Vila Larimas sudah dikepung oleh pasukan dari Kerajaan Beluana, saat ini Jazali yang berada di dalam juga tidak memiliki jalan keluar.Bakti tentu saja berharap bisa membujuk Jazali, sehingga dia bisa mendapatkan barang-barang itu tanpa perlu bertempur. Jika benar-benar terjadi pertempuran, masalahnya mungkin akan makin memburuk. Barang masih berada di tangan Jazali, pada akhirnya semua akan sia-sia jika Jazali memutuskan untuk menghancurkan tempat itu.Justru karena hal inilah, Jazali bisa kembali ke dalam Vila Larimas dan bertemu dengan Wira."Aku nggak akan membunuhmu. Tapi, semua dokumen di sini sudah dibawa pergi oleh orang-orangku. Pikirkan baik-baik, apa kamu bersedia ikut denganku? Kamu nggak perlu mengorbankan nyawamu sia-sia di sini. Meskipun saat itu Bhurek nggak melihat potensimu dan nggak memberimu posisi penting, aku tahu kamu memang adalah seseorang yang berbakat.""Kalau nggak, tadi aku sudah menembakmu. Aku membutuhkan orang-orang yang berbakat. Kalau kamu bersedia per
"Semuanya tentu saja bisa dilakukan dengan diam-diam. Kalau kamu ingin ikut aku pergi, aku akan membawamu pergi melalui terowongan bawah tanah. Bagaimana menurutmu?" kata Wira.Wira makin suka pada Jazali. Terutama saat melihat penampilan Jazali, dia bisa melihat Jazali adalah seseorang yang setia pada negaranya dan memiliki ambisi besar dalam hati.Dia kebetulan dikelilingi orang seperti ini, contohnya Osmaro dan yang lainnya. Mereka awalnya datang karena reputasinya dan tinggal di Dusun Darmadi, tetapi mereka juga peduli dengan nasib rakyat. Jika bukan karena dukungan dari rakyat di sembilan provinsi, dia tentu saja tidak akan berada di posisinya saat ini dan dikelilingi begitu banyak orang berbakat."Kamu pikirkan baik-baik dulu, sekarang kita masih punya waktu," kata Wira sambil tersenyum. Dia berdiri di samping dan menunggu dengan sabar, sedangkan senapannya sudah disimpan kembali.Dibandingkan dengan Wira, Lucy terlihat lebih cemas dan tetap menatap Jazali dengan tajam. Meskipun
"Baiklah, aku ikuti rencana Tuan Wira," kata Jazali dengan gembira, lalu berbalik dan bersiap untuk meninggalkan Wira. Namun, baru berjalan dua langkah saja, dia tiba-tiba menghentikan langkahnya."Masih ada masalah lain?" tanya Wira saat melihat Jazali menoleh ke arahnya.Setelah ragu sejenak, Jazali baru berkata, "Kamu benar-benar tenang membiarkanku keluar begitu saja? Kalau aku bersekongkol dengan Bakti untuk menangkapmu, apa yang akan kamu lakukan?"Wira tersenyum dengan santai dan berkata, "Ini bukan masalah besar. Aku percaya kamu nggak akan seperti itu dan aku juga percaya pada kepribadianmu. Kalau nggak, mana mungkin aku rela membiarkanmu pergi."Jazali makin terharu karena ini pertama kalinya dia bertemu dengan seorang pemimpin yang benar-benar bijaksana. Bisa bertemu dengan orang seperti Wira benar-benar anugerah terbesar seumur hidupnya."Kamu tunggu saja kabar dariku, aku akan segera kembali," kata Jazali, lalu pergi."Menurutmu, dia benar-benar bisa dipercaya?" tanya Lucy
Wira berkata dengan tegas, "Kalian boleh mengambil harta itu sedikit, tapi jangan terlalu banyak agar kita nggak kesulitan berjalan dan akhirnya mati di terowongan karena emas dan perhiasan ini. Kalian harus selalu ingat. Selama kita bisa bertahan hidup, uang akan datang lagi."Semua orang menganggukkan kepala dengan tatapan yang gembira, lalu mulai sibuk mengambil emas dan perhiasan itu. Dalam sekejap, mereka sudah mengisi saku mereka penuh dengan harta itu. Setelah selesai, mereka satu per satu mulai memasuki terowongan itu dengan diikuti oleh Wira dan Lucy.....Setengah jam kemudian, Bakti mulai kehilangan kesabarannya karena tetap tidak ada kabar dari Jazali."Di mana orangnya? Jangan-jangan anak itu sedang merencanakan sesuatu untuk melawan kita," kata Bakti yang sedang menunggang kuda dengan mengernyitkan alis."Bagaimana kalau kita masuk untuk memeriksanya?" kata salah seorang yang berdiri di samping Bakti dengan segera."Baiklah!" jawab Bakti. Meskipun dia sudah memberi waktu
"Jenderal, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" Pengawal yang tadi berbicara segera bertanya.Sekarang bukan saatnya untuk marah, mereka harus segera menemukan dokumen-dokumen itu. Jika sampai dokumen itu hilang, Bakti tidak bisa menjelaskannya pada Alzam. Dia baru saja mendapatkan kepercayaan, kelak mungkin akan menjadi jenderal besar. Namun, ini baru tugas pertama dari Alzam, dia sudah mengacaukannya sampai tidak bisa menegakkan kepala dan malu untuk bertemu Alzam."Apa lagi yang bisa kita lakukan sekarang. Dasar bodoh, semua menyebar sekarang juga. Aku nggak percaya mereka bisa menghilang begitu saja. Cepat cari di sekitar, kita pasti bisa menemukan jejaknya. Kalian harus mendapatkan gulungan dokumen itu kembali. Kalau kalian menemukan Jazali lagi, langsung bunuh saja dan nggak perlu banyak berbicara," kata Bakti dengan marah.Sekarang Bakti merasa sangat gelisah. Sekarang dia hanya memiliki satu pemikiran yaitu harus menemukan kembali gulungan dokumen-dokumen itu.....Pada sa
Agha merasa benar-benar menyebalkan.Melihat ekspresi Agha, semua orang hampir saja tertawa karena situasinya sangat menarik."Sudahlah. Sekarang semuanya sudah berkumpul, kita jangan membuang-buang waktu di sini lagi. Cepat kemasi barang-barang dan segera pergi dari sini. Vila Larimas sudah nggak aman lagi. Mungkin sebentar lagi Bakti akan mengetahui posisi kita dan mengirim pasukannya untuk mengejar kita. Kalau nggak terdesak, kita nggak perlu berselisih dengan mereka," kata Wira.Semua orang menganggukkan kepala. Setelah berkemas sebentar, mereka segera mengikuti Wira dan pergi ke kejauhan. Saat sore tiba, mereka semua sudah meninggalkan Vila Larimas dan berhasil menemukan tempat berlindung.Sementara itu, Bakti yang sibuk mencari di sekitar Vila Larimas, tetapi tetap tidak menemukan jejak apa pun. Pada akhirnya, dia hanya bisa membawa emas dan perhiasan kembali ke ibu kota. Saat ini, dia sedang berada di kediaman perdana menteri."Apa gunanya kamu membawa barang-barang ini kembali
Setelah meninggalkan Vila Larimas, Wira dan yang lainnya terus bergerak ke selatan dan akhirnya tiba di Gunung Magah. Mereka sudah tidak melihat prajurit Kerajaan Beluana di sepanjang perjalanan ini, sehingga mereka memperlambat langkah dan beristirahat di sebuah desa kecil di sekitar Gunung Magah.Untungnya, orang-orang di desa itu cukup ramah. Wira dan yang lainnya juga sangat dermawan dan memberikan banyak emas, sehingga penduduk di desa menyambut mereka. Penduduk desa itu segera menyiapkan kamar untuk beristirahat dan makanan untuk mereka.Wira dan yang lainnya berkumpul di dalam kamar, sedangkan Agha dan Ihatra berjaga di luar pintu untuk mengamati situasi sekitar. Banyak anggota jaringan mata-mata yang berjaga di luar desa juga.Dia memeriksa dokumen-dokumen di tangannya sambil minum teh. Harus diakui, informasi di dokumen itu memang mengejutkan. Baik pejabat kecil ataupun besar, semua tercatat di dokumen itu.Yang paling mengejutkannya adalah kelemahan semua pejabat itu tercatat
Wira menatap Mahart dan berkata sambil tersenyum, "Jangan berkata seperti itu juga. Mungkin saja, cepat atau lambat barang-barang ini akan berguna. Kerajaan Beluana sudah penuh dengan cacat, sekarang seluruh urusan pemerintahannya sudah berada di tangan Alzam.""Aku yakin sebentar lagi mereka pasti akan mulai menentang Alzam. Kalau aku membawa pasukan dan begitu banyak rahasia ini ke ibu kota pada saat itu, mereka pasti akan menyerah pada kita dengan patuh."Semua orang menganggukkan kepala.Wira memang berpikir jauh ke depan. Sebagai seorang pemimpin, dia harus mempertimbangkan jalan ke depan dengan matang. Dia tidak mungkin hanya fokus dengan jalan yang ada di depan mata saja karena itu tidak akan membawanya melangkah jauh."Apa yang kamu katakan benar juga, tapi aku tetap merasa nggak berguna. Setelah sampai di sini, aku juga nggak tahu apa yang harus dilakukan. Hanya membuang-buang waktu saja. Kalau lain kali ada urusan seperti ini, aku nggak akan ikut lagi. Sangat membosankan dan