"Ayo saja kalau mau berkelahi, kami tidak takut! Bunuh semua orang kampungan ini!"Begitu perintah Handoko dilontarkan, belasan anak buahnya langsung maju seakan-akan telah lupa seberapa mengenaskannya mereka dipukuli Doddy waktu itu."Cari mati!"Seketika, Doddy menyerbu ke arah para kerumunan itu."Ah!" Handoko yang menjadi sasaran pertama, terjatuh setelah terkena pukulannya.Meskipun terlihat ketakutan, anak buah Handoko tetap saja nekat menyerang Doddy."Berani-beraninya menyerang orang Dusun Darmadi. Ayo, semuanya hajar perusuh ini!"Anggota tim penjual ikan beserta Gabrata tiga bersaudara mengambil tongkat dan menerjang ke arah lawan."Hentikan!"Sony mencegah mereka semua, "Kelihatannya ada yang tidak beres dengan mereka. Jangan bertindak gegabah. Mereka tidak membawa senjata, jadi pasti tidak akan bisa melukai Doddy.""Ya, ada yang tidak beres dengan mereka. Mari kita tahan diri dulu dan lihat apa yang akan terjadi nanti!" saran Gavin. Dia juga menyadari bahwa perusuh-perusuh
Bilah pisau yang berkilauan membuat seluruh anggota tim penangkap ikan menjadi pucat. Mereka semua menatap Sony dan bersiap-siap untuk bertindak jika dia memberi aba-aba."Coba saja turun tangan, Tuan Eko akan menangkap kalian semua dan memenjarakan kalian!" Handoko yang tergeletak di tanah melihat mereka dengan penuh harap."Jangan ada yang menyerang!"Sony menggertakkan giginya dan mengepalkan tinju. Jika mereka menyerang aparat hukum, kejadian ini akan menjadi masalah besar.Huh!Doddy terdesak hingga tidak bisa mundur lagi. Danur yang usianya paling muda di antara semuanya, melemparkan sebuah tongkat ke arah itu.Syut!Doddy mendengar suara angin dan menangkap tongkat yang dilemparkan kepadanya dengan gesit.Klontang!Delapan orang polisi yang memegang pisau itu terpaksa menghindar. Salah satu petugas berteriak dengan marah, "Siapa yang melemparkan tongkat itu!"Danur bersembunyi di antara kerumunan tim penangkap ikan, karena dia adalah yang paling kecil di antara mereka dan tidak
"Ah!" jerit tim penangkap ikan dengan kaget.Tidak ada yang menyangka bahwa Danur begitu nekat. Dia bahkan berani mengadukan Pak Erik. "Gandi, cari Kak Wira. Aku akan pergi ke pengadilan untuk mengatur agar penjaganya bisa memberi keringanan pukulan!"Gavin memberikan instruksi sebelum mengejar Danur. Penjaga pintu pengadilan akan memperlakukan orang dengan berbeda sesuai dengan imbalan yang diterima. Jika diberi sogokan, mereka hanya akan berpura-pura memukul orang yang mengadu. Namun, jika tidak diberi sogokan, mereka akan memukul pengadu dengan keras.Danur berlari sepanjang jalan ke pengadilan dan langsung menuju ke gendang pengaduan! Ekspresi dua penjaga gerbang pengadilan sontak berubah. Mereka langsung menahan Danur dengan pedang mereka.Namun, sebelum mereka sempat bergerak, Gavin menghalangi dan menahan tangan mereka. "Tuan, mohon pengertiannya. Kami benar-benar dizalimi. Adikku masih muda dan tidak sanggup menahan pukulan. Tolong kalian bantu sampaikan kepada penjaga di dalam
Melihat kayu putih yang dilempar oleh Bupati, tatapan kedua penjaga yang bertugas memukul pengadu menjadi berbinar. Mereka mengayunkan papan pemukul secara bergantian.Kayu yang dilempar oleh Bupati ada 3 macam, yaitu kayu putih, kayu merah, dan kayu hitam.Warna putih menandakan hukuman seadanya, warna merah menandakan harus dihukum berat, dan warna hitam berarti harus dipukul sampai mati. Ini adalah peraturan untuk pukulan di pengadilan.Jika Bupati telah mengeluarkan kayu berwarna hitam, bahkan diberikan sogokan sekalipun, para penjaga itu tetap harus menghukumnya dengan berat.Plak! Plak!Suara papan pemukul terdengar nyaring.Namun, Danur yang berbaring di tanah tampak sangat heran, "Kenapa rasanya tidak sakit? Padahal pukulan itu terdengar begitu keras, tapi bokongku tidak terkena pukulannya!""Tuan Bupati sangat murah hati karena melemparkan tongkat putih, ditambah lagi ada yang memberi uang sogokan!""Tapi, anak ini benar-benar bodoh. Kalaupun tidak terasa sakit, seharusnya dia
"Ah, mohon ampun, Tuan! Itu hanya panggilan orang-orang, nama asliku adalah Oman!"Handoko memohon ampun, menyadari bahwa dipukul dengan tanda hitam berarti nyawanya terancam.Plak!Kayu hitam dijatuhkan di lantai!Brak brak brak!Kedua penjaga pengadilan langsung memukulnya tanpa ampun."Ah!"Setelah dipukul belasan kali, kulit Handoko juga sudah terluka, dia berteriak, "Tuan Eko, tolonglah aku! Aku tidak mau mati!""Makanya jangan bicara sembarangan, kamu memang pantas dihukum. Kalau benar-benar sampai mati, suruh keluargamu datang untuk mengurus jenazahmu," ujar Eko seraya berbalik dengan tatapan yang menggelap.Jika saat ini dia membela Handoko, Bupati pasti akan ikut menghukumnya.Bahkan Tuan Rangga dan Radit saja tidak bicara sama sekali."Keluarga!"Ini jelas adalah ancaman. Handoko memejamkan matanya sambil menggertakkan gigi. Setelah menahan 10 kali pukulan lagi, dia langsung pingsan."Regan, pergilah ke pasar ikan dan temui beberapa pedagang ikan. Tanyakan keadaan sebenarnya!
Kini, Doddy dan kakaknya bisa membangun rumah besar. Tentu saja menikah juga bukan lagi hal yang sulit.Ketika Doddy keluar bersama ayah dan kakaknya, semua penduduk desa akan menyambut mereka dengan wajah tersenyum. Ekspresi mereka bahkan terlihat lebih tulus dan senang daripada saat bertemu dengan kepala desa.Dusun mereka juga mengalami perubahan yang luar biasa.Setiap keluarga pasti ada yang bergabung ke tim penangkap ikan, penjual ikan, ataupun tim pembuat sabun. Makanan di kantin juga diperbolehkan untuk dibawa pulang. Hampir tidak ada lagi yang kelaparan di dusun mereka ini.Semua orang juga bisa membersihkan diri dengan menggunakan sabun hasil produksi mereka. Kini, Dusun Darmadi tampak penuh dengan harapan.Doddy tidak berani membayangkan bagaimana jadinya kalau Wira dipenjara.Maka dari itu, mereka tidak boleh membiarkan Budi naik banding dan Kak Wira juga tidak boleh dipenjara. Tuan tanah yang licik ini harus mati!"Doddy, tenang dulu, Kak Wira tidak akan dipenjara. Dia ora
Regan menoleh dan melihat Wira yang berpakaian layaknya orang terpelajar. Dia tidak berani mengabaikannya dan menyapa, "Mohon maaf, siapa Anda?""Sarjana tingkat rendah dari Dusun Darmadi!"Wira menangkupkan tinju dan membalas, "Sony dan Zabran yang kalian tangkap itu adalah orang dari desaku!""Bahkan menggunakan nama Tuan Bupati sekalipun aku tidak bisa meyakinkan mereka. Kamu hanya seorang sarjana tingkat rendah, apa kamu sanggup meyakinkan mereka?"Regan berkata dengan acuh tak acuh, "Semua pedagang ikan, berkumpul di sini!"Di saat yang putus asa seperti ini, dia terpaksa menggunakan segala cara!Semua pedagang ikan dan nelayan mulai berkumpul. Di pasar ikan ini terdiri dari 40-50 lapak penjual ikan. Setiap lapak ada 2 atau 3 orang yang berjaga, jadi totalnya mencapai ratusan orang di pasar ini.Para pedagang mengenakan pakaian katun, sedangkan para nelayan mengenakan pakaian rami. Saat ini cuaca sudah mulai beranjak dingin, tetapi bahkan ada beberapa orang yang tidak mengenakan s
Wira tertawa sinis dan berkata, "Tidak masalah kalau kalian tidak berani, orang-orang dari Dusun Darmadi berani. Kami melawan preman dan tidak takut ditangkap petugas polisi. Tidak apa-apa kalau kalian tidak membantu, tetapi mengapa kalian menghalangi dan memberikan kesaksian palsu untuk mendukung orang yang melukai kalian? Kalau kalian bukan pengecut, lalu apa?""Kami bersalah!" ujar beberapa pedagang dan warga desa sambil meneteskan air mata!Ketika Zabran menghajar Iwan, Eko tidak berani mengatakan apa pun dan langsung pergi begitu saja. Saat itu, mereka semua merasa sangat puas!Regan dan beberapa petugas polisi lainnya menggeleng. Memangnya apa gunanya membuat para nelayan dan pedagang ini meminta maaf? Kalau mereka tidak berani memberi kesaksian, semua ini hanya sia-sia!Bum!Wira melompat dari papan batu itu dan meraih kerah seorang nelayan yang berlinang air mata. "Berapa banyak ikan yang kamu jual di sini, berapa banyak komisi yang telah diambil oleh mereka?"Nelayan tua yang