Melihat gadis cantik yang begitu berani itu, Wira pun terkejut. Setelah merenung sejenak, dia berkata, “Oke! Mari kita bertaruh!”Dian menggenggam tiga lembar uang kertas dengan hati yang terasa hangat. Wira bukan hanya bernyali, tetapi juga memercayainya. Perasaan ini membuatnya sangat gembira....“Tuan Wahyudi, gawat! Sudah terjadi masalah besar! Panglima Yudha menyuruhmu untuk menemuinya!”Keesokan paginya, Wira sedang berlatih Wing Chun ketika seorang prajurit pengirim kabar berlari menghampirinya. Wira pun bergegas ke tembok kota dengan membawa Doddy dan yang lain.Saat ini, Yudha, empat letnan jenderal yang bernama Herdian, Aksa, Basuki, dan Chandra sedang berkumpul di atas tembok kota bersama sekelompok jenderal pendamping dan jenderal batalion. Mereka semua terlihat khawatir. Di sisi lain, para prajurit yang kemarin sudah bersemangat pun menunduk dengan putus asa. Pandangan semua orang tertuju pada Wira, tetapi tatapan penuh kekaguman kemarin sudah digantikan dengan keluhan.
Para prajurit yang mendengar ucapan itu merasa sangat tergoda. Sementara itu, Yudha, sekelompok letnan jenderal, jenderal pendamping, dan jenderal batalion hanya bisa memandang tanpa daya.Pasukan bangsa Agrel itu berdiri sejauh 550 meter dan juga memegang perisai raksasa. Meskipun menggunakan misil tiga busur untuk menyerang mereka, mereka juga tidak akan terluka.Herdian mendengus, “Tuan Wahyudi, apa yang harus kita lakukan sekarang? Raja Tanuwi sudah menggunakan taktikmu untuk menghadapi kita. Sekarang, moral prajurit malah lebih rendah lagi dari kemarin!”Aksa berkata dengan sombong, “Kalau bukan karena Tuan Wahyudi menggunakan taktik ini, belum tentu Raja Tanuwi bisa terpikirkan untuk menggunakan cara ini. Bagaimana ini? Moral prajurit sudah menjadi semakin rendah. Kalau mereka lanjut berteriak selama beberapa hari lagi, para prajurit mungkin akan langsung menyerah tanpa perlu berperang lagi!”Sekelompok jenderal menatap Wira. Saat ini, kekaguman yang mereka rasakan untuk Wira sud
Begitu mendengar ucapan Wira, semua jenderal langsung mematung di tempat bagaikan sudah disambar petir. Bertarung dengan Raja Tanuwi dalam waktu setengah bulan lagi? Bukannya ini namanya menggali lubang kubur sendiri? Ternyata seorang pelajar memang tidak bisa dibiarkan untuk memerintah pasukan. Dia hanya akan mencelakai negara dan rakyat.“Aku nggak setuju!” Herdian adalah orang pertama yang maju dan membantah, “Kita nggak mungkin bisa menang melawan pasukan berkuda bangsa Agrel dalam pertarungan langsung. Bertarung dengannya nggak ada bedanya dengan mencari mati!”Aksa juga berkata, “Tuan Wahyudi, kamu nggak tahu seberapa hebat pasukan berkuda bangsa Agrel! Kamu sedang mempertaruhkan nyawa seluruh pasukan!”Mereka berdua adalah jenderal yang diangkat Keluarga Susilo. Berhubung merasa memiliki argumen yang kuat, mereka pun membantah dengan tegas.Basuki juga bersuara, “Tuan Wahyudi, kamu harus pertimbangkan baik-baik sebelum bertindak. Kalau sudah membuat janji, tapi mengingkari janji
Prajurit pengirim pesan bangsa Agrel pun pergi untuk menyampaikan pesan itu.Raja Tanuwi melambaikan tangannya untuk membubarkan sekelompok jenderal, lalu menatap putranya sambil berkata, “Giandra, beri tahu Pasukan Elang Hitam untuk membiarkan para prajurit yang sudah menyerah itu kembali ke pasukan mereka secepat mungkin. Selain itu, suruh mereka untuk selidiki latar belakang penasihat militer itu!”Giandra bertanya dengan heran, “Ayah, apa kamu khawatir penasihat militer itu akan memakai trik-trik kotor dalam perang ini?”Raja Tanuwi tersenyum tipis, lalu menjawab, “Giandra, kamu harus ingat. Di bawah kekuatan mutlak, semua konspirasi dan tipu muslihat nggak akan berguna. Dia hanya sedang berjuang untuk mengulur waktu pada saat-saat terakhir. Kalau setengah bulan lagi dia nggak keluar untuk bertempur, moral seluruh prajurit kota akan mencapai titik terendah.”“Pada saat itu, kita bisa dengan mudah menaklukkan Jagabu dengan serangan gencar dan ditambah dengan bantuan prajurit yang su
Sanur mengernyit sambil berkata, "Saat ini, keluarga kaya menjual properti mereka dengan harga yang sangat murah. Benar-benar rugi besar, tapi nggak ada yang beli!"Banyu menghela napas, lalu menyahut, "Hais, benar juga. Begitu pasukan Agrel masuk kota, semuanya akan menjadi milik mereka! Siapa masih mau beli?""Sudahlah, cepat bereskan barang-barang kita dan pergi ke kota provinsi di bagian selatan!" lanjut Banyu.Seorang pelayan tiba-tiba masuk saat mereka sedang berbicara. Dia berujar, "Tuan Sanur, Tuan Banyu, anggota dari lembaga makelar bilang ada yang mau beli toko kita. Tapi, harganya ditekan sampai 10 persen. Apa tokonya mau dijual?"Sanur menimpali, "Ditekan sampai 10 persen? Ini ...." Awalnya, harga toko sudah sangat murah. Sekarang malah ditekan sampai 10 persen lagi.Sanur yang merasa sakit hati pun berucap sambil menutup mata dan melambaikan tangannya, "Jual saja!"Sementara itu, Banyu menghela napas panjang, lalu berucap, "Keluarga Yumandi benar-benar beruntung karena mas
Di kamp utara, tenda prajurit Perbatasan Loko yang kembali dikelilingi oleh penghalang. Puluhan ribu prajurit kabur saat Perbatasan Loko diterobos. Senjata dan baju zirah mereka dilucuti.Katanya para prajurit ini ditahan, tetapi sebenarnya tidak ada bedanya dengan kamp pada masa peperangan. Mereka tidak perlu berlatih perang dan diberi makan 3 kali sehari. Hidup mereka lebih nyaman dari sebelumnya. Ini adalah pemikiran normal dari prajurit yang kalah.Sementara itu, prajurit yang menyerah pada bangsa Agrel malah hidup tidak tenang, bagaikan dikurung di dalam sangkar. Jenderal pendamping, Raka Gondo, mendapat makanan enak setiap hari, tetapi dia malah kesulitan memakannya.Malam itu, ketika prajurit Perbatasan Loko kalah, bangsa Agrel menyuruh prajurit-prajurit ini untuk membunuh atasan mereka. Prajurit yang menolak akan dibunuh oleh bangsa Agrel secara sadis di tempat.Raka yang takut mati menikam atasannya. Kemudian, dia menerima tugas dari bangsa Agrel untuk memimpin sebagian prajur
Prajurit lain ikut berseru, "Kami mau bertemu dengan komandan. Kami nggak terima ditahan seperti ini!" Puluhan ribu prajurit yang membuat keributan makin menjadi-jadi.Tiba-tiba, pasukan dari 2 kamp menyerbu. Satu kamp terdiri dari eksekutor dan satu lagi terdiri dari pemanah. Orang yang memimpin adalah seorang pemuda."Tuan Wahyudi sudah datang!" ujar salah seorang prajurit penjaga kamp. Akhirnya, mereka merasa lega.Raut wajah Raka menjadi muram saat melihat pemuda yang tampan itu. Dia pernah mendengar tentang penasihat militer ini. Begitu menduduki posisinya, Wira membagi upah tentara untuk meningkatkan semangat pasukan.Salah satu tentara membawa bangku, lalu Wira berdiri di atasnya. Sosoknya yang terlihat jelas oleh semua orang mengambil pengeras suara dari kayu, lalu berteriak, "Semuanya diam!"Ribuan orang yang berasal dari 2 kamp berdiri di belakang Wira. Ada yang mengeluarkan pisau panjang dan ada yang siap-siap memanah.Wah! Banyak prajurit merasa gugup dan menjadi diam. Mere
Jika Raka dipukul 50 kali dengan tongkat, dia pasti akan terbaring beberapa bulan kalaupun tidak mati. Mana mungkin dia bisa bekerja sama lagi dengan bangsa Agrel?Namun, para prajurit yang menyerah di sekeliling Raka tidak ada yang berani membantunya. Mereka hanya melihat Raka yang dibawa oleh pengawal."Ah ... ah …," jerit Raka. Suara jeritannya yang histeris membuat semua prajurit terdiam.Wira memerintah dengan ekspresi muram, "Siapa yang bertanggung jawab atas kamp ini? Tingkatkan kualitas makanan mereka dan samakan dengan standar prajurit penjaga gerbang!"Jenderal batalion kamp yang bernama Satya Tandian mengangguk dan semua prajurit pun merasa senang.Kemudian, Wira berkata lagi, "Pergi ke bagian intendans untuk mengambil 100 juta gabak. Aku mau membagi upah kepada mereka!"Satya yang terkejut menyahut, "Tuan Wahyudi, mereka gagal menjaga Perbatasan Loko. Kenapa masih memberi mereka upah?"Wira menjawab dengan tegas, "Pemerintah yang belum membayar mereka upah ini sebelumnya. K