Berhubung semua kebijakan yang diusulkan Wira sebelumnya masih belum dijalankan, Iqbal pun mengirimkan surat kepada Kemal lagi. Surat itu berisi tentang teori kemusnahan kerajaan setiap 300 tahun sekali dan mengisyaratkan bahwa Wira memahami rahasia alam. Dimas melangkah maju dan menegur, “Pak Kemal, jangan dikasih hati minta jantung. Yang Mulia sudah setuju untuk mengutus Panglima Yudha, tapi kamu malah mencoba memasukkan seorang pelajar yang bahkan belum lulus ujian kabupaten untuk bekerja di istana. Kalau Yang Mulia setuju, bukankah dia akan digunjing para cendekiawan di seluruh dunia?”Raja Bakir menjawab dengan acuh tak acuh, “Pak Kemal, jangan ungkit tentang masalah ini lagi. Seorang pelajar sepertinya mana mungkin punya begitu banyak bakat. Dia pasti hanyalah pesuruh orang lain.”Raja Bakir sudah mendapatkan informasi dari Pasukan Rahasia Naga dan mengetahui bahwa Wira memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Putro selama di kota pusat pemerintahan. Dia merasa Putro yang suda
Chandika mencibir, “Memangnya kenapa kalau kita menghasilkan sedikit uang? Dibandingkan dengan kehilangan Perbatasan Loko dan Jagabu, ini masih nggak termasuk apa-apa. Sekarang, aku mau menghasilkan uang. Kalau Jagabu sudah jatuh ke tangan musuh, aku akan membawa uang-uang ini kembali ke ibu kota kekaisaran. Dengan adanya uang ini, aku bisa mencari kambing hitam dan melewati masalah ini dengan santai.”Baru saja Chandika selesai berbicara, terdengar suara seseorang yang panik, “Panglima Yudha, Komandan sedang sibuk, kamu nggak boleh masuk seenaknya!”Pada saat ini, Wira dan Yudha sudah masuk ke halaman rumah Chandika. Melihat sekotak demi sekotak uang yang terletak di lantai, kedua orang itu pun mengerutkan kening. Mata mereka sudah dipenuhi amarah.“Yudha, berani sekali kamu menerobos masuk rumah seorang komandan!” Ekspresi Chandika langsung menjadi muram. Dia membentak, “Percaya nggak kalau aku bisa langsung menangkap dan menghukummu dengan hukum militer sekarang juga!”Yudha tidak m
Gubrak! Chandika terjatuh ke lantai dengan sangat ketakutan.Plakat emas setara dengan bertemu Raja langsung. Dengan adanya plakat ini, seseorang bisa menghukum mati pejabat di bawah tingkat ketiga tanpa harus meminta izin istana terlebih dahulu. Saat belum memiliki otoritas saja, Yudha sudah berniat membunuh Chandika. Dengan adanya plakat emas, Yudha sudah bisa membunuhnya secara sah. Jadi, Yudha tidak akan mungkin mengampuninya.Memikirkan keluarganya yang masih ditahan di ibu kota, Yudha menekan niat membunuhnya, lalu menerima plakat emas itu sambil berkata, “Pengawal! Saat dihadapkan dengan perang, Komandan Chandika bukan hanya takut untuk berperang, tapi juga hanya tahu bersenang-senang dan meraup keuntungan. Ambil kembali segel resminya, lalu kurung dia di kediaman ini untuk sementara!”Fiuh! Chandika langsung menghela napas lega. Asalkan dia masih hidup, semuanya masih bisa didapatkannya kembali dengan mengandalkan kemampuan Keluarga Susilo.Para prajurit langsung tercengang. Ke
Berita mengenai Yudha yang diangkat menjadi panglima tertinggi, memiliki plakat emas, dan menjatuhkan Chandika sudah tersebar di seluruh kemah militer.Pada saat ini, ada sebagian jenderal yang merasa gembira, tetapi ada juga sebagian yang terlihat tidak senang. Orang-orang yang merasa tidak senang adalah pejabat militer yang diangkat oleh Keluarga Susilo. Mereka juga termasuk bagian dari keluarga bangsawan.“Kalian nggak perlu begitu sungkan.” Yudha menunjuk ke arah Wira, lalu berkata, “Ini adalah Tuan Wahyudi, penasihat militer yang kuundang. Kelak, apa yang diperintahkannya juga merupakan perintahku!”“Penasihat militer?” Ada banyak orang yang mengamati Wira dengan penasaran. Orang yang diundang Panglima Yudha sebagai penasihat militer pasti memiliki bakat yang luar biasa.“Panglima Yudha, setahuku, Tuan Wahyudi hanyalah seorang pelajar yang belum pernah berperang. Mana mungkin dia bisa memerintah kami? Kalau kami menurutinya dan kalah dalam perang ini, siapa yang akan bertanggung j
Wira menunjuk ke arah dua jenderal batalion. Sebab, kedua orang ini tidak mampu menahan kesenangan mereka saat melihat Herdian berlutut dan mendengar tentang penyitaan uang Chandika.“Baik!” Kedua jenderal batalion itu menangkupkan tangan, lalu pergi ke kediaman Chandika bersama dengan Herdian.Pada saat ini, sekelompok jenderal menatap Wira dengan ketakutan. Di sisi lain, Yudha hanya tertawa ringan. Para jenderal militer hanya takut pada otoritas. Jadi, mereka harus diintimidasi supaya bisa diatur dengan mudah.Wira bertanya, “Siapa yang masih punya pertanyaan?”Seorang letnan jenderal bernama Aksa berjalan maju dan berkata sambil menangkupkan tangannya, “Tuan Wahyudi, saat ini, moral prajurit sangat rendah. Mereka merasa Nuala pasti akan kalah dalam pertempuran ini. Meskipun digaji, para prajurit juga nggak akan punya semangat tempur. Kita harus bisa memenangkan peperangan untuk meningkatkan moral mereka. Bagaimana Tuan Wahyudi bisa memimpin kami untuk meraih kemenangan?”Para jender
Di Kediaman Gumilar. “Haha! Wira benar-benar bernyali dan selalu melakukan hal-hal yang berada di luar dugaan!” Setelah mendapat kabar dari kemah militer, Putro pun tertawa terbahak-bahak.Fabrian bertanya dengan heran, “Paman, bukannya Paman Wira hanya menyuruh orang untuk menyampaikan pesan? Apanya yang istimewa?”Putro berdesah pelan, “Di dunia ini, sebagian besar orang itu bodoh dan akan percaya pada apa saja yang dikatakan orang lain. Kali ini, pesan yang disampaikan Wira ada yang benar dan ada juga yang palsu. Tapi, nggak peduli benar atau palsu, asalkan diucapkan berulang kali, semua penduduk dan prajurit akan percaya. Begitu percaya, mereka akan punya semangat juang. Dengan begitu, melindungi kota nggak akan jadi masalah lagi.”Fabrian bertanya dengan khawatir, “Paman, apa menurutmu Paman Wira bisa membantu Yudha memenangkan perang ini?”Putro tersenyum pelan, lalu menjawab, “Awalnya, aku sedikit khawatir. Tapi setelah melihat tindakannya yang berani ini, aku rasa dia bersedia
Pasokan militer yang sebelumnya sangat sedikit pun langsung menjadi melimpah. Setelah menukar uang emas menjadi uang perak dan koin tembaga, Wira dan Yudha pun pergi ke perkemahan militer.Para prajurit berbaris menurut tingkatan dari tinggi, menengah hingga rendah. Kemudian, Wira dan Yudha membagikan gaji mereka satu per satu.Gaji prajurit sangat sedikit, prajurit tingkat tinggi hanya mendapat gaji 1.000 gabak per bulan, sedangkan prajurit tingkat menengah mendapatkan 700 gabak per bulan dan prajurit tingkat rendah mendapatkan 500 gabak per bulan.Proses pembagian gaji ini sangat merepotkan. Yudha awalnya ingin menugaskan pejabat militer untuk melakukannya, tetapi malah dicegah Wira. Saat membagi gaji, mereka berdua memanggil nama prajurit, lalu menyemangati mereka. Meskipun melakukannya berdua, seluruh proses pembagian gaji berlangsung selama delapan jam. Saat semuanya selesai, langit sudah gelap.Para prajurit yang sudah mendapatkan gaji merasa sangat terharu dan berterima kasih ke
“Pasukan Zirah Hitam dibimbing ayahku sendiri. Para prajurit sangat terampil dalam seni bela diri, juga dilengkapi baju zirah hitam dan golok hitam. Moral prajurit sangat tinggi dan mereka bisa mengendalikan berbagai formasi militer dengan sangat mudah. Jadi, nggak ada orang yang takut pada pasukan berkuda bangsa Agrel.”Yudha tersenyum getir dan melanjutkan, “Tapi, prajurit di Jagabu memiliki keterampilan yang biasa-biasa saja. Meskipun moral prajurit sudah meningkat, mereka juga hanya bisa melindungi kota. Begitu diharuskan untuk berperang melawan pasukan besar bangsa Agrel, semangat mereka pasti akan langsung padam.”Wira bertanya dengan penuh harapan, “Apa ada kemungkinan untuk mengumpulkan kembali Pasukan Zirah Hitam?”“Ayah menghabiskan upaya selama 10 tahun untuk menghasilkan Pasukan Zirah Hitam yang terdiri dari 10 ribu pasukan. Dalam pertarungan membela seluruh negeri selama 10 tahun, sebagian besar prajurit sudah gugur. Dalam insiden lima tahun lalu, ada lagi 2.000 prajurit y