Share

Bab 264

Author: Arif
Yudha langsung berbalik dan menjawab, “Aku akan menunduk pada Chandika dan membiarkannya memerintahku. Asalkan dia bersedia menerima usulku, kita pasti bisa melindungi Kota Pusat Pemerintahan Jagabu!”

“Yudha, kamu nggak tahu seberapa mengerikannya persaingan di istana!” Putro adalah orang yang berpengalaman, dia pun menasihati, “Kamu kira dia akan menerima usulmu biarpun kamu tunduk? Nggak mungkin. Dia hanya akan memanfaatkanmu. Kalau kota ini berhasil dilindungi, dia yang akan berjasa. Kalau gagal, dia akan langsung kabur dan menyalahkanmu atas semuanya!”

Sebelum pergi, Yudha berkata, “Asalkan bisa melindungi Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, aku rela mengorbankan hidupku!”

Putro menggeleng dan berdesah, “Haih. Anak itu sama saja seperti ayahnya. Mereka hanya berpikir untuk setia pada kerajaan dan berkorban demi rakyat tanpa tahu seberapa kejamnya hati manusia.”

“Kak, belum tentu dia nggak ngerti. Aku rasa, dia hanya ingin berpegang teguh pada keyakinannya. Orang baik sepertinya sudah s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 265

    Wira memang sudah memberi Wisnu dan yang lainnya sedikit uang. Namun, dengan harga barang yang melonjak tinggi, mereka pasti akan kelaparan setiap hari....“Apa? Raharja berkhianat dan membunuh Raditya sehingga Perbatasan Loko jatuh ke tangan musuh?”Chandika yang bersenang-senang semalaman baru bangun. Begitu mendengar berita ini, dia langsung tercengang dan terjatuh kembali ke tempat tidur. Kemudian, dia buru-buru berdiri dan berteriak, “Ce ... cepat bereskan semua barang! Kita harus segera kembali ke ibu kota! Kota Pusat Pemerintahan Jagabu sudah nggak aman!”“Tuan, nggak bisa begitu!” Seorang pengawal pribadinya buru-buru membujuk, “Kamu itu komandan pertahanan yang ditunjuk kerajaan. Dengan jatuhnya Perbatasan Loko ke tangan musuh, kamu sudah melakukan pelanggaran besar. Kalau kamu melarikan diri lagi, itu artinya kamu melalaikan tugas dan pasti akan diadili. Pada saat itu, bahkan ayahmu juga nggak akan bisa menolongmu!”Chandika memaki, “Sialan! Untuk apa aku peduli? Sekarang, P

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 266

    Chandika melambaikan tangannya dan berkata, “Raja Tanuwi membawa pasukan besar yang jumlahnya mencapai 100 ribu prajurit, sedangkan kita hanya punya 20-30 ribu bawahan. Memangnya berapa banyak orang yang bisa kamu pilih? Melakukan serangan diam-diam nggak ada bedanya dengan menggali lubang kubur sendiri. Aku nggak akan setuju. Sebaiknya kamu pulang saja!”Buk!Yudha tidak rela untuk pergi. Setelah keluar dari kediaman Chandika, dia pun meninju dinding rumah. Apa yang terpenting saat berperang adalah moral prajurit. Jika moral prajurit rendah, memiliki seberapa banyak prajurit juga tidak akan berguna. Ini adalah kesempatan yang sangat bagus, tetapi Chandika malah tidak berani mengambil risiko.Tepat pada saat ini, kereta kuda Keluarga Barus melaju mendekat. Farrel yang memegang kipas turun dari kereta kuda diikuti gadis berpakaian ungu yang menggenggam Pedang Treksha.Farrel mengedipkan matanya dan berkata, “Panglima Yudha, kalau aku nggak salah tebak, kamu seharusnya datang untuk membe

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 267

    Setelah membaca surat itu secara bergantian, semua orang pun mengerutkan keningnya.Jika Perbatasan Loko yang memiliki pertahanan kuat jatuh ke tangan musuh hanya dalam waktu tiga hari, berapa lama Kota Pusat Pemerintahan Jagabu sanggup bertahan? Raja Tanuwi memiliki kekuatan tempur yang sangat hebat. Siapa orang di Nuala yang mampu menghalanginya?Setelah terdiam beberapa saat, Kemal langsung berlutut dan berkata, “Yang Mulia, tolong segera keluarkan dekrit untuk mengangkat Yudha sebagai panglima tertinggi, lalu kerahkanlah seluruh prajurit di kota provinsi untuk menjaga pintu masuk kota agar mereka bisa menahan serangan pasukan Raja Tanuwi!”Setelah merenung sejenak, Raja Bakir bertanya, “Pak Ardi, bagaimana menurutmu?”“Yang Mulia, kemampuan Yudha memimpin pasukan memang jauh lebih hebat dari Chandika. Tapi, dia masih muda dan keras kepala, juga meremehkan bangsa Agrel. Kalau membiarkannya memimpin pasukan, dia pasti akan memilih untuk bertarung dengan bangsa Agrel.”Ardi melanjutka

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 268

    Berhubung semua kebijakan yang diusulkan Wira sebelumnya masih belum dijalankan, Iqbal pun mengirimkan surat kepada Kemal lagi. Surat itu berisi tentang teori kemusnahan kerajaan setiap 300 tahun sekali dan mengisyaratkan bahwa Wira memahami rahasia alam. Dimas melangkah maju dan menegur, “Pak Kemal, jangan dikasih hati minta jantung. Yang Mulia sudah setuju untuk mengutus Panglima Yudha, tapi kamu malah mencoba memasukkan seorang pelajar yang bahkan belum lulus ujian kabupaten untuk bekerja di istana. Kalau Yang Mulia setuju, bukankah dia akan digunjing para cendekiawan di seluruh dunia?”Raja Bakir menjawab dengan acuh tak acuh, “Pak Kemal, jangan ungkit tentang masalah ini lagi. Seorang pelajar sepertinya mana mungkin punya begitu banyak bakat. Dia pasti hanyalah pesuruh orang lain.”Raja Bakir sudah mendapatkan informasi dari Pasukan Rahasia Naga dan mengetahui bahwa Wira memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Putro selama di kota pusat pemerintahan. Dia merasa Putro yang suda

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 269

    Chandika mencibir, “Memangnya kenapa kalau kita menghasilkan sedikit uang? Dibandingkan dengan kehilangan Perbatasan Loko dan Jagabu, ini masih nggak termasuk apa-apa. Sekarang, aku mau menghasilkan uang. Kalau Jagabu sudah jatuh ke tangan musuh, aku akan membawa uang-uang ini kembali ke ibu kota kekaisaran. Dengan adanya uang ini, aku bisa mencari kambing hitam dan melewati masalah ini dengan santai.”Baru saja Chandika selesai berbicara, terdengar suara seseorang yang panik, “Panglima Yudha, Komandan sedang sibuk, kamu nggak boleh masuk seenaknya!”Pada saat ini, Wira dan Yudha sudah masuk ke halaman rumah Chandika. Melihat sekotak demi sekotak uang yang terletak di lantai, kedua orang itu pun mengerutkan kening. Mata mereka sudah dipenuhi amarah.“Yudha, berani sekali kamu menerobos masuk rumah seorang komandan!” Ekspresi Chandika langsung menjadi muram. Dia membentak, “Percaya nggak kalau aku bisa langsung menangkap dan menghukummu dengan hukum militer sekarang juga!”Yudha tidak m

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 270

    Gubrak! Chandika terjatuh ke lantai dengan sangat ketakutan.Plakat emas setara dengan bertemu Raja langsung. Dengan adanya plakat ini, seseorang bisa menghukum mati pejabat di bawah tingkat ketiga tanpa harus meminta izin istana terlebih dahulu. Saat belum memiliki otoritas saja, Yudha sudah berniat membunuh Chandika. Dengan adanya plakat emas, Yudha sudah bisa membunuhnya secara sah. Jadi, Yudha tidak akan mungkin mengampuninya.Memikirkan keluarganya yang masih ditahan di ibu kota, Yudha menekan niat membunuhnya, lalu menerima plakat emas itu sambil berkata, “Pengawal! Saat dihadapkan dengan perang, Komandan Chandika bukan hanya takut untuk berperang, tapi juga hanya tahu bersenang-senang dan meraup keuntungan. Ambil kembali segel resminya, lalu kurung dia di kediaman ini untuk sementara!”Fiuh! Chandika langsung menghela napas lega. Asalkan dia masih hidup, semuanya masih bisa didapatkannya kembali dengan mengandalkan kemampuan Keluarga Susilo.Para prajurit langsung tercengang. Ke

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 271

    Berita mengenai Yudha yang diangkat menjadi panglima tertinggi, memiliki plakat emas, dan menjatuhkan Chandika sudah tersebar di seluruh kemah militer.Pada saat ini, ada sebagian jenderal yang merasa gembira, tetapi ada juga sebagian yang terlihat tidak senang. Orang-orang yang merasa tidak senang adalah pejabat militer yang diangkat oleh Keluarga Susilo. Mereka juga termasuk bagian dari keluarga bangsawan.“Kalian nggak perlu begitu sungkan.” Yudha menunjuk ke arah Wira, lalu berkata, “Ini adalah Tuan Wahyudi, penasihat militer yang kuundang. Kelak, apa yang diperintahkannya juga merupakan perintahku!”“Penasihat militer?” Ada banyak orang yang mengamati Wira dengan penasaran. Orang yang diundang Panglima Yudha sebagai penasihat militer pasti memiliki bakat yang luar biasa.“Panglima Yudha, setahuku, Tuan Wahyudi hanyalah seorang pelajar yang belum pernah berperang. Mana mungkin dia bisa memerintah kami? Kalau kami menurutinya dan kalah dalam perang ini, siapa yang akan bertanggung j

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 272

    Wira menunjuk ke arah dua jenderal batalion. Sebab, kedua orang ini tidak mampu menahan kesenangan mereka saat melihat Herdian berlutut dan mendengar tentang penyitaan uang Chandika.“Baik!” Kedua jenderal batalion itu menangkupkan tangan, lalu pergi ke kediaman Chandika bersama dengan Herdian.Pada saat ini, sekelompok jenderal menatap Wira dengan ketakutan. Di sisi lain, Yudha hanya tertawa ringan. Para jenderal militer hanya takut pada otoritas. Jadi, mereka harus diintimidasi supaya bisa diatur dengan mudah.Wira bertanya, “Siapa yang masih punya pertanyaan?”Seorang letnan jenderal bernama Aksa berjalan maju dan berkata sambil menangkupkan tangannya, “Tuan Wahyudi, saat ini, moral prajurit sangat rendah. Mereka merasa Nuala pasti akan kalah dalam pertempuran ini. Meskipun digaji, para prajurit juga nggak akan punya semangat tempur. Kita harus bisa memenangkan peperangan untuk meningkatkan moral mereka. Bagaimana Tuan Wahyudi bisa memimpin kami untuk meraih kemenangan?”Para jender

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3192

    Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3191

    Adegan ini benar-benar sama dengan situasi saat pasukan utara disergap sebelumnya, bahkan Zaki sendiri pun tidak menyangka hal ini akan menjadi seperti ini. Setelah terdiam beberapa saat, dia langsung berteriak agar semuanya mundur. Namun, para prajurit di bagian belakang tidak bisa mendengar suaranya, sehingga para kavaleri pun bertabrakan.Melihat adegan itu, Darsa yang merupakan komandan pasukan utara juga tercengang. Dia tidak menyangka para kavaleri yang tiba-tiba muncul ini begitu ganas, pasukan utara jelas tidak bisa menandingi kekuatan mereka. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, cepat pergi bantu Zaki, jangan biarkan dia jatuh ke tangan musuh."Joko yang terus mengamati situasi di medan perang pun langsung menyadari ada yang tidak beres dan segera maju ke depan.Melihat pasukan utara dikepung pasukan besar, Wira tersenyum dan langsung berteriak, "Semuanya, cepat serang mereka sekarang juga dan pastikan untuk menghabisi mereka semuanya."Semua orang merasa sangat berse

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3190

    Begitu para pemanah menghentikan serangan mereka, banyak orang yang terkejut. Beberapa saat kemudian, seseorang berkata, "Jenderal, waktunya sudah hampir tiba."Mendengar ini, Zaki mengangguk dan berseru dengan penuh antusiasme, "Kavaleri, serbu!"Gelombang besar pasukan berkuda langsung melesat ke depan, menyerbu dengan kekuatan penuh. Melihat ini, Wira tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Di sisinya, Nafis dan Arhan tampak agak heran. Menurut mereka, jika kavaleri musuh sudah mulai menyerang, ini adalah waktu terbaik untuk menumpas mereka.Namun, ketika melihat Wira tetap tenang dan tidak segera menurunkan perintah, keduanya sempat tertegun.Beberapa saat kemudian, seolah-olah telah memperhitungkan sesuatu, Wira tersenyum tipis dan berkata dengan suara pelan, "Kalian berdua jangan terburu-buru. Tunggu sebentar lagi. Biarkan mereka mencapai puncak semangat mereka terlebih dahulu."Awalnya, Nafis dan Arhan masih kebingungan. Namun, mereka segera memahami maksud Wira. Tidak heran W

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3189

    Tak jauh dari Pulau Hulu, Wira bersama pasukannya menunggu dengan sabar. Saat ini, seorang mata-mata yang dikirim sebelumnya berlari kembali dan melaporkan dengan hormat, "Tuan, pasukan utara sedang berkumpul. Sepertinya kali ini mereka akan melakukan serangan kavaleri."Mendengar laporan itu, wajah Wira langsung berseri-seri. Dia mengangguk paham. Akhirnya kavaleri pasukan utara mulai bergerak. Jika mereka sudah mengambil langkah ini, sisanya akan lebih mudah ditangani.Segera, dia melambaikan tangannya dan berseru, "Kavaleri, bersiap!"Di barisan belakang, Arhan dan Nafis langsung mengepalkan tangan mereka sebagai tanda hormat dan merespons dengan lantang.Meskipun Wira membawa pasukan dalam jumlah besar, kavaleri yang dimilikinya sebenarnya tidak terlalu banyak. Selain 3.000 kavaleri dari Pasukan Harimau, dia hanya memiliki 5.000 kavaleri di bawah komando Nafis, sementara sebagian besar adalah pasukan infanteri.Itu sebabnya, Wira begitu menantikan pertempuran ini.Setelah beberapa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3188

    Bahkan, ada yang begitu bersemangat hingga berkata, "Kita sendiri pun nggak nyangka kekuatan kita kali ini akan begitu luar biasa. Kalau kita bisa menyelesaikan ini, yang lainnya pun pasti bisa kita atasi juga."Mendengar itu, para prajurit pasukan utara mengangguk setuju. Setelah berhasil menumpas musuh, wajah para bandit yang masih bertahan di garis depan pun berubah drastis, menjadi pucat.Beberapa dari mereka pun mulai bersuara, "Ini benar-benar di luar dugaan! Ternyata pasukan utara sekuat ini!"Ada yang tetap tenang, tetapi ada yang sangat bersemangat. Mereka merasa bahwa kemenangan sudah pasti di tangan pasukan utara.Melihat situasi ini, para prajurit tersenyum. Setelah menyelesaikan gelombang serangan ini, mereka mengangguk puas. Seseorang bahkan berkata dengan penuh semangat, "Ternyata para bandit ini nggak sekuat yang kita kira. Mereka bisa dilenyapkan secepat ini? Lemah sekali!"Di sisi pasukan utara, sorak-sorai kemenangan bergema. Menurut mereka, kekuatan mereka kali ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3187

    Setelah Hayam tiba di bawah, dia segera melihat Adjie yang tengah bertempur sengit. Tanpa ragu, Hayam langsung mendekat.Saat itu, Adjie baru saja menebas seorang lawan, lalu menoleh ke arah Hayam. Karena situasi yang kacau, dia tidak langsung mengenali siapa yang datang. Mengira itu adalah musuh, Adjie pun mengayunkan pedangnya ke arah leher Hayam.Melihat itu, ekspresi Hayam langsung berubah. Dia buru-buru berteriak, "Ini aku! Kawan sendiri!"Mendengar suara itu, Adjie langsung tersadar. Setelah beberapa saat, dia terpikir akan sesuatu dan berkata, "Kenapa kamu kemari? Kalau sampai mereka mengetahui identitas kita, semua usaha yang telah dilakukan oleh Tuan Wira akan sia-sia!"Hayam hanya tersenyum dan berucap, "Tenang saja, situasi sekarang sudah kacau balau. Nggak akan ada yang menyadari apa pun. Lagi pula, lihatlah. Mereka bahkan nggak punya waktu untuk memikirkan hal lain."Setelah bersama-sama menebas beberapa prajurit pasukan utara, Hayam yang berada di samping berkata, "Tuan W

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3186

    Prajurit yang sebelumnya melaporkan berita itu segera berkata, "Jumlah mereka nggak banyak, kira-kira hanya sekitar 1.000 orang. Mereka datang dari arah timur, selatan, dan utara. Tapi yang aneh, pakaian mereka bukan seperti pasukan kavaleri biasa!"Mendengar hal itu, Zaki tertegun sejenak, lalu langsung berjalan keluar. Begitu melihat pasukan yang menyerbu masuk, dia tertawa dingin dan berkata, "Sungguh di luar dugaan! Aku nggak nyangka mereka akan seberani ini.""Sialan, segerombolan bandit saja berani menyerang kita pada saat seperti ini? Mereka memang sudah bosan hidup!"Joko dan Darsa yang berdiri di sebelahnya juga tampak terkejut. Bahkan, beberapa orang di belakang mereka tampak tertegun. Mereka tidak menyangka bahwa hanya dengan 1.000 orang, para bandit itu berani menyerang pasukan utara yang jumlahnya jauh lebih besar.Saat ini, Darsa segera memberi perintah, "Joko, bawa pasukanmu dan hadapi mereka di garis depan! Jangan biarkan mereka bergerak lebih jauh!"Mendengar perintah

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3185

    Saat ini, pasukan utara belum menyadari bahwa para bandit dari Desa Riwut telah mengepung mereka. Setelah mengatur semuanya, Adjie segera memimpin anak buahnya untuk menyerbu ke depan. Dalam pandangan mereka, kali ini benar-benar adalah kesempatan emas.Saat ini, seseorang berujar, "Sebelumnya aku nggak nyangka melawan pasukan utara bisa semudah ini!"Begitu ucapan itu dilontarkan, suara sorakan dari belakang semakin menggema. Detik berikutnya, pasukan utara yang berada di bawah langsung tersapu oleh arus air yang deras. Melihat kejadian ini, banyak orang tersenyum puas, merasa bahwa serangan ini telah melampaui ekspektasi mereka.Para prajurit yang berjaga di kamp pasukan utara terkejut bukan main. Mereka sama sekali tidak menyangka situasi bisa berubah secepat ini.Ketika mereka melihat air bah tiba-tiba menerjang, salah satu penjaga berseru panik, "Banjir! Banjir datang!"Teriakan itu segera membangkitkan kepanikan di seluruh kamp. Banyak orang tidak bisa memahami bagaimana hal ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3184

    Semua orang mengangguk setuju. Setelah urusan ini diselesaikan, langkah selanjutnya adalah menghadapi pasukan utara.....Di sisi lain, Adjie masih menunggu kabar dari Wira. Setelah beberapa kali menenangkan bawahannya agar tetap bersabar, tiba-tiba terdengar suara kucing mengeong dari luar. Itu adalah tanda yang telah disepakati sebelumnya.Mendengar suara itu, Adjie langsung bersemangat. Dia segera keluar dari tenda karena tahu bahwa utusannya pasti telah kembali, yang berarti perintah dari Wira juga sudah sampai.Saat melihat sosok yang berdiri di luar, Adjie langsung maju dan bertanya dengan penuh antusiasme, "Bagaimana? Apakah semuanya sudah beres?"Orang yang datang itu bergegas memberi hormat dan menjawab, "Jenderal Adjie, perintah dari Tuan sudah datang. Kita bisa mulai menyerang!""Apa?" Adjie menyeringai mendengar kabar itu. Tanpa membuang waktu, dia langsung berjalan ke arah saluran air di mana para anak buahnya sudah menunggu dengan gelisah. Mereka sudah lama menunggu perin

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status