itu, kamu bisa mati!"Wira kebingungan, lalu bertanya, "Wanita sial apanya?""Nona Besar Keluarga Wibowo!"Sambil menunjuk ke arah kereta kuda, Hendra berkata dengan suara pelan, "Dia sudah pernah menikah tiga kali. Usia pernikahannya tidak pernah lewat dari sebulan. Suaminya selalu meninggal dengan cara yang misterius. Ada yang mengatakan dia adalah wanita setan yang menghisap energi vital pria. Setiap pria yang bersentuhan dengannya akan mati."Wira tidak percaya. "Sesial itu?""Jangan pernah menyentuhnya. Di luar sana banyak wanita lainnya. Kalau punya uang, wanita mana yang tidak mau mendekat!"Ekspresi Hendra sangat khawatir. Dia memperingatkan Wira karena takut setelah Wira meninggal, dia tidak akan bisa membeli gula kristal lagi.Selain itu, dia juga takut Wira akan bekerja sama dengan Keluarga Wibowo. Jika bisnis gula kristal sampai direbu
"Di luar sangat dingin, kita masuk dan bicara di dalam saja," kata Wira sambil tersenyum pada Trenggi yang berdiri di sampingnya.Trenggi segera menganggukkan kepala karena menyadari dia sudah membuat kesalahan. Dia juga tahu Wira sudah mengalami banyak peristiwa selama ini karena terjebak di pegunungan. Sekarang mereka sudah bertemu, dia tentu saja harus menjaga Wira.Dalam sekejap, semua orang sudah berada di tengah perjamuan besar. Sebelumnya, Trenggi sudah mengatur bagian dapur, sehingga hidangan dan minuman sudah dihidangkan begitu Wira dan yang lainnya masuk.Melihat jamuan itu, Agha langsung tidak sungkan. Dia sudah kelaparan selama beberapa hari ini, sehingga dia langsung maju dan makan dengan rakus saat melihat ada makanan. Saat melihat sikapnya yang seperti itu, semua orang pun ikut tertawa.Sementara itu, Adjie yang selalu berhati-hati tetap berdiri di belakang Wira. Meskipun dia juga kelaparan, dia tidak berani sembarangan bergerak tanpa perintah dari Wira.Setelah melirik
Jika persatuan bisa segera diwujudkan, semuanya akan perlahan membaik. Hanya dengan begitu, rakyat bisa benar-benar menikmati kehidupan yang damai dan sejahtera.Kali ini, Wira tidak akan lagi bertoleransi. Jika Kerajaan Agrel juga ingin merebut kekuasaan, tidak ada lagi alasan untuk mempertimbangkan hubungan masa lalu. Satu-satunya jalan adalah memusnahkan kedua belah pihak sepenuhnya. Hanya dengan cara itu, kedamaian sejati bisa tercapai!Setelah keputusan dibuat, Wira dan yang lainnya segera bergerak menuju tempat Trenggi berada.....Setengah hari kemudian, di tenda utama pasukan Trenggi."Apa Tuan Wira sudah tiba?" Trenggi sedang membaca kitab strategi militer di dalam tendanya saat seorang bawahannya datang melapor. Dia langsung berdiri dan melangkah keluar tenda dengan penuh semangat.Kini, dia akhirnya bisa membantu Wira, yang berarti dia akan memiliki kesempatan untuk bekerja sama dengan Wira dalam menghadapi dua kerajaan besar serta pasukan Baris.Selama ini, Wira selalu bera
Wira menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Bobby dan seluruh sukunya terbunuh di tangan musuh. Pemandangan itu masih begitu jelas dalam ingatannya.Selama beberapa hari terakhir, Wira sering bermimpi tentang Bobby. Sekarang, dia bahkan mulai menyesali keputusannya dulu. Apakah dia salah karena membebankan tanggung jawab sebesar itu kepada Bobby seorang diri? Jika bukan karena tugas yang dia berikan, mungkin Bobby tidak akan mati?Namun, semua sudah terjadi. Tidak ada gunanya terus menyesali hal yang tak bisa diubah. Orang yang telah mati tidak bisa hidup kembali. Satu-satunya hal yang bisa dilakukan sekarang adalah membalaskan dendam Bobby dan sukunya. Dendam ini jelas harus ditanggung oleh Baris dan seluruh anak buahnya!Pada saat ini, Wira dipenuhi dengan keinginan untuk membunuh. Dia akan menumpahkan darah Baris demi meredakan kebenciannya!Setelah pasukan Komeng sepenuhnya dimusnahkan, Wira mengalihkan pandangannya ke Hayam. Dia juga melirik orang-orang yang berdiri d
Wakil jenderal itu segera bersembunyi di balik pasukannya. Dia menatap Wira dengan dingin untuk waktu yang cukup lama, lalu mengerutkan kening dan berujar, "Aku sudah tahu sejak lama kalau Wira punya senjata rahasia. Katanya, senjata itu bisa membunuh tanpa suara, tapi nggak bisa digunakan terlalu lama.""Jumlah kita sangat banyak. Wira nggak mungkin bisa membunuh kita semua sekaligus! Kalau cuma mengandalkan mereka yang jumlahnya sedikit, mereka jelas bukan tandingan kita!""Jadi, kita serang bersama! Kalau kita nggak bisa menangkap Wira hidup-hidup, kita tetap bisa membawa pulang jasadnya! Dengan begitu, kita akan mendapat kenaikan pangkat dan hadiah besar!"Demi imbalan besar, selalu ada orang yang bertindak nekat. Begitu mendengar perintah wakil jenderal, para prajurit langsung menyerbu ke arah Wira dan kelompoknya.Melihat situasi yang sudah tidak terkendali, Nafis dan Agha berpandangan, lalu mengeluarkan senjata mereka dan berdiri di depan Wira. Mereka siap bertarung sampai mati.
"Kamu ...!"Wajah Baris memerah karena marah. Dia menatap Trenggi cukup lama sebelum akhirnya berkata dengan dingin, "Kamu memang telah menangkap merpatiku, tapi aku nggak takut padamu!""Dengan jumlah pasukan kita yang hampir seimbang, kalau kita terus berhadapan seperti ini, aku nggak akan rugi. Tapi bagi Osman, ini akan menjadi masalah besar. Sebentar lagi, seseorang pasti akan menyerangnya. Pada saat itu, kamu tetap harus kembali ke Kerajaan Nuala, 'kan?""Jadi, aku justru nggak mau bertarung denganmu! Jangan harap bisa menghabisiku dalam waktu singkat. Ini adalah wilayahku! Selama aku ingin berlama-lama di sini, bahkan dengan semua kehebatanmu, kamu tetap nggak akan bisa menaklukkan pertahananku!"Baris tersenyum dingin. Dia memang tidak bisa melawan Trenggi secara langsung, karena itu hanya akan menguras kekuatannya. Namun, jika dia bisa menahan Trenggi di sini, rencananya masih bisa berjalan.Dengan karakter Senia, Baris yakin bahwa tidak lama lagi Senia akan mendapat kabar tent
Trenggi sudah pernah merasakan betapa mengerikannya Wira. Meskipun Baris memiliki sedikit kecerdikan dan diam-diam bersekutu dengan dua kerajaan lainnya, dalam pandangan Trenggi, dia tetap tidak memiliki modal untuk menandingi Wira. Hasil akhirnya pun sudah bisa ditebak!Apa yang dilakukan Baris sekarang hanyalah tindakan mencari mati!Sudut bibir Baris berkedut dua kali. Tangannya mengepal erat hingga terdengar suara gemeretak. Dengan wajah muram, dia menyergah, "Kamu memang keras kepala! Kesempatan sudah ada di depan mata, tapi kamu justru nggak tahu cara menghargainya.""Kalau begitu, aku nggak perlu lagi mengingat hubungan lama kita. Terus terang saja, aku sudah diam-diam mengirim pesan kepada Ratu Senia. Setelah dia tahu situasi di sini, hanya ada dua kemungkinan.""Entah dia akan segera mengirim pasukan untuk membantuku atau dia akan menyerang Osman! Tapi, apa pun hasilnya, semua yang kalian lakukan kali ini akan sia-sia. Kemenangan sudah pasti menjadi milikku!"Saat ini, Baris b
"Dia benar-benar datang menantang kita? Kalau begitu, aku akan menemuinya. Bagaimanapun, kita masih punya sedikit hubungan. Lagian, dulu kita semua adalah orang-orang yang setia kepada Ibuku. Aku penasaran, apa yang ingin Trenggi bicarakan denganku!"Baris tersenyum dingin sebelum berjalan keluar. Komeng dan kedua rekannya segera mengikuti di belakang.Di luar perkemahan utama, Trenggi sudah memimpin pasukannya untuk mengepung tempat itu. Namun, tak seorang pun di pihak Baris menunjukkan ketakutan.Kedua belah pihak memiliki jumlah pasukan yang seimbang. Meskipun dikepung, itu bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Pada akhirnya, jika perang benar-benar pecah, kekuatan mereka akan setara.Dalam sekejap, Baris sudah berdiri di hadapan kedua pasukan. Pandangannya langsung tertuju pada Trenggi. Dia terkekeh-kekeh dan berkata, "Jenderal Trenggi, sudah lama sekali kita nggak bertemu. Sejak kita berpisah dulu, kita nggak pernah berjumpa lagi.""Beberapa waktu ini, aku sering mendengar namam
Beberapa saat kemudian, Chaman menggertakkan giginya dan berkata dengan tegas, "Sepertinya, kita akan menghadapi pertempuran besar!"Baris mengangguk dan langsung berkata, "Sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal-hal ini. Bagaimana pun cara kita bertarung, yang paling penting saat ini adalah menyingkirkan Trenggi terlebih dahulu.""Selanjutnya, aku akan mencari cara untuk mengirimkan kabar ini kepada Ratu Senia agar dia segera datang membantu kita. Asalkan kita bisa mendapatkan bantuannya, kita bisa keluar dari situasi sulit ini!"Baris tahu betul bahwa jika pertempuran besar pecah sekarang, pasukannya juga akan mengalami kerugian besar. Kalaupun mereka berhasil membunuh Trenggi, jumlah pasukan yang tersisa akan semakin berkurang. Jika begitu, bagaimana dia bisa merebut takhta di masa depan?Menggantikan posisi Osman saja tidak cukup. Yang dia inginkan adalah menjadi penguasa sejati negeri ini! Jika dulu dia bisa menyerang Osman secara mendadak, mungkin keadaannya tidak akan seper
Mereka mengira akan menghadapi amarah Baris. Tak disangka, Baris hanya melambaikan tangan dan berujar dengan tenang, "Semua ini sudah kuduga. Hanya dengan kemampuan beberapa orang, mana mungkin kalian bisa membunuh Wira.""Ratu Senia dan orang-orang dari Kerajaan Beluana telah melawan Wira begitu lama, tetapi mereka pun tetap gagal. Ini sudah cukup membuktikan betapa hebatnya Wira. Kali ini, situasinya begitu mendadak. Ingin membunuhnya dalam waktu singkat jelas bukan hal yang mudah. Makanya, aku nggak menyalahkan kalian."Mendengar itu, ketiga orang itu tertegun. Mereka sudah cukup lama mengenal dan memahami karakter Baris. Lantas, kenapa seseorang yang selalu merasa superior dan tidak segan-segan menghukum siapa pun yang berbuat salah, tiba-tiba menjadi berbeda?Bagaimana mungkin Baris memaafkan mereka semudah ini? Ini sungguh di luar dugaan. Apakah matahari sudah terbit dari barat hari ini?Chaman yang berdiri di samping, langsung menyadari maksud sebenarnya dari Baris. Dalam hatiny