Tuan Muda Ketiga Keluarga Sutedja yang bernama Hendra berjalan keluar dari toko kelontong.Wira merasa terkejut dan berkata, "Tuan Hendra, kenapa kamu di sini?"Hendra tersenyum sambil berkata, "Ini adalah toko kelontong Keluarga Sutedja, aku sedang memeriksa keuangan di belakang sana! Begitu mendengar suaramu, aku kira aku yang salah dengar. Ternyata benar-benar kamu ya. Apa sudah ada gula kristal lagi?"Gula sebanyak 10 kilogram itu dijualnya sampai ke kota provinsi. Dengan harga beli 30.000 gabak per setengah kilogram, dijualnya kembali dengan harga 100.000 gabak per setengah kilogram. Namun, dalam sekejap mata, gula itu sudah habis terjual.Kaum pejabat dan bangsawan yang pernah mencicipi gula ini memujinya sebagai gula terenak di dunia ini. Bahkan, ada orang yang membuat puisi untuk memuji cita rasa gula ini.Sekarang, jika Anda meminta bantuan seseorang di kota provinsi, mengirimkan beberapa ratus ribu gabak tidak akan membuahkan hasil. Namun, jika Anda memberikan setengah kilogr
Salah seorang pelayannya berlari ke sebuah toko kelontong di pinggir jalan dan mengambil sebaskom air ke dalam kereta itu.Syur ....Suara air yang membasuh tangannya terdengar ke luar kereta.Danu menahan napas karena gugup. Entah wanita di dalam kereta itu akan membeli sabun Wira atau tidak?Kalaupun dia membelinya, memangnya bisa seberapa banyak yang sanggup dibeli oleh seorang pelanggan? Wira juga menjadi panik.Dia sudah mengatakan khasiat untuk meremajakan kulit, memutihkan kulit, menghilangkan keriput, dan mewangikan tubuh. Dia sangat yakin bahwa wanita bertangan putih halus ini pasti akan membelinya. Tidak ada seorang wanita pun yang bisa menolak iklan seperti itu.Hanya saja, entah berapa banyak sabun yang akan dibelinya. Apakah wanita ini akan menyebarkan sabun ini ke kalangan sahabat-sahabatnya?Sebenarnya, pasar utama yang diincar untuk penjualan sabun ini adalah kalangan wanita kaya. Orang biasa juga tidak akan sanggup membelinya.Tidak lama kemudian, dari dalam kereta ter
Adegan ini juga menarik perhatian banyak orang di jalanan. Hendra menghampiri Wira dan berkata, "Dik Wira, tidak boleh menyentuh wanita sial itu, kamu bisa mati!"Wira kebingungan, lalu bertanya, "Wanita sial apanya?""Nona Besar Keluarga Wibowo!"Sambil menunjuk ke arah kereta kuda, Hendra berkata dengan suara pelan, "Dia sudah pernah menikah tiga kali. Usia pernikahannya tidak pernah lewat dari sebulan. Suaminya selalu meninggal dengan cara yang misterius. Ada yang mengatakan dia adalah wanita setan yang menghisap energi vital pria. Setiap pria yang bersentuhan dengannya akan mati."Wira tidak percaya. "Sesial itu?""Jangan pernah menyentuhnya. Di luar sana banyak wanita lainnya. Kalau punya uang, wanita mana yang tidak mau mendekat!"Ekspresi Hendra sangat khawatir. Dia memperingatkan Wira karena takut setelah Wira meninggal, dia tidak akan bisa membeli gula kristal lagi.Selain itu, dia juga takut Wira akan bekerja sama dengan Keluarga Wibowo. Jika bisnis gula kristal sampai direbu
"Ayo saja kalau mau berkelahi, kami tidak takut! Bunuh semua orang kampungan ini!"Begitu perintah Handoko dilontarkan, belasan anak buahnya langsung maju seakan-akan telah lupa seberapa mengenaskannya mereka dipukuli Doddy waktu itu."Cari mati!"Seketika, Doddy menyerbu ke arah para kerumunan itu."Ah!" Handoko yang menjadi sasaran pertama, terjatuh setelah terkena pukulannya.Meskipun terlihat ketakutan, anak buah Handoko tetap saja nekat menyerang Doddy."Berani-beraninya menyerang orang Dusun Darmadi. Ayo, semuanya hajar perusuh ini!"Anggota tim penjual ikan beserta Gabrata tiga bersaudara mengambil tongkat dan menerjang ke arah lawan."Hentikan!"Sony mencegah mereka semua, "Kelihatannya ada yang tidak beres dengan mereka. Jangan bertindak gegabah. Mereka tidak membawa senjata, jadi pasti tidak akan bisa melukai Doddy.""Ya, ada yang tidak beres dengan mereka. Mari kita tahan diri dulu dan lihat apa yang akan terjadi nanti!" saran Gavin. Dia juga menyadari bahwa perusuh-perusuh
Bilah pisau yang berkilauan membuat seluruh anggota tim penangkap ikan menjadi pucat. Mereka semua menatap Sony dan bersiap-siap untuk bertindak jika dia memberi aba-aba."Coba saja turun tangan, Tuan Eko akan menangkap kalian semua dan memenjarakan kalian!" Handoko yang tergeletak di tanah melihat mereka dengan penuh harap."Jangan ada yang menyerang!"Sony menggertakkan giginya dan mengepalkan tinju. Jika mereka menyerang aparat hukum, kejadian ini akan menjadi masalah besar.Huh!Doddy terdesak hingga tidak bisa mundur lagi. Danur yang usianya paling muda di antara semuanya, melemparkan sebuah tongkat ke arah itu.Syut!Doddy mendengar suara angin dan menangkap tongkat yang dilemparkan kepadanya dengan gesit.Klontang!Delapan orang polisi yang memegang pisau itu terpaksa menghindar. Salah satu petugas berteriak dengan marah, "Siapa yang melemparkan tongkat itu!"Danur bersembunyi di antara kerumunan tim penangkap ikan, karena dia adalah yang paling kecil di antara mereka dan tidak
"Ah!" jerit tim penangkap ikan dengan kaget.Tidak ada yang menyangka bahwa Danur begitu nekat. Dia bahkan berani mengadukan Pak Erik. "Gandi, cari Kak Wira. Aku akan pergi ke pengadilan untuk mengatur agar penjaganya bisa memberi keringanan pukulan!"Gavin memberikan instruksi sebelum mengejar Danur. Penjaga pintu pengadilan akan memperlakukan orang dengan berbeda sesuai dengan imbalan yang diterima. Jika diberi sogokan, mereka hanya akan berpura-pura memukul orang yang mengadu. Namun, jika tidak diberi sogokan, mereka akan memukul pengadu dengan keras.Danur berlari sepanjang jalan ke pengadilan dan langsung menuju ke gendang pengaduan! Ekspresi dua penjaga gerbang pengadilan sontak berubah. Mereka langsung menahan Danur dengan pedang mereka.Namun, sebelum mereka sempat bergerak, Gavin menghalangi dan menahan tangan mereka. "Tuan, mohon pengertiannya. Kami benar-benar dizalimi. Adikku masih muda dan tidak sanggup menahan pukulan. Tolong kalian bantu sampaikan kepada penjaga di dalam
Melihat kayu putih yang dilempar oleh Bupati, tatapan kedua penjaga yang bertugas memukul pengadu menjadi berbinar. Mereka mengayunkan papan pemukul secara bergantian.Kayu yang dilempar oleh Bupati ada 3 macam, yaitu kayu putih, kayu merah, dan kayu hitam.Warna putih menandakan hukuman seadanya, warna merah menandakan harus dihukum berat, dan warna hitam berarti harus dipukul sampai mati. Ini adalah peraturan untuk pukulan di pengadilan.Jika Bupati telah mengeluarkan kayu berwarna hitam, bahkan diberikan sogokan sekalipun, para penjaga itu tetap harus menghukumnya dengan berat.Plak! Plak!Suara papan pemukul terdengar nyaring.Namun, Danur yang berbaring di tanah tampak sangat heran, "Kenapa rasanya tidak sakit? Padahal pukulan itu terdengar begitu keras, tapi bokongku tidak terkena pukulannya!""Tuan Bupati sangat murah hati karena melemparkan tongkat putih, ditambah lagi ada yang memberi uang sogokan!""Tapi, anak ini benar-benar bodoh. Kalaupun tidak terasa sakit, seharusnya dia
"Ah, mohon ampun, Tuan! Itu hanya panggilan orang-orang, nama asliku adalah Oman!"Handoko memohon ampun, menyadari bahwa dipukul dengan tanda hitam berarti nyawanya terancam.Plak!Kayu hitam dijatuhkan di lantai!Brak brak brak!Kedua penjaga pengadilan langsung memukulnya tanpa ampun."Ah!"Setelah dipukul belasan kali, kulit Handoko juga sudah terluka, dia berteriak, "Tuan Eko, tolonglah aku! Aku tidak mau mati!""Makanya jangan bicara sembarangan, kamu memang pantas dihukum. Kalau benar-benar sampai mati, suruh keluargamu datang untuk mengurus jenazahmu," ujar Eko seraya berbalik dengan tatapan yang menggelap.Jika saat ini dia membela Handoko, Bupati pasti akan ikut menghukumnya.Bahkan Tuan Rangga dan Radit saja tidak bicara sama sekali."Keluarga!"Ini jelas adalah ancaman. Handoko memejamkan matanya sambil menggertakkan gigi. Setelah menahan 10 kali pukulan lagi, dia langsung pingsan."Regan, pergilah ke pasar ikan dan temui beberapa pedagang ikan. Tanyakan keadaan sebenarnya!