Para prajurit yang mendengar ucapan itu merasa sangat tergoda. Sementara itu, Yudha, sekelompok letnan jenderal, jenderal pendamping, dan jenderal batalion hanya bisa memandang tanpa daya.Pasukan bangsa Agrel itu berdiri sejauh 550 meter dan juga memegang perisai raksasa. Meskipun menggunakan misil tiga busur untuk menyerang mereka, mereka juga tidak akan terluka.Herdian mendengus, “Tuan Wahyudi, apa yang harus kita lakukan sekarang? Raja Tanuwi sudah menggunakan taktikmu untuk menghadapi kita. Sekarang, moral prajurit malah lebih rendah lagi dari kemarin!”Aksa berkata dengan sombong, “Kalau bukan karena Tuan Wahyudi menggunakan taktik ini, belum tentu Raja Tanuwi bisa terpikirkan untuk menggunakan cara ini. Bagaimana ini? Moral prajurit sudah menjadi semakin rendah. Kalau mereka lanjut berteriak selama beberapa hari lagi, para prajurit mungkin akan langsung menyerah tanpa perlu berperang lagi!”Sekelompok jenderal menatap Wira. Saat ini, kekaguman yang mereka rasakan untuk Wira sud
Begitu mendengar ucapan Wira, semua jenderal langsung mematung di tempat bagaikan sudah disambar petir. Bertarung dengan Raja Tanuwi dalam waktu setengah bulan lagi? Bukannya ini namanya menggali lubang kubur sendiri? Ternyata seorang pelajar memang tidak bisa dibiarkan untuk memerintah pasukan. Dia hanya akan mencelakai negara dan rakyat.“Aku nggak setuju!” Herdian adalah orang pertama yang maju dan membantah, “Kita nggak mungkin bisa menang melawan pasukan berkuda bangsa Agrel dalam pertarungan langsung. Bertarung dengannya nggak ada bedanya dengan mencari mati!”Aksa juga berkata, “Tuan Wahyudi, kamu nggak tahu seberapa hebat pasukan berkuda bangsa Agrel! Kamu sedang mempertaruhkan nyawa seluruh pasukan!”Mereka berdua adalah jenderal yang diangkat Keluarga Susilo. Berhubung merasa memiliki argumen yang kuat, mereka pun membantah dengan tegas.Basuki juga bersuara, “Tuan Wahyudi, kamu harus pertimbangkan baik-baik sebelum bertindak. Kalau sudah membuat janji, tapi mengingkari janji
Prajurit pengirim pesan bangsa Agrel pun pergi untuk menyampaikan pesan itu.Raja Tanuwi melambaikan tangannya untuk membubarkan sekelompok jenderal, lalu menatap putranya sambil berkata, “Giandra, beri tahu Pasukan Elang Hitam untuk membiarkan para prajurit yang sudah menyerah itu kembali ke pasukan mereka secepat mungkin. Selain itu, suruh mereka untuk selidiki latar belakang penasihat militer itu!”Giandra bertanya dengan heran, “Ayah, apa kamu khawatir penasihat militer itu akan memakai trik-trik kotor dalam perang ini?”Raja Tanuwi tersenyum tipis, lalu menjawab, “Giandra, kamu harus ingat. Di bawah kekuatan mutlak, semua konspirasi dan tipu muslihat nggak akan berguna. Dia hanya sedang berjuang untuk mengulur waktu pada saat-saat terakhir. Kalau setengah bulan lagi dia nggak keluar untuk bertempur, moral seluruh prajurit kota akan mencapai titik terendah.”“Pada saat itu, kita bisa dengan mudah menaklukkan Jagabu dengan serangan gencar dan ditambah dengan bantuan prajurit yang su
Sanur mengernyit sambil berkata, "Saat ini, keluarga kaya menjual properti mereka dengan harga yang sangat murah. Benar-benar rugi besar, tapi nggak ada yang beli!"Banyu menghela napas, lalu menyahut, "Hais, benar juga. Begitu pasukan Agrel masuk kota, semuanya akan menjadi milik mereka! Siapa masih mau beli?""Sudahlah, cepat bereskan barang-barang kita dan pergi ke kota provinsi di bagian selatan!" lanjut Banyu.Seorang pelayan tiba-tiba masuk saat mereka sedang berbicara. Dia berujar, "Tuan Sanur, Tuan Banyu, anggota dari lembaga makelar bilang ada yang mau beli toko kita. Tapi, harganya ditekan sampai 10 persen. Apa tokonya mau dijual?"Sanur menimpali, "Ditekan sampai 10 persen? Ini ...." Awalnya, harga toko sudah sangat murah. Sekarang malah ditekan sampai 10 persen lagi.Sanur yang merasa sakit hati pun berucap sambil menutup mata dan melambaikan tangannya, "Jual saja!"Sementara itu, Banyu menghela napas panjang, lalu berucap, "Keluarga Yumandi benar-benar beruntung karena mas
Di kamp utara, tenda prajurit Perbatasan Loko yang kembali dikelilingi oleh penghalang. Puluhan ribu prajurit kabur saat Perbatasan Loko diterobos. Senjata dan baju zirah mereka dilucuti.Katanya para prajurit ini ditahan, tetapi sebenarnya tidak ada bedanya dengan kamp pada masa peperangan. Mereka tidak perlu berlatih perang dan diberi makan 3 kali sehari. Hidup mereka lebih nyaman dari sebelumnya. Ini adalah pemikiran normal dari prajurit yang kalah.Sementara itu, prajurit yang menyerah pada bangsa Agrel malah hidup tidak tenang, bagaikan dikurung di dalam sangkar. Jenderal pendamping, Raka Gondo, mendapat makanan enak setiap hari, tetapi dia malah kesulitan memakannya.Malam itu, ketika prajurit Perbatasan Loko kalah, bangsa Agrel menyuruh prajurit-prajurit ini untuk membunuh atasan mereka. Prajurit yang menolak akan dibunuh oleh bangsa Agrel secara sadis di tempat.Raka yang takut mati menikam atasannya. Kemudian, dia menerima tugas dari bangsa Agrel untuk memimpin sebagian prajur
Prajurit lain ikut berseru, "Kami mau bertemu dengan komandan. Kami nggak terima ditahan seperti ini!" Puluhan ribu prajurit yang membuat keributan makin menjadi-jadi.Tiba-tiba, pasukan dari 2 kamp menyerbu. Satu kamp terdiri dari eksekutor dan satu lagi terdiri dari pemanah. Orang yang memimpin adalah seorang pemuda."Tuan Wahyudi sudah datang!" ujar salah seorang prajurit penjaga kamp. Akhirnya, mereka merasa lega.Raut wajah Raka menjadi muram saat melihat pemuda yang tampan itu. Dia pernah mendengar tentang penasihat militer ini. Begitu menduduki posisinya, Wira membagi upah tentara untuk meningkatkan semangat pasukan.Salah satu tentara membawa bangku, lalu Wira berdiri di atasnya. Sosoknya yang terlihat jelas oleh semua orang mengambil pengeras suara dari kayu, lalu berteriak, "Semuanya diam!"Ribuan orang yang berasal dari 2 kamp berdiri di belakang Wira. Ada yang mengeluarkan pisau panjang dan ada yang siap-siap memanah.Wah! Banyak prajurit merasa gugup dan menjadi diam. Mere
Jika Raka dipukul 50 kali dengan tongkat, dia pasti akan terbaring beberapa bulan kalaupun tidak mati. Mana mungkin dia bisa bekerja sama lagi dengan bangsa Agrel?Namun, para prajurit yang menyerah di sekeliling Raka tidak ada yang berani membantunya. Mereka hanya melihat Raka yang dibawa oleh pengawal."Ah ... ah …," jerit Raka. Suara jeritannya yang histeris membuat semua prajurit terdiam.Wira memerintah dengan ekspresi muram, "Siapa yang bertanggung jawab atas kamp ini? Tingkatkan kualitas makanan mereka dan samakan dengan standar prajurit penjaga gerbang!"Jenderal batalion kamp yang bernama Satya Tandian mengangguk dan semua prajurit pun merasa senang.Kemudian, Wira berkata lagi, "Pergi ke bagian intendans untuk mengambil 100 juta gabak. Aku mau membagi upah kepada mereka!"Satya yang terkejut menyahut, "Tuan Wahyudi, mereka gagal menjaga Perbatasan Loko. Kenapa masih memberi mereka upah?"Wira menjawab dengan tegas, "Pemerintah yang belum membayar mereka upah ini sebelumnya. K
"Ha?" Begitu mendengar Wira mengingat namanya, Abian Tanomo terharu sampai berlinang air mata. Dia bercerita, "Tuan Wahyudi, aku berasal dari Provinsi Cindera. Keluargaku punya rumah dan sawah. Bangsa Agrel yang membunuh orang tuaku, menodai istriku, dan membunuh anakku.""Putraku baru berusia 8 tahun dan bangsa Agrel menebas kepalanya beberapa kali .... Ah .... Putraku. Dasar bangsa Agrel sialan!"Salah satu prajurit berkomentar, "Mereka bahkan tega membunuh anak 8 tahun. Bangsa Agrel memang berengsek. Benar-benar keterlaluan!"Para prajurit merasa geram. Mereka makin berang ketika teringat dengan dendam keluarga mereka!Kemudian, Wira berkata dengan serius, "Kelak, dendam ini pasti terbalaskan. Simpan air mata kalian dan pendam kebencian ini di dalam hati. Lampiaskan semuanya di medan perang nanti!"Abian menahan air mata sambil berjalan kembali ke tempatnya. Wira menunjuk seorang pria paruh baya dan berkata, "Benjamin, aku lihat kamu sangat marah. Apa kamu juga punya dendam dengan b
Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu
Adegan ini benar-benar sama dengan situasi saat pasukan utara disergap sebelumnya, bahkan Zaki sendiri pun tidak menyangka hal ini akan menjadi seperti ini. Setelah terdiam beberapa saat, dia langsung berteriak agar semuanya mundur. Namun, para prajurit di bagian belakang tidak bisa mendengar suaranya, sehingga para kavaleri pun bertabrakan.Melihat adegan itu, Darsa yang merupakan komandan pasukan utara juga tercengang. Dia tidak menyangka para kavaleri yang tiba-tiba muncul ini begitu ganas, pasukan utara jelas tidak bisa menandingi kekuatan mereka. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, cepat pergi bantu Zaki, jangan biarkan dia jatuh ke tangan musuh."Joko yang terus mengamati situasi di medan perang pun langsung menyadari ada yang tidak beres dan segera maju ke depan.Melihat pasukan utara dikepung pasukan besar, Wira tersenyum dan langsung berteriak, "Semuanya, cepat serang mereka sekarang juga dan pastikan untuk menghabisi mereka semuanya."Semua orang merasa sangat berse
Begitu para pemanah menghentikan serangan mereka, banyak orang yang terkejut. Beberapa saat kemudian, seseorang berkata, "Jenderal, waktunya sudah hampir tiba."Mendengar ini, Zaki mengangguk dan berseru dengan penuh antusiasme, "Kavaleri, serbu!"Gelombang besar pasukan berkuda langsung melesat ke depan, menyerbu dengan kekuatan penuh. Melihat ini, Wira tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Di sisinya, Nafis dan Arhan tampak agak heran. Menurut mereka, jika kavaleri musuh sudah mulai menyerang, ini adalah waktu terbaik untuk menumpas mereka.Namun, ketika melihat Wira tetap tenang dan tidak segera menurunkan perintah, keduanya sempat tertegun.Beberapa saat kemudian, seolah-olah telah memperhitungkan sesuatu, Wira tersenyum tipis dan berkata dengan suara pelan, "Kalian berdua jangan terburu-buru. Tunggu sebentar lagi. Biarkan mereka mencapai puncak semangat mereka terlebih dahulu."Awalnya, Nafis dan Arhan masih kebingungan. Namun, mereka segera memahami maksud Wira. Tidak heran W
Tak jauh dari Pulau Hulu, Wira bersama pasukannya menunggu dengan sabar. Saat ini, seorang mata-mata yang dikirim sebelumnya berlari kembali dan melaporkan dengan hormat, "Tuan, pasukan utara sedang berkumpul. Sepertinya kali ini mereka akan melakukan serangan kavaleri."Mendengar laporan itu, wajah Wira langsung berseri-seri. Dia mengangguk paham. Akhirnya kavaleri pasukan utara mulai bergerak. Jika mereka sudah mengambil langkah ini, sisanya akan lebih mudah ditangani.Segera, dia melambaikan tangannya dan berseru, "Kavaleri, bersiap!"Di barisan belakang, Arhan dan Nafis langsung mengepalkan tangan mereka sebagai tanda hormat dan merespons dengan lantang.Meskipun Wira membawa pasukan dalam jumlah besar, kavaleri yang dimilikinya sebenarnya tidak terlalu banyak. Selain 3.000 kavaleri dari Pasukan Harimau, dia hanya memiliki 5.000 kavaleri di bawah komando Nafis, sementara sebagian besar adalah pasukan infanteri.Itu sebabnya, Wira begitu menantikan pertempuran ini.Setelah beberapa
Bahkan, ada yang begitu bersemangat hingga berkata, "Kita sendiri pun nggak nyangka kekuatan kita kali ini akan begitu luar biasa. Kalau kita bisa menyelesaikan ini, yang lainnya pun pasti bisa kita atasi juga."Mendengar itu, para prajurit pasukan utara mengangguk setuju. Setelah berhasil menumpas musuh, wajah para bandit yang masih bertahan di garis depan pun berubah drastis, menjadi pucat.Beberapa dari mereka pun mulai bersuara, "Ini benar-benar di luar dugaan! Ternyata pasukan utara sekuat ini!"Ada yang tetap tenang, tetapi ada yang sangat bersemangat. Mereka merasa bahwa kemenangan sudah pasti di tangan pasukan utara.Melihat situasi ini, para prajurit tersenyum. Setelah menyelesaikan gelombang serangan ini, mereka mengangguk puas. Seseorang bahkan berkata dengan penuh semangat, "Ternyata para bandit ini nggak sekuat yang kita kira. Mereka bisa dilenyapkan secepat ini? Lemah sekali!"Di sisi pasukan utara, sorak-sorai kemenangan bergema. Menurut mereka, kekuatan mereka kali ini
Setelah Hayam tiba di bawah, dia segera melihat Adjie yang tengah bertempur sengit. Tanpa ragu, Hayam langsung mendekat.Saat itu, Adjie baru saja menebas seorang lawan, lalu menoleh ke arah Hayam. Karena situasi yang kacau, dia tidak langsung mengenali siapa yang datang. Mengira itu adalah musuh, Adjie pun mengayunkan pedangnya ke arah leher Hayam.Melihat itu, ekspresi Hayam langsung berubah. Dia buru-buru berteriak, "Ini aku! Kawan sendiri!"Mendengar suara itu, Adjie langsung tersadar. Setelah beberapa saat, dia terpikir akan sesuatu dan berkata, "Kenapa kamu kemari? Kalau sampai mereka mengetahui identitas kita, semua usaha yang telah dilakukan oleh Tuan Wira akan sia-sia!"Hayam hanya tersenyum dan berucap, "Tenang saja, situasi sekarang sudah kacau balau. Nggak akan ada yang menyadari apa pun. Lagi pula, lihatlah. Mereka bahkan nggak punya waktu untuk memikirkan hal lain."Setelah bersama-sama menebas beberapa prajurit pasukan utara, Hayam yang berada di samping berkata, "Tuan W
Prajurit yang sebelumnya melaporkan berita itu segera berkata, "Jumlah mereka nggak banyak, kira-kira hanya sekitar 1.000 orang. Mereka datang dari arah timur, selatan, dan utara. Tapi yang aneh, pakaian mereka bukan seperti pasukan kavaleri biasa!"Mendengar hal itu, Zaki tertegun sejenak, lalu langsung berjalan keluar. Begitu melihat pasukan yang menyerbu masuk, dia tertawa dingin dan berkata, "Sungguh di luar dugaan! Aku nggak nyangka mereka akan seberani ini.""Sialan, segerombolan bandit saja berani menyerang kita pada saat seperti ini? Mereka memang sudah bosan hidup!"Joko dan Darsa yang berdiri di sebelahnya juga tampak terkejut. Bahkan, beberapa orang di belakang mereka tampak tertegun. Mereka tidak menyangka bahwa hanya dengan 1.000 orang, para bandit itu berani menyerang pasukan utara yang jumlahnya jauh lebih besar.Saat ini, Darsa segera memberi perintah, "Joko, bawa pasukanmu dan hadapi mereka di garis depan! Jangan biarkan mereka bergerak lebih jauh!"Mendengar perintah
Saat ini, pasukan utara belum menyadari bahwa para bandit dari Desa Riwut telah mengepung mereka. Setelah mengatur semuanya, Adjie segera memimpin anak buahnya untuk menyerbu ke depan. Dalam pandangan mereka, kali ini benar-benar adalah kesempatan emas.Saat ini, seseorang berujar, "Sebelumnya aku nggak nyangka melawan pasukan utara bisa semudah ini!"Begitu ucapan itu dilontarkan, suara sorakan dari belakang semakin menggema. Detik berikutnya, pasukan utara yang berada di bawah langsung tersapu oleh arus air yang deras. Melihat kejadian ini, banyak orang tersenyum puas, merasa bahwa serangan ini telah melampaui ekspektasi mereka.Para prajurit yang berjaga di kamp pasukan utara terkejut bukan main. Mereka sama sekali tidak menyangka situasi bisa berubah secepat ini.Ketika mereka melihat air bah tiba-tiba menerjang, salah satu penjaga berseru panik, "Banjir! Banjir datang!"Teriakan itu segera membangkitkan kepanikan di seluruh kamp. Banyak orang tidak bisa memahami bagaimana hal ini
Semua orang mengangguk setuju. Setelah urusan ini diselesaikan, langkah selanjutnya adalah menghadapi pasukan utara.....Di sisi lain, Adjie masih menunggu kabar dari Wira. Setelah beberapa kali menenangkan bawahannya agar tetap bersabar, tiba-tiba terdengar suara kucing mengeong dari luar. Itu adalah tanda yang telah disepakati sebelumnya.Mendengar suara itu, Adjie langsung bersemangat. Dia segera keluar dari tenda karena tahu bahwa utusannya pasti telah kembali, yang berarti perintah dari Wira juga sudah sampai.Saat melihat sosok yang berdiri di luar, Adjie langsung maju dan bertanya dengan penuh antusiasme, "Bagaimana? Apakah semuanya sudah beres?"Orang yang datang itu bergegas memberi hormat dan menjawab, "Jenderal Adjie, perintah dari Tuan sudah datang. Kita bisa mulai menyerang!""Apa?" Adjie menyeringai mendengar kabar itu. Tanpa membuang waktu, dia langsung berjalan ke arah saluran air di mana para anak buahnya sudah menunggu dengan gelisah. Mereka sudah lama menunggu perin