Melihat kayu putih yang dilempar oleh Bupati, tatapan kedua penjaga yang bertugas memukul pengadu menjadi berbinar. Mereka mengayunkan papan pemukul secara bergantian.Kayu yang dilempar oleh Bupati ada 3 macam, yaitu kayu putih, kayu merah, dan kayu hitam.Warna putih menandakan hukuman seadanya, warna merah menandakan harus dihukum berat, dan warna hitam berarti harus dipukul sampai mati. Ini adalah peraturan untuk pukulan di pengadilan.Jika Bupati telah mengeluarkan kayu berwarna hitam, bahkan diberikan sogokan sekalipun, para penjaga itu tetap harus menghukumnya dengan berat.Plak! Plak!Suara papan pemukul terdengar nyaring.Namun, Danur yang berbaring di tanah tampak sangat heran, "Kenapa rasanya tidak sakit? Padahal pukulan itu terdengar begitu keras, tapi bokongku tidak terkena pukulannya!""Tuan Bupati sangat murah hati karena melemparkan tongkat putih, ditambah lagi ada yang memberi uang sogokan!""Tapi, anak ini benar-benar bodoh. Kalaupun tidak terasa sakit, seharusnya dia
"Ah, mohon ampun, Tuan! Itu hanya panggilan orang-orang, nama asliku adalah Oman!"Handoko memohon ampun, menyadari bahwa dipukul dengan tanda hitam berarti nyawanya terancam.Plak!Kayu hitam dijatuhkan di lantai!Brak brak brak!Kedua penjaga pengadilan langsung memukulnya tanpa ampun."Ah!"Setelah dipukul belasan kali, kulit Handoko juga sudah terluka, dia berteriak, "Tuan Eko, tolonglah aku! Aku tidak mau mati!""Makanya jangan bicara sembarangan, kamu memang pantas dihukum. Kalau benar-benar sampai mati, suruh keluargamu datang untuk mengurus jenazahmu," ujar Eko seraya berbalik dengan tatapan yang menggelap.Jika saat ini dia membela Handoko, Bupati pasti akan ikut menghukumnya.Bahkan Tuan Rangga dan Radit saja tidak bicara sama sekali."Keluarga!"Ini jelas adalah ancaman. Handoko memejamkan matanya sambil menggertakkan gigi. Setelah menahan 10 kali pukulan lagi, dia langsung pingsan."Regan, pergilah ke pasar ikan dan temui beberapa pedagang ikan. Tanyakan keadaan sebenarnya!
Kini, Doddy dan kakaknya bisa membangun rumah besar. Tentu saja menikah juga bukan lagi hal yang sulit.Ketika Doddy keluar bersama ayah dan kakaknya, semua penduduk desa akan menyambut mereka dengan wajah tersenyum. Ekspresi mereka bahkan terlihat lebih tulus dan senang daripada saat bertemu dengan kepala desa.Dusun mereka juga mengalami perubahan yang luar biasa.Setiap keluarga pasti ada yang bergabung ke tim penangkap ikan, penjual ikan, ataupun tim pembuat sabun. Makanan di kantin juga diperbolehkan untuk dibawa pulang. Hampir tidak ada lagi yang kelaparan di dusun mereka ini.Semua orang juga bisa membersihkan diri dengan menggunakan sabun hasil produksi mereka. Kini, Dusun Darmadi tampak penuh dengan harapan.Doddy tidak berani membayangkan bagaimana jadinya kalau Wira dipenjara.Maka dari itu, mereka tidak boleh membiarkan Budi naik banding dan Kak Wira juga tidak boleh dipenjara. Tuan tanah yang licik ini harus mati!"Doddy, tenang dulu, Kak Wira tidak akan dipenjara. Dia ora
Regan menoleh dan melihat Wira yang berpakaian layaknya orang terpelajar. Dia tidak berani mengabaikannya dan menyapa, "Mohon maaf, siapa Anda?""Sarjana tingkat rendah dari Dusun Darmadi!"Wira menangkupkan tinju dan membalas, "Sony dan Zabran yang kalian tangkap itu adalah orang dari desaku!""Bahkan menggunakan nama Tuan Bupati sekalipun aku tidak bisa meyakinkan mereka. Kamu hanya seorang sarjana tingkat rendah, apa kamu sanggup meyakinkan mereka?"Regan berkata dengan acuh tak acuh, "Semua pedagang ikan, berkumpul di sini!"Di saat yang putus asa seperti ini, dia terpaksa menggunakan segala cara!Semua pedagang ikan dan nelayan mulai berkumpul. Di pasar ikan ini terdiri dari 40-50 lapak penjual ikan. Setiap lapak ada 2 atau 3 orang yang berjaga, jadi totalnya mencapai ratusan orang di pasar ini.Para pedagang mengenakan pakaian katun, sedangkan para nelayan mengenakan pakaian rami. Saat ini cuaca sudah mulai beranjak dingin, tetapi bahkan ada beberapa orang yang tidak mengenakan s
Wira tertawa sinis dan berkata, "Tidak masalah kalau kalian tidak berani, orang-orang dari Dusun Darmadi berani. Kami melawan preman dan tidak takut ditangkap petugas polisi. Tidak apa-apa kalau kalian tidak membantu, tetapi mengapa kalian menghalangi dan memberikan kesaksian palsu untuk mendukung orang yang melukai kalian? Kalau kalian bukan pengecut, lalu apa?""Kami bersalah!" ujar beberapa pedagang dan warga desa sambil meneteskan air mata!Ketika Zabran menghajar Iwan, Eko tidak berani mengatakan apa pun dan langsung pergi begitu saja. Saat itu, mereka semua merasa sangat puas!Regan dan beberapa petugas polisi lainnya menggeleng. Memangnya apa gunanya membuat para nelayan dan pedagang ini meminta maaf? Kalau mereka tidak berani memberi kesaksian, semua ini hanya sia-sia!Bum!Wira melompat dari papan batu itu dan meraih kerah seorang nelayan yang berlinang air mata. "Berapa banyak ikan yang kamu jual di sini, berapa banyak komisi yang telah diambil oleh mereka?"Nelayan tua yang
Di pengadilan, ekspresi Iqbal tampak dingin bagaikan es. Di sisi lain, Radit menyunggingkan senyumannya.Meskipun kedua orang itu tidak berbicara, suasana mencekam di antara mereka memenuhi seisi ruangan. Posisi pejabat kecil biasanya diwariskan secara turun-temurun, jadi mereka sudah sering melihat para pejabat tinggi berselisih.Mereka akan memihak pada tuan yang lebih kuat dan tidak akan menjadi kambing hitam bagi yang kalah. Dilihat dari kasus ini, Radit telah membuat jebakan sebelumnya untuk menekan Tuan Bupati."Tanpa Kak Wira, gugatan ini akan susah dimenangkan!"Danur berlutut dengan gemetaran, dia baru sadar bahwa ternyata dia telah meremehkan gugatan ini.Iqbal menunduk sambil merenung dalam hati, 'Sampai sekarang ini, Surya masih belum menemukan saksi. Tampaknya aku akan ditekan oleh Radit. Kalau salah mengambil satu langkah saja, selanjutnya akan makan repot."Tiba-tiba, terdengar derap langkah yang sangat heboh, seakan-akan ribuan tentara tengah bergegas menuju ke pengadil
Iqbal menghela napas, tiba-tiba dia melambaikan tangan dan berkata, "Surya, kamu pakai cara apa sampai bisa membuat orang-orang sebanyak ini datang memberikan kesaksian?"Surya tersenyum kecut. "Tuan, mana mungkin saya bisa sehebat itu ...."Brak!Di belakang aula pengadilan, Radit melemparkan gelas dengan marah. Raut wajahnya tampak suram."Tuan!"Seseorang dengan cepat melangkah maju dan berkata, "Keluarga Silali mengutus orang untuk menanyakan apakah masalahnya sudah selesai dibereskan?"Radit mendengus dan berkata, "Beri tahu Keluarga Silali, urusan ini tidak bisa dibereskan. Kalau mereka sudah tidak bisa menunggu lagi, kembalikan saja uang mereka. Suruh saja mereka urus hal ini sendiri!"....Di penjara kantor kabupaten.Budi dengan bangga berkata, "Doddy, Sony, dan Wira akan ditangkap. Aku akan bebas dari tempat ini dan kembali menjadi kepala desa. Kalau sampai saat itu tiba, kalian bisa menyerahkan rahasia teknik menangkap ikan milik Wira. Dengan begitu, kalian bisa menjadi anak
Darius berkata dengan wajah murung, "Orang-orang di Gunung Harimau Hitam adalah sekelompok bandit yang tak segan-segan untuk membunuh. Mereka adalah penjahat yang diburon oleh kedua kabupaten terdekat ini. Apa kamu tahu seberapa berbahayanya kalau para pejabat mengetahui bahwa Keluarga Silali terlibat dengan para penjahat itu? Reputasi yang telah dibangun lama oleh nenek moyang kita akan hancur begitu saja.""Lalu kenapa kalau mereka tahu? Asalkan mereka tidak bisa menunjukkan buktinya, mereka tidak akan bisa menyentuh Keluarga Silali!"Mahendra mengubah arah pembicaraannya, "Tapi, Ayah, kalau kita tidak menghabisi orang itu, dia akan benar-benar menjadi menantu Keluarga Linardi. Lalu bagaimana kita akan mendapat dukungan dari keluarga seperti Keluarga Linardi? Jangan ragu lagi, Ayah. Suruh mereka habisi orang itu. Setelah itu tidak akan ada penghalang lagi."Darius mengangguk dan menjawab, "Aku akan mengutus Tanu untuk menjalankan tugas ini. Tapi, ingatlah, setelah orang itu meninggal
Orang-orang itu memang tidak membawa senjata apa pun di tangan mereka. Bahkan, ada beberapa wanita yang membawa anak-anak. Tangan mereka juga terlihat memegang keranjang.Di dalam keranjang-keranjang itu, terdapat banyak buah, sayuran, beberapa telur, dan daging. Dari penampilannya, sepertinya mereka bukan datang untuk mencari masalah. Lagi pula, siapa yang akan membawa keluarga dan anak-anak untuk berkelahi?Apalagi dengan begitu banyak wanita di antara mereka, bukankah itu sama saja seperti menyia-nyiakan nyawa?"Mereka ini kalau bukan datang untuk bikin keributan, mau apa dong?" ucap Agha sambil menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia benar-benar tidak mengerti situasi ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?Wira mengamati mereka dengan saksama untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berucap, "Mungkin mereka datang untuk berterima kasih kepada kita?""Berterima kasih?" Baik Danu maupun Agha, mereka masih terlihat bingung. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, tiba-tiba terdengar s
Di Provinsi Yonggu.Setelah menempuh perjalanan panjang dan bertarung dengan makhluk beracun itu, Wira dan lainnya langsung pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.Kali ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Wira tahu bahwa semua orang sudah lelah. Untungnya, di situasi kritis, para prajurit tetap melindunginya. Hal ini membuat Wira merasa sangat terharu.Seketika, hanya tersisa Wira, Danu, dan Agha. Mereka menuju ke kediaman jenderal.Begitu tiba, mereka langsung melihat banyak orang berdiri di depan. Meskipun ada prajurit yang menjaga ketertiban, para rakyat seperti ingin menerobos masuk."Apa yang terjadi? Mereka mau demo ya? Mereka mau menyerang kediaman jenderal?" Danu yang berdiri di belakang tampak menggertakkan gigi dengan kesal.Sebelumnya, Danu telah mengusulkan kepada Wira untuk menggunakan metode yang lebih keras agar para rakyat tidak berani macam-macam. Namun, Wira menolak dan memilih usul Osmaro. Dia ingin menenangkan para rakyat dengan metode yang lebih
"Senjata api sekalipun nggak bisa menghancurkan pertahanannya. Jadi, sekalipun di medan perang, Wira tetap nggak bakal mendapat keuntungan apa pun."Begitu mendengarnya, orang-orang kembali merasa percaya diri dan tersenyum. Ternyata seperti itu!Kresna juga menyunggingkan senyuman, tetapi hatinya merasa kecewa. Sebenarnya, dia ingin melihat Wira mengalahkan Senia. Dengan cara ini, Kerajaan Agrel baru akan menjadi kacau dan dirinya bisa memanfaatkan situasi untuk menguasai takhta.Sekalipun tidak bisa menguasai seluruh Kerajaan Agrel, setidaknya dia memiliki wilayah dan bisa melindungi keluarga serta rakyatnya. Hasil ini sudah sangat memuaskan bagi Kresna. Dia tidak ingin merasakan sakitnya kehilangan keluarga lagi!"Kerja bagus! Kamu memang orang kepercayaanku! Selanjutnya tergantung pada kemampuanmu. Kalau ingin mengembangkan lebih banyak racun, kami hanya bisa bergantung padamu.""Setelah kembali ke istana, aku akan mengumumkan kepada para menteri untuk membantumu dalam pengembangan
"Setahuku setelah Senia dan Panji bekerja sama, mereka menyusun banyak rencana jahat. Racun ini seharusnya adalah ide Panji. Aku tahu kepribadian Senia. Dia memang bukan orang baik, tapi nggak mungkin bisa mengembangkan racun sehebat ini.""Ditambah dengan berbagai insiden sebelumnya, bisa dilihat bahwa Senia sangat ambisius. Pantas saja, dia begitu menyukai Panji. Panji ini memang punya kemampuan. Kita harus berwaspada darinya," ujar Wira sambil mengernyit.Wira teringat pada situasi di medan perang tadi. Karena Panji melafalkan mantra, cuaca di sekitar pun berubah. Panji punya kemampuan misterius. Orang biasa tidak akan bisa melawannya."Lucy, selidiki asal-usul Panji. Aku mau informasi detail. Dengan mengetahui kemampuan musuh, kita baru bisa menang," instruksi Wira sambil melirik Lucy yang berdiri di sampingnya.Prioritas utama untuk sekarang adalah mengatasi masalah racun itu. Kemudian, mereka harus menghabisi Panji untuk memastikan semuanya aman. Jangan sampai para rakyat yang me
Danu dan Lucy adalah orang kepercayaan Wira. Dia tentu tahu apa yang ada di pikiran mereka berdua.Jelas sekali, mereka ingin mengusirnya supaya bisa bertarung secara mati-matian. Mereka hanya tidak ingin Wira melihat para bawahan gugur."Mundur!" perintah Wira sambil melambaikan tangannya."Kalau pergi sekarang, bukankah itu berarti kita melewatkan kesempatan besar? Kita harus menaklukkan pria ini supaya bisa dibawa pulang untuk diteliti. Kita harus mencari cara untuk melawan racun itu! Kita nggak boleh menyerah begitu saja!" pekik Danu kepada Wira.Agha pun melirik Wira, lalu berucap dengan tegas, "Kak Wira, beri aku sedikit waktu lagi. Aku bisa melawannya. Aku nggak akan membiarkannya melukai saudara-saudara kita!"Orang-orang pun mengangguk. "Sekalipun harus mengorbankan nyawa kami, hari ini kami harus menaklukkannya!"Wira merasa tidak tega melihat mereka seperti ini. Mereka semua punya keluarga. Siapa yang ingin mati di sini?Sebagai penguasa Provinsi Lowala, Wira tentu harus ber
"Baik."Lucy dan lainnya mengangguk, lalu mengalihkan pandangan ke sosok itu. Setelah badai pasir reda, mereka langsung mengambil tindakan dan mengepung sosok itu.Sosok itu masih terlihat bengong. Tidak ada emosi apa pun pada ekspresinya. Jelas sekali, dia tidak punya kesadaran apa pun lagi, bahkan pantas disebut sebagai mesin pembunuh."Kalau Senia berhasil mengembangkan banyak racun itu, mungkin sembilan provinsi akan jatuh dalam kekacauan. Agha sekalipun bukan lawannya. Kalaupun dikeroyok, manusia biasa tetap bukan lawan mereka. Ketika saat itu tiba, akan ada banyak korban jiwa."Wira tak kuasa menghela napas. Harus diakui bahwa metode Senia ini sungguh kejam. Demi merebut kekuasaan dan mengambil alih sembilan provinsi, dia sampai mengorbankan nyawa manusia dan mengembangkan racun seperti ini.Sayangnya, sekalipun Wira telah membuat persiapan dan membulatkan tekadnya untuk membunuh Senia, mereka tetap berhasil kabur. Pasti sulit untuk menangkap Senia ke depannya. Dia harus mencari
Wira mengangguk. "Hati-hati."Setelah mendapat izin dari Wira, Agha pun tidak berbasa-basi lagi dan langsung melompat ke depan. Dengan tangan menggenggam palu, dia langsung menyerbu ke arah Senia.Angin kencang terus menerpa, membuat mata Agha terasa perih. Ini bukan angin biasa. Ketika pasir mengenai wajah, rasanya akan sangat sakit. Namun, demi membunuh Senia, Agha tidak takut mempertaruhkan nyawanya.Ketika melihat Agha makin dekat dengan Senia dan hendak melancarkan serangan, sebuah sosok hitam tiba-tiba muncul dan mengadang di hadapan Agha."Jadi, kamu adik Wira? Kamu Agha yang disebut sebagai orang terkuat di dunia?" tanya Senia sambil terkekeh-kekeh."Kenapa memangnya?" Agha mendengus dan mengalihkan pandangannya kepada pria di depannya.Penampilan pria ini sangat aneh. Dia memakai zirah yang sudah berkarat dan tidak memiliki senjata apa pun. Selain itu, masih ada helm yang menutupi wajahnya sehingga yang terlihat hanya sepasang matanya.Sepasang mata itu tidak menunjukkan emosi
"Tuan Wira, kamu berhasil mengejar kami." Nada bicara Senia terdengar lembut, tetapi tatapannya dipenuhi niat membunuh.Di situasi seperti ini, mereka hanya bisa bertarung. Meskipun begitu, tidak terlihat sedikit pun ketakutan pada ekspresi Senia.Senia terkekeh-kekeh, lalu bertanya dengan tidak acuh, "Jadi, kamu berniat membunuhku hari ini?""Memangnya bisa apa lagi? Aku nggak mungkin membiarkanmu meninggalkan tempat ini, 'kan? Doly sudah memberitahuku semuanya. Kalau dia lebih cepat selangkah, kamu nggak mungkin ada di sini sekarang.""Tapi, nggak masalah. Di sini masih wilayahku. Sekalipun kamu punya sayap, bawahanmu nggak bakal bisa membawamu meninggalkan Provinsi Yonggu dengan selamat.""Hehe." Senia menggeleng sambil tersenyum. Kemudian, dia menyahut, "Aku sudah menebaknya sejak awal. Karena dia sudah di sisimu, dia pasti bakal memberitahumu semuanya. Semua cuma masalah waktu.""Hanya saja, aku nggak menyangka dia sama sekali nggak memikirkan hubungan kami sebelumnya. Dia memberi
Di wilayah terpencil Provinsi Yonggu.Tempat ini baru saja mengalami bencana alam. Situasi di sini sangat kacau dan berantakan. Banyak desa yang hancur. Jika ingin dibangun kembali, akan membutuhkan waktu yang cukup lama.Saat ini, Senia sedang mengendarai kudanya. Orang-orang di belakang mengikuti. Mereka akan meninggalkan Provinsi Yonggu.Sekelompok orang ini sedang berpacu dengan waktu. Jika terlambat selangkah saja, mereka mungkin akan mati di sini. Panji sekalipun tampak terburu-buru."Ibu, Wira benaran bisa membunuh kita? Aku rasa dia nggak bakal berani. Kami berdua memang cuma pangeran, tapi kamu penguasa Kerajaan Agrel.""Kerajaan Agrel punya ratusan ribu pasukan elite. Kalau perang benaran terjadi, kita juga masih bisa menambah pasukan. Mana mungkin Wira membuat keputusan seceroboh ini?" tanya Dahlan dengan bingung dan terengah-engah.Meskipun Dahlan mengendarai kuda, dia kurang ahli dalam hal ini. Selama ini, dia selalu menaiki kereta kuda ke mana-mana. Dia pun merasa sangat