"Ah!" jerit tim penangkap ikan dengan kaget.Tidak ada yang menyangka bahwa Danur begitu nekat. Dia bahkan berani mengadukan Pak Erik. "Gandi, cari Kak Wira. Aku akan pergi ke pengadilan untuk mengatur agar penjaganya bisa memberi keringanan pukulan!"Gavin memberikan instruksi sebelum mengejar Danur. Penjaga pintu pengadilan akan memperlakukan orang dengan berbeda sesuai dengan imbalan yang diterima. Jika diberi sogokan, mereka hanya akan berpura-pura memukul orang yang mengadu. Namun, jika tidak diberi sogokan, mereka akan memukul pengadu dengan keras.Danur berlari sepanjang jalan ke pengadilan dan langsung menuju ke gendang pengaduan! Ekspresi dua penjaga gerbang pengadilan sontak berubah. Mereka langsung menahan Danur dengan pedang mereka.Namun, sebelum mereka sempat bergerak, Gavin menghalangi dan menahan tangan mereka. "Tuan, mohon pengertiannya. Kami benar-benar dizalimi. Adikku masih muda dan tidak sanggup menahan pukulan. Tolong kalian bantu sampaikan kepada penjaga di dalam
Melihat kayu putih yang dilempar oleh Bupati, tatapan kedua penjaga yang bertugas memukul pengadu menjadi berbinar. Mereka mengayunkan papan pemukul secara bergantian.Kayu yang dilempar oleh Bupati ada 3 macam, yaitu kayu putih, kayu merah, dan kayu hitam.Warna putih menandakan hukuman seadanya, warna merah menandakan harus dihukum berat, dan warna hitam berarti harus dipukul sampai mati. Ini adalah peraturan untuk pukulan di pengadilan.Jika Bupati telah mengeluarkan kayu berwarna hitam, bahkan diberikan sogokan sekalipun, para penjaga itu tetap harus menghukumnya dengan berat.Plak! Plak!Suara papan pemukul terdengar nyaring.Namun, Danur yang berbaring di tanah tampak sangat heran, "Kenapa rasanya tidak sakit? Padahal pukulan itu terdengar begitu keras, tapi bokongku tidak terkena pukulannya!""Tuan Bupati sangat murah hati karena melemparkan tongkat putih, ditambah lagi ada yang memberi uang sogokan!""Tapi, anak ini benar-benar bodoh. Kalaupun tidak terasa sakit, seharusnya dia
"Ah, mohon ampun, Tuan! Itu hanya panggilan orang-orang, nama asliku adalah Oman!"Handoko memohon ampun, menyadari bahwa dipukul dengan tanda hitam berarti nyawanya terancam.Plak!Kayu hitam dijatuhkan di lantai!Brak brak brak!Kedua penjaga pengadilan langsung memukulnya tanpa ampun."Ah!"Setelah dipukul belasan kali, kulit Handoko juga sudah terluka, dia berteriak, "Tuan Eko, tolonglah aku! Aku tidak mau mati!""Makanya jangan bicara sembarangan, kamu memang pantas dihukum. Kalau benar-benar sampai mati, suruh keluargamu datang untuk mengurus jenazahmu," ujar Eko seraya berbalik dengan tatapan yang menggelap.Jika saat ini dia membela Handoko, Bupati pasti akan ikut menghukumnya.Bahkan Tuan Rangga dan Radit saja tidak bicara sama sekali."Keluarga!"Ini jelas adalah ancaman. Handoko memejamkan matanya sambil menggertakkan gigi. Setelah menahan 10 kali pukulan lagi, dia langsung pingsan."Regan, pergilah ke pasar ikan dan temui beberapa pedagang ikan. Tanyakan keadaan sebenarnya!
Kini, Doddy dan kakaknya bisa membangun rumah besar. Tentu saja menikah juga bukan lagi hal yang sulit.Ketika Doddy keluar bersama ayah dan kakaknya, semua penduduk desa akan menyambut mereka dengan wajah tersenyum. Ekspresi mereka bahkan terlihat lebih tulus dan senang daripada saat bertemu dengan kepala desa.Dusun mereka juga mengalami perubahan yang luar biasa.Setiap keluarga pasti ada yang bergabung ke tim penangkap ikan, penjual ikan, ataupun tim pembuat sabun. Makanan di kantin juga diperbolehkan untuk dibawa pulang. Hampir tidak ada lagi yang kelaparan di dusun mereka ini.Semua orang juga bisa membersihkan diri dengan menggunakan sabun hasil produksi mereka. Kini, Dusun Darmadi tampak penuh dengan harapan.Doddy tidak berani membayangkan bagaimana jadinya kalau Wira dipenjara.Maka dari itu, mereka tidak boleh membiarkan Budi naik banding dan Kak Wira juga tidak boleh dipenjara. Tuan tanah yang licik ini harus mati!"Doddy, tenang dulu, Kak Wira tidak akan dipenjara. Dia ora
Regan menoleh dan melihat Wira yang berpakaian layaknya orang terpelajar. Dia tidak berani mengabaikannya dan menyapa, "Mohon maaf, siapa Anda?""Sarjana tingkat rendah dari Dusun Darmadi!"Wira menangkupkan tinju dan membalas, "Sony dan Zabran yang kalian tangkap itu adalah orang dari desaku!""Bahkan menggunakan nama Tuan Bupati sekalipun aku tidak bisa meyakinkan mereka. Kamu hanya seorang sarjana tingkat rendah, apa kamu sanggup meyakinkan mereka?"Regan berkata dengan acuh tak acuh, "Semua pedagang ikan, berkumpul di sini!"Di saat yang putus asa seperti ini, dia terpaksa menggunakan segala cara!Semua pedagang ikan dan nelayan mulai berkumpul. Di pasar ikan ini terdiri dari 40-50 lapak penjual ikan. Setiap lapak ada 2 atau 3 orang yang berjaga, jadi totalnya mencapai ratusan orang di pasar ini.Para pedagang mengenakan pakaian katun, sedangkan para nelayan mengenakan pakaian rami. Saat ini cuaca sudah mulai beranjak dingin, tetapi bahkan ada beberapa orang yang tidak mengenakan s
Wira tertawa sinis dan berkata, "Tidak masalah kalau kalian tidak berani, orang-orang dari Dusun Darmadi berani. Kami melawan preman dan tidak takut ditangkap petugas polisi. Tidak apa-apa kalau kalian tidak membantu, tetapi mengapa kalian menghalangi dan memberikan kesaksian palsu untuk mendukung orang yang melukai kalian? Kalau kalian bukan pengecut, lalu apa?""Kami bersalah!" ujar beberapa pedagang dan warga desa sambil meneteskan air mata!Ketika Zabran menghajar Iwan, Eko tidak berani mengatakan apa pun dan langsung pergi begitu saja. Saat itu, mereka semua merasa sangat puas!Regan dan beberapa petugas polisi lainnya menggeleng. Memangnya apa gunanya membuat para nelayan dan pedagang ini meminta maaf? Kalau mereka tidak berani memberi kesaksian, semua ini hanya sia-sia!Bum!Wira melompat dari papan batu itu dan meraih kerah seorang nelayan yang berlinang air mata. "Berapa banyak ikan yang kamu jual di sini, berapa banyak komisi yang telah diambil oleh mereka?"Nelayan tua yang
Di pengadilan, ekspresi Iqbal tampak dingin bagaikan es. Di sisi lain, Radit menyunggingkan senyumannya.Meskipun kedua orang itu tidak berbicara, suasana mencekam di antara mereka memenuhi seisi ruangan. Posisi pejabat kecil biasanya diwariskan secara turun-temurun, jadi mereka sudah sering melihat para pejabat tinggi berselisih.Mereka akan memihak pada tuan yang lebih kuat dan tidak akan menjadi kambing hitam bagi yang kalah. Dilihat dari kasus ini, Radit telah membuat jebakan sebelumnya untuk menekan Tuan Bupati."Tanpa Kak Wira, gugatan ini akan susah dimenangkan!"Danur berlutut dengan gemetaran, dia baru sadar bahwa ternyata dia telah meremehkan gugatan ini.Iqbal menunduk sambil merenung dalam hati, 'Sampai sekarang ini, Surya masih belum menemukan saksi. Tampaknya aku akan ditekan oleh Radit. Kalau salah mengambil satu langkah saja, selanjutnya akan makan repot."Tiba-tiba, terdengar derap langkah yang sangat heboh, seakan-akan ribuan tentara tengah bergegas menuju ke pengadil
Iqbal menghela napas, tiba-tiba dia melambaikan tangan dan berkata, "Surya, kamu pakai cara apa sampai bisa membuat orang-orang sebanyak ini datang memberikan kesaksian?"Surya tersenyum kecut. "Tuan, mana mungkin saya bisa sehebat itu ...."Brak!Di belakang aula pengadilan, Radit melemparkan gelas dengan marah. Raut wajahnya tampak suram."Tuan!"Seseorang dengan cepat melangkah maju dan berkata, "Keluarga Silali mengutus orang untuk menanyakan apakah masalahnya sudah selesai dibereskan?"Radit mendengus dan berkata, "Beri tahu Keluarga Silali, urusan ini tidak bisa dibereskan. Kalau mereka sudah tidak bisa menunggu lagi, kembalikan saja uang mereka. Suruh saja mereka urus hal ini sendiri!"....Di penjara kantor kabupaten.Budi dengan bangga berkata, "Doddy, Sony, dan Wira akan ditangkap. Aku akan bebas dari tempat ini dan kembali menjadi kepala desa. Kalau sampai saat itu tiba, kalian bisa menyerahkan rahasia teknik menangkap ikan milik Wira. Dengan begitu, kalian bisa menjadi anak