“Kenapa kamu masih bengong? Apa kamu nggak dengar bangsa Agrel sudah berhasil mendapatkan Perbatasan Loko?” Tepat pada saat ini, Harsa berjalan masuk dan berkata, “Dari kecepatan penyerangan bangsa Agrel, mereka pasti akan tiba di luar Kota Pusat Pemerintahan Jagabu besok. Kita harus segera pergi. Kalau nggak, kita nggak bakal bisa kabur lagi!”Wira bertanya dengan heran, “Memangnya kita mau ke mana? Raja Tanuwi bahkan mampu mendapatkan Perbatasan Loko yang begitu kokoh. Berdasarkan kecepatan penyerangan mereka, Kota Pusat Pemerintahan Jagabu nggak akan bertahan lama!”“Nggak peduli seberapa lama kota ini bisa bertahan, kita masih sempat meninggalkan tempat ini. Sebaiknya kita kembali ke Kabupaten Uswal untuk menjemput Wulan, lalu pergi ke kota provinsi. Kalau kota provinsi nggak aman, kita pergi ke ibu kota,” jawab Harsa dengan terburu-buru.Wira bertanya, “Bagaimana kalau bangsa Agrel menyerang sampai ibu kota?”Harsa berteriak marah, “Nggak mungkin! Nggak mungkin!”“Kenapa nggak mun
Yudha langsung berbalik dan menjawab, “Aku akan menunduk pada Chandika dan membiarkannya memerintahku. Asalkan dia bersedia menerima usulku, kita pasti bisa melindungi Kota Pusat Pemerintahan Jagabu!”“Yudha, kamu nggak tahu seberapa mengerikannya persaingan di istana!” Putro adalah orang yang berpengalaman, dia pun menasihati, “Kamu kira dia akan menerima usulmu biarpun kamu tunduk? Nggak mungkin. Dia hanya akan memanfaatkanmu. Kalau kota ini berhasil dilindungi, dia yang akan berjasa. Kalau gagal, dia akan langsung kabur dan menyalahkanmu atas semuanya!”Sebelum pergi, Yudha berkata, “Asalkan bisa melindungi Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, aku rela mengorbankan hidupku!”Putro menggeleng dan berdesah, “Haih. Anak itu sama saja seperti ayahnya. Mereka hanya berpikir untuk setia pada kerajaan dan berkorban demi rakyat tanpa tahu seberapa kejamnya hati manusia.”“Kak, belum tentu dia nggak ngerti. Aku rasa, dia hanya ingin berpegang teguh pada keyakinannya. Orang baik sepertinya sudah s
Wira memang sudah memberi Wisnu dan yang lainnya sedikit uang. Namun, dengan harga barang yang melonjak tinggi, mereka pasti akan kelaparan setiap hari....“Apa? Raharja berkhianat dan membunuh Raditya sehingga Perbatasan Loko jatuh ke tangan musuh?”Chandika yang bersenang-senang semalaman baru bangun. Begitu mendengar berita ini, dia langsung tercengang dan terjatuh kembali ke tempat tidur. Kemudian, dia buru-buru berdiri dan berteriak, “Ce ... cepat bereskan semua barang! Kita harus segera kembali ke ibu kota! Kota Pusat Pemerintahan Jagabu sudah nggak aman!”“Tuan, nggak bisa begitu!” Seorang pengawal pribadinya buru-buru membujuk, “Kamu itu komandan pertahanan yang ditunjuk kerajaan. Dengan jatuhnya Perbatasan Loko ke tangan musuh, kamu sudah melakukan pelanggaran besar. Kalau kamu melarikan diri lagi, itu artinya kamu melalaikan tugas dan pasti akan diadili. Pada saat itu, bahkan ayahmu juga nggak akan bisa menolongmu!”Chandika memaki, “Sialan! Untuk apa aku peduli? Sekarang, P
Chandika melambaikan tangannya dan berkata, “Raja Tanuwi membawa pasukan besar yang jumlahnya mencapai 100 ribu prajurit, sedangkan kita hanya punya 20-30 ribu bawahan. Memangnya berapa banyak orang yang bisa kamu pilih? Melakukan serangan diam-diam nggak ada bedanya dengan menggali lubang kubur sendiri. Aku nggak akan setuju. Sebaiknya kamu pulang saja!”Buk!Yudha tidak rela untuk pergi. Setelah keluar dari kediaman Chandika, dia pun meninju dinding rumah. Apa yang terpenting saat berperang adalah moral prajurit. Jika moral prajurit rendah, memiliki seberapa banyak prajurit juga tidak akan berguna. Ini adalah kesempatan yang sangat bagus, tetapi Chandika malah tidak berani mengambil risiko.Tepat pada saat ini, kereta kuda Keluarga Barus melaju mendekat. Farrel yang memegang kipas turun dari kereta kuda diikuti gadis berpakaian ungu yang menggenggam Pedang Treksha.Farrel mengedipkan matanya dan berkata, “Panglima Yudha, kalau aku nggak salah tebak, kamu seharusnya datang untuk membe
Setelah membaca surat itu secara bergantian, semua orang pun mengerutkan keningnya.Jika Perbatasan Loko yang memiliki pertahanan kuat jatuh ke tangan musuh hanya dalam waktu tiga hari, berapa lama Kota Pusat Pemerintahan Jagabu sanggup bertahan? Raja Tanuwi memiliki kekuatan tempur yang sangat hebat. Siapa orang di Nuala yang mampu menghalanginya?Setelah terdiam beberapa saat, Kemal langsung berlutut dan berkata, “Yang Mulia, tolong segera keluarkan dekrit untuk mengangkat Yudha sebagai panglima tertinggi, lalu kerahkanlah seluruh prajurit di kota provinsi untuk menjaga pintu masuk kota agar mereka bisa menahan serangan pasukan Raja Tanuwi!”Setelah merenung sejenak, Raja Bakir bertanya, “Pak Ardi, bagaimana menurutmu?”“Yang Mulia, kemampuan Yudha memimpin pasukan memang jauh lebih hebat dari Chandika. Tapi, dia masih muda dan keras kepala, juga meremehkan bangsa Agrel. Kalau membiarkannya memimpin pasukan, dia pasti akan memilih untuk bertarung dengan bangsa Agrel.”Ardi melanjutka
Berhubung semua kebijakan yang diusulkan Wira sebelumnya masih belum dijalankan, Iqbal pun mengirimkan surat kepada Kemal lagi. Surat itu berisi tentang teori kemusnahan kerajaan setiap 300 tahun sekali dan mengisyaratkan bahwa Wira memahami rahasia alam. Dimas melangkah maju dan menegur, “Pak Kemal, jangan dikasih hati minta jantung. Yang Mulia sudah setuju untuk mengutus Panglima Yudha, tapi kamu malah mencoba memasukkan seorang pelajar yang bahkan belum lulus ujian kabupaten untuk bekerja di istana. Kalau Yang Mulia setuju, bukankah dia akan digunjing para cendekiawan di seluruh dunia?”Raja Bakir menjawab dengan acuh tak acuh, “Pak Kemal, jangan ungkit tentang masalah ini lagi. Seorang pelajar sepertinya mana mungkin punya begitu banyak bakat. Dia pasti hanyalah pesuruh orang lain.”Raja Bakir sudah mendapatkan informasi dari Pasukan Rahasia Naga dan mengetahui bahwa Wira memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Putro selama di kota pusat pemerintahan. Dia merasa Putro yang suda
Chandika mencibir, “Memangnya kenapa kalau kita menghasilkan sedikit uang? Dibandingkan dengan kehilangan Perbatasan Loko dan Jagabu, ini masih nggak termasuk apa-apa. Sekarang, aku mau menghasilkan uang. Kalau Jagabu sudah jatuh ke tangan musuh, aku akan membawa uang-uang ini kembali ke ibu kota kekaisaran. Dengan adanya uang ini, aku bisa mencari kambing hitam dan melewati masalah ini dengan santai.”Baru saja Chandika selesai berbicara, terdengar suara seseorang yang panik, “Panglima Yudha, Komandan sedang sibuk, kamu nggak boleh masuk seenaknya!”Pada saat ini, Wira dan Yudha sudah masuk ke halaman rumah Chandika. Melihat sekotak demi sekotak uang yang terletak di lantai, kedua orang itu pun mengerutkan kening. Mata mereka sudah dipenuhi amarah.“Yudha, berani sekali kamu menerobos masuk rumah seorang komandan!” Ekspresi Chandika langsung menjadi muram. Dia membentak, “Percaya nggak kalau aku bisa langsung menangkap dan menghukummu dengan hukum militer sekarang juga!”Yudha tidak m
Gubrak! Chandika terjatuh ke lantai dengan sangat ketakutan.Plakat emas setara dengan bertemu Raja langsung. Dengan adanya plakat ini, seseorang bisa menghukum mati pejabat di bawah tingkat ketiga tanpa harus meminta izin istana terlebih dahulu. Saat belum memiliki otoritas saja, Yudha sudah berniat membunuh Chandika. Dengan adanya plakat emas, Yudha sudah bisa membunuhnya secara sah. Jadi, Yudha tidak akan mungkin mengampuninya.Memikirkan keluarganya yang masih ditahan di ibu kota, Yudha menekan niat membunuhnya, lalu menerima plakat emas itu sambil berkata, “Pengawal! Saat dihadapkan dengan perang, Komandan Chandika bukan hanya takut untuk berperang, tapi juga hanya tahu bersenang-senang dan meraup keuntungan. Ambil kembali segel resminya, lalu kurung dia di kediaman ini untuk sementara!”Fiuh! Chandika langsung menghela napas lega. Asalkan dia masih hidup, semuanya masih bisa didapatkannya kembali dengan mengandalkan kemampuan Keluarga Susilo.Para prajurit langsung tercengang. Ke
"Dia bukan hanya bisa menyembuhkan Nona Lucy, tapi juga membantu kalian mencari cara untuk mengatasi racun wilayah barat. Gimana kalau kamu coba temui dia?"Setelah mendengar ada orang seperti itu, Wira tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan untuk bertemu dengannya. Nyawa Lucy ada di tangan orang itu!Wira segera bertanya, "Apa kamu punya hubungan dengan orang itu?Osman menggeleng dan menyahut dengan tak berdaya, "Aku memang penguasa Kerajaan Nuala, tapi nggak punya hak untuk bicara di hadapan orang itu. Dia juga orang dunia persilatan. Dia nggak pernah ikut campur soal urusan istana.""Sebelumnya aku pernah mengutus orang ke tempatnya, tapi dia nggak pernah menampakkan diri. Aku saja nggak tahu dia pria atau wanita. Aku cuma tahu ada orang seperti itu di Kerajaan Nuala."Ternyata begitu. Sepertinya orang ini punya kepribadian yang aneh. Wira sering berurusan dengan orang-orang seperti ini.Contoh saja, orang-orang yang bergabung dengan Gedung Nomor Satu. Mereka semua memiliki ke
"Ya sudah, aku turuti apa katamu saja. Nggak usah marah-marah." Agha berjalan ke samping, merasa agak tidak nyaman. Dia jelas-jelas memikirkan kepentingan Wira, tetapi Wira malah marah padanya. Bagaimana mungkin dia tidak merasa sedih?Namun, Wira adalah kakaknya, satu-satunya keluarga yang dimilikinya di dunia ini. Agha hanya bisa menahan diri. Jika itu orang lain, Agha mungkin sudah meledakkan kepala mereka!Setelah melihat Agha mengurungkan niatnya, Wira beralih menatap Arifin dan berkata, "Paman, sekarang kami cuma bisa menaruh harapan padamu. Setelah kamu menemukan cara untuk mengatasi racun aneh itu, aku akan pergi ke wilayah barat untuk memeriksa keadaan orang-orangku.""Seperti yang dibilang Lucy, sekalipun mereka gugur, aku harus membawa jenazah mereka pulang. Mereka harus balik ke kampung halaman."Wira merasa kecewa dan sedih. Semua anggota jaringan mata-mata adalah ahli hebat. Mereka telah melalui berbagai pelatihan. Namun, kali ini jaringan mata-mata malah menderita kerugi
Wira merasa terharu. Ternyata Lucy punya pemikiran seperti itu. Pantas saja, tekadnya begitu kuat. Meskipun lemah dan kesakitan, dia tetap ingin memberi tahu segalanya tentang wilayah barat.Semua bawahan Wira memang bukan orang sembarangan. Mereka bukan hanya kompeten, tetapi juga setia."Jangan putus asa. Racun ini memang sulit untuk dinetralisasi, tapi bukan berarti nggak ada cara. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk meracik penawar racunnya.""Lagi pula, aku memang harus menemukan cara untuk menetralisasi racun ini. Kalau nggak, mungkin dalam waktu dekat ini aku harus mengobati orang yang lagi duduk di depanmu itu." Arifin mengerlingkan matanya dengan kesal.Wira pun menyeringai. Arifin memang memahaminya. Tanpa Wira mengatakannya, Arifin tahu Wira bertekad untuk pergi ke wilayah barat.Bukan hanya untuk membalaskan dendam Lucy, tetapi juga untuk menyelidiki segala hal tentang wilayah barat. Wira juga harus mencari cara untuk mengalahkan Panji. Dia tidak mungkin duduk diam
Krek! Wira mengepalkan pergelangan tangannya dengan kuat. Tatapannya menjadi suram."Jadi, ada yang membocorkan gerak-gerik kalian? Makanya, orang-orang wilayah barat menyerang kalian?" tanya Wira.Jarak mereka cukup jauh dari wilayah barat. Tidak ada hubungan di antara mereka. Tentu merepotkan jika ingin menyerang wilayah barat.Namun, Lucy terluka sampai separah ini gara-gara mereka. Wira tidak mungkin berpangku tangan. Dia harus memberi Lucy keadilan. Tidak peduli siapa pun yang menyerang Lucy, orang itu harus menanggung konsekuensi yang setimpal!Lucy menggeleng dan menyahut, "Ini bukan karena aku bawahanmu, tapi karena aku dari sembilan provinsi. Orang wilayah barat sepertinya sangat membenci orang-orang seperti kita. Makanya, mereka berprasangka buruk kepada kita.""Mereka menggunakan ilmu sihir. Kalau bukan karena para bawahan melindungiku dan memaksaku untuk pergi, aku nggak mungkin sampai di Kerajaan Nuala dengan selamat. Mungkin sekarang aku sudah mati."Ketika membahas tenta
"Tapi, aku sangat penasaran, gimana kamu bisa terluka? Siapa yang melukaimu sampai separah ini?" tanya Wira.Lucy termasuk ahli bela diri. Wira tahu kemampuannya. Apalagi, ada banyak orang yang mengikuti Lucy. Orang-orang itu tidak mungkin membiarkan Lucy terjebak dalam bahaya dan berakhir seperti ini."Sebentar, aku periksa denyut nadinya dulu." Sebelum Lucy berbicara, Arifin mengangkat tangannya dan menyuruh Wira bergeser. Dia maju untuk menggenggam pergelangan tangan Lucy.Sesaat kemudian, Arifin mengangguk dengan puas. Dia juga menyunggingkan senyuman.Wira lantas maju dan bertanya, "Paman, dari ekspresimu, sepertinya kondisi Lucy membaik ya?"Arifin terkekeh-kekeh dan menimpali, "Aku juga nggak nyangka tekadnya akan begitu kuat. Dia baru makan obat beberapa kali, tapi kondisinya sudah berkembang pesat. Kalau memberinya sedikit waktu lagi, dengan tekadnya yang kuat itu, aku rasa luka luarnya juga akan sembuh dengan cepat."Orang yang sakit bukan hanya cuma membutuhkan dokter yang a
"Ya sudah kalau begitu." Arifin tidak menolak. Sebagai seorang dokter, dia tentu tahu kondisi tubuh sendiri. Jika terus memaksakan diri di sini, takutnya tubuhnya tidak tahan.Lagi pula, Wira masih muda. Bergadang beberapa malam bukan masalah besar baginya.Setelah menyuapi Lucy obat, Arifin berpamitan dengan Wira dan menuju ke kamarnya. Wira pun berjaga di samping ranjang.Sepanjang malam, Wira sama sekali tidak memejamkan mata. Dia terus memantau kondisi Lucy karena takut kondisinya memburuk. Untungnya, malam berlalu tanpa masalah.Keesokan pagi, Arifin dan Agha memasuki kamar Lucy. Agha membawakan sarapan untuk Wira."Kak Wira, jangan bilang kamu nggak tidur semalaman?" tanya Agha saat melihat kantung mata Wira yang hitam. Dia merasa tidak tega melihatnya."Kalau tahu begini, aku pasti menemanimu semalam. Jadi, kamu nggak usah begitu susah payah," ujar Agha sambil menaruh makanan ke atas meja.Wira duduk di depan meja. Sambil menyantap makanannya, dia menggeleng dan menyahut, "Tidur
Di sisi lain, setelah Wira mengantar Agha ke kamar, dia menuju ke kamar Lucy lagi.Begitu tiba di depan pintu, Wira langsung mencium aroma obat tradisional yang kuat. Setelah buka pintu, dia melihat Arifin sedang sibuk memasak obat untuk Lucy.Cedera Lucy terlalu parah. Meskipun sudah membaik sedikit, seseorang masih harus terus menjaga dan merawatnya agar kondisinya tidak memburuk."Dokter Arifin, kamu sudah makan belum? Aku baru dari perjamuan makan malam. Tadi aku ingin mengajakmu, tapi kamu tidurnya sangat nyenyak. Aku merasa nggak enak hati mengganggumu," ujar Wira. Setelah menutup pintu, dia menghampiri Arifin.Arifin tersenyum dan melambaikan tangannya. "Tadi sudah ada yang mengantarkan makanan untukku. Aku sudah makan kok. Kamu nggak usah mengkhawatirkanku.""Selain itu, kita sudah sangat akrab. Kamu nggak usah memanggilku dokter lagi. Panggilan ini terdengar aneh sekali. Panggil saja aku paman."Wira mengangguk. Ada bagusnya juga. Dengan begini, hubungannya dengan Arifin akan
Osman mengangkat gelas anggurnya dan bersulang dengan sopan. Siapa pun bisa melihat bahwa suasana hati Osman sedang tidak baik.Bagaimanapun, jika masalah banjir tidak diselesaikan, masalah ini akan merembet ke mana-mana. Akibatnya akan sangat fatal. Dia tidak ingin melihat hasil seperti itu. Faktanya, masalah yang sedang dihadapi oleh Osman juga adalah masalah yang sedang dihadapi oleh Wira.Untuk menuntaskan bencana banjir ini, mereka membutuhkan sejumlah besar uang. Namun, jika menggunakan kas negara, mereka akan kehabisan uang saat perang terjadi. Pada akhirnya, mereka akan kalah telak.Bagaimanapun, tanpa persediaan makanan dan perlengkapan yang tidak lengkap, bagaimana pasukan bisa berperang? Ketika saat itu tiba, bukankah mereka hanya bisa menyerah?Makan malam berakhir. Suasana hati Osman sangat tidak baik. Dalam perjalanan kembali ke kamarnya, dia terus mencari solusi.Trenggi terus menemani. Osman bisa naik takhta berkat Trenggi. Itu sebabnya, Trenggi adalah orang kepercayaan
"Seluruh tempat sedang dilanda bencana banjir. Aku saja pusing memikirkan masalah ini. Meskipun punya banyak pejabat hebat, nggak ada yang bisa menemukan solusi terbaik.""Tapi, kamu malah berhasil mendapat 5 miliar gabak dari Senia. Bukan cuma reputasi yang terselamatkan, kamu juga nggak perlu keluar sepeser pun untuk mengumpulkan dana bantuan bencana.""Strategimu ini memang luar biasa! Patut kita pelajari!" puji Osman.Osman mengatakan semua ini bukan sekadar untuk memuji, tetapi dia memang berpikir begitu.Seperti yang dikatakan tadi, masalah banjir memang belum sepenuhnya terselesaikan. Sampai sekarang, masalah ini masih menjadi beban pikirannya.Jika tidak segera ditangani, takutnya akan memicu pemberontakan rakyat. Hanya saja, semua orang tahu cara penyelesaiannya adalah memberikan uang kepada rakyat.Kedengarannya sangat sederhana, tetapi sulit untuk merealisasikannya karena dana bantuan bukan nominal yang kecil!Apalagi, Kerajaan Nuala baru saja berdiri kembali dan sebelumnya