Tuan Indra mengarahkan pandangannya kembali kepada Wira, "Anak Muda, mari kita bicara tentang hal lain!""Sepertinya, kalau aku tidak mengatakan sesuatu hari ini, Tuan Indra tidak akan membiarkanku pergi!"Wira berkata dengan putus asa, "Aku memang tidak mengerti tentang pajak, tapi aku bisa membahas tentang menghasilkan uang!""Menghasilkan uang!" Tatapan Tuan Indra menjadi berbinar ketika berkata, "Silakan ceritakan!"Mengumpulkan pajak memang berarti menghasilkan uang. Cara Wira menyebut hal ini sangat unik!Harsa memandang tajam ke arah Wira dan membatin, 'Dia menganggap urusan negara seperti urusan biasa!'Mahendra menghela napas ringan. Dia tidak akan percaya bahwa seorang petani desa bisa memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pajak.Wira mengangkat alisnya, lalu melanjutkan, "Kalau mau menghasilkan uang, tentu saja harus dari orang yang kaya. Kalau targetnya cuma rakyat biasa yang hidupnya menderita, malah menghabiskan waktu dan tenaga saja, tapi tidak bisa dapat banyak unt
Bum! Perkataan Wira yang sederhana itu memberi dampak yang sangat kuat, mengguncangkan hati dan menggetarkan jiwa ketiga orang tersebut.Dia mengungkapkan misi para sarjana di seluruh dunia, memungkinkan setiap orang yang berhasrat menemukan tempat yang tepat!Dengan empat baris kalimat ini, kita dapat mencapai ketenaran di seluruh dunia, dikenang selama berabad-abad, dan meninggalkan jejak dalam sejarah!Mahendra merasa iri. "Kenapa kalimat-kalimat ini bisa keluar dari mulutnya!"Ekspresi Harsa tampak rumit. Meskipun empat baris kalimat ini dapat membuat mereka memperoleh ketenaran, tanpa gelar kehormatan dalam ujian negara, Wira tidak akan mendapatkan pengakuan sosial dan tidak dapat menjadi menantu Keluarga Linardi."Mendedikasikan hati untuk negara, menetapkan tujuan hidup untuk rakyat, melanjutkan warisan para bijak terdahulu, dan membawa perdamaian ke seluruh dunia!"Dengan suara gemetar dan air mata mengalir di pipinya, Tuan Indra bangkit dari kursinya dan mengejar keluar. Dia b
Wira tersenyum tipis dan bergumam, "Tuan Indra, menarik juga!"Kereta kudanya tiba di Pasar Barat. Setelah menemukan sebuah toko kelontong yang cukup besar, Wira berjalan masuk ke toko itu."Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"Melihat pakaian dan aura Wira yang luar biasa, penjaga toko itu keluar menyambutnya dengan tersenyum."Bawakan sebaskom air, aku akan menunjukkan sebuah kesempatan mendapatkan uang untukmu!" ucap Wira dengan nada sombong seraya meletakkan kedua tangannya di belakang punggung.Dalam menjalankan bisnis, tidak hanya melulu soal keuntungan, tetapi juga harus mengandalkan aura. Jika tidak, kita malah akan jadi yang dikendalikan!Penjaga toko itu ragu-ragu sejenak. Namun, melihat penampilan Wira yang mewah, dia menyuruh pelayan untuk membawakan air untuk Wira.Wira mengeluarkan sabun itu dan mengajari pelayannya mencuci tangan. Dalam seketika, tangannya yang kotor itu langsung menjadi bersih!Mata penjaga toko itu langsung berbinar. Dia mengambil sabun itu dan mencobanya,
Tuan Muda Ketiga Keluarga Sutedja yang bernama Hendra berjalan keluar dari toko kelontong.Wira merasa terkejut dan berkata, "Tuan Hendra, kenapa kamu di sini?"Hendra tersenyum sambil berkata, "Ini adalah toko kelontong Keluarga Sutedja, aku sedang memeriksa keuangan di belakang sana! Begitu mendengar suaramu, aku kira aku yang salah dengar. Ternyata benar-benar kamu ya. Apa sudah ada gula kristal lagi?"Gula sebanyak 10 kilogram itu dijualnya sampai ke kota provinsi. Dengan harga beli 30.000 gabak per setengah kilogram, dijualnya kembali dengan harga 100.000 gabak per setengah kilogram. Namun, dalam sekejap mata, gula itu sudah habis terjual.Kaum pejabat dan bangsawan yang pernah mencicipi gula ini memujinya sebagai gula terenak di dunia ini. Bahkan, ada orang yang membuat puisi untuk memuji cita rasa gula ini.Sekarang, jika Anda meminta bantuan seseorang di kota provinsi, mengirimkan beberapa ratus ribu gabak tidak akan membuahkan hasil. Namun, jika Anda memberikan setengah kilogr
Salah seorang pelayannya berlari ke sebuah toko kelontong di pinggir jalan dan mengambil sebaskom air ke dalam kereta itu.Syur ....Suara air yang membasuh tangannya terdengar ke luar kereta.Danu menahan napas karena gugup. Entah wanita di dalam kereta itu akan membeli sabun Wira atau tidak?Kalaupun dia membelinya, memangnya bisa seberapa banyak yang sanggup dibeli oleh seorang pelanggan? Wira juga menjadi panik.Dia sudah mengatakan khasiat untuk meremajakan kulit, memutihkan kulit, menghilangkan keriput, dan mewangikan tubuh. Dia sangat yakin bahwa wanita bertangan putih halus ini pasti akan membelinya. Tidak ada seorang wanita pun yang bisa menolak iklan seperti itu.Hanya saja, entah berapa banyak sabun yang akan dibelinya. Apakah wanita ini akan menyebarkan sabun ini ke kalangan sahabat-sahabatnya?Sebenarnya, pasar utama yang diincar untuk penjualan sabun ini adalah kalangan wanita kaya. Orang biasa juga tidak akan sanggup membelinya.Tidak lama kemudian, dari dalam kereta ter
Adegan ini juga menarik perhatian banyak orang di jalanan. Hendra menghampiri Wira dan berkata, "Dik Wira, tidak boleh menyentuh wanita sial itu, kamu bisa mati!"Wira kebingungan, lalu bertanya, "Wanita sial apanya?""Nona Besar Keluarga Wibowo!"Sambil menunjuk ke arah kereta kuda, Hendra berkata dengan suara pelan, "Dia sudah pernah menikah tiga kali. Usia pernikahannya tidak pernah lewat dari sebulan. Suaminya selalu meninggal dengan cara yang misterius. Ada yang mengatakan dia adalah wanita setan yang menghisap energi vital pria. Setiap pria yang bersentuhan dengannya akan mati."Wira tidak percaya. "Sesial itu?""Jangan pernah menyentuhnya. Di luar sana banyak wanita lainnya. Kalau punya uang, wanita mana yang tidak mau mendekat!"Ekspresi Hendra sangat khawatir. Dia memperingatkan Wira karena takut setelah Wira meninggal, dia tidak akan bisa membeli gula kristal lagi.Selain itu, dia juga takut Wira akan bekerja sama dengan Keluarga Wibowo. Jika bisnis gula kristal sampai direbu
"Ayo saja kalau mau berkelahi, kami tidak takut! Bunuh semua orang kampungan ini!"Begitu perintah Handoko dilontarkan, belasan anak buahnya langsung maju seakan-akan telah lupa seberapa mengenaskannya mereka dipukuli Doddy waktu itu."Cari mati!"Seketika, Doddy menyerbu ke arah para kerumunan itu."Ah!" Handoko yang menjadi sasaran pertama, terjatuh setelah terkena pukulannya.Meskipun terlihat ketakutan, anak buah Handoko tetap saja nekat menyerang Doddy."Berani-beraninya menyerang orang Dusun Darmadi. Ayo, semuanya hajar perusuh ini!"Anggota tim penjual ikan beserta Gabrata tiga bersaudara mengambil tongkat dan menerjang ke arah lawan."Hentikan!"Sony mencegah mereka semua, "Kelihatannya ada yang tidak beres dengan mereka. Jangan bertindak gegabah. Mereka tidak membawa senjata, jadi pasti tidak akan bisa melukai Doddy.""Ya, ada yang tidak beres dengan mereka. Mari kita tahan diri dulu dan lihat apa yang akan terjadi nanti!" saran Gavin. Dia juga menyadari bahwa perusuh-perusuh
Bilah pisau yang berkilauan membuat seluruh anggota tim penangkap ikan menjadi pucat. Mereka semua menatap Sony dan bersiap-siap untuk bertindak jika dia memberi aba-aba."Coba saja turun tangan, Tuan Eko akan menangkap kalian semua dan memenjarakan kalian!" Handoko yang tergeletak di tanah melihat mereka dengan penuh harap."Jangan ada yang menyerang!"Sony menggertakkan giginya dan mengepalkan tinju. Jika mereka menyerang aparat hukum, kejadian ini akan menjadi masalah besar.Huh!Doddy terdesak hingga tidak bisa mundur lagi. Danur yang usianya paling muda di antara semuanya, melemparkan sebuah tongkat ke arah itu.Syut!Doddy mendengar suara angin dan menangkap tongkat yang dilemparkan kepadanya dengan gesit.Klontang!Delapan orang polisi yang memegang pisau itu terpaksa menghindar. Salah satu petugas berteriak dengan marah, "Siapa yang melemparkan tongkat itu!"Danur bersembunyi di antara kerumunan tim penangkap ikan, karena dia adalah yang paling kecil di antara mereka dan tidak