Agha merasa benar-benar menyebalkan.Melihat ekspresi Agha, semua orang hampir saja tertawa karena situasinya sangat menarik."Sudahlah. Sekarang semuanya sudah berkumpul, kita jangan membuang-buang waktu di sini lagi. Cepat kemasi barang-barang dan segera pergi dari sini. Vila Larimas sudah nggak aman lagi. Mungkin sebentar lagi Bakti akan mengetahui posisi kita dan mengirim pasukannya untuk mengejar kita. Kalau nggak terdesak, kita nggak perlu berselisih dengan mereka," kata Wira.Semua orang menganggukkan kepala. Setelah berkemas sebentar, mereka segera mengikuti Wira dan pergi ke kejauhan. Saat sore tiba, mereka semua sudah meninggalkan Vila Larimas dan berhasil menemukan tempat berlindung.Sementara itu, Bakti yang sibuk mencari di sekitar Vila Larimas, tetapi tetap tidak menemukan jejak apa pun. Pada akhirnya, dia hanya bisa membawa emas dan perhiasan kembali ke ibu kota. Saat ini, dia sedang berada di kediaman perdana menteri."Apa gunanya kamu membawa barang-barang ini kembali
Setelah meninggalkan Vila Larimas, Wira dan yang lainnya terus bergerak ke selatan dan akhirnya tiba di Gunung Magah. Mereka sudah tidak melihat prajurit Kerajaan Beluana di sepanjang perjalanan ini, sehingga mereka memperlambat langkah dan beristirahat di sebuah desa kecil di sekitar Gunung Magah.Untungnya, orang-orang di desa itu cukup ramah. Wira dan yang lainnya juga sangat dermawan dan memberikan banyak emas, sehingga penduduk di desa menyambut mereka. Penduduk desa itu segera menyiapkan kamar untuk beristirahat dan makanan untuk mereka.Wira dan yang lainnya berkumpul di dalam kamar, sedangkan Agha dan Ihatra berjaga di luar pintu untuk mengamati situasi sekitar. Banyak anggota jaringan mata-mata yang berjaga di luar desa juga.Dia memeriksa dokumen-dokumen di tangannya sambil minum teh. Harus diakui, informasi di dokumen itu memang mengejutkan. Baik pejabat kecil ataupun besar, semua tercatat di dokumen itu.Yang paling mengejutkannya adalah kelemahan semua pejabat itu tercatat
Wira menatap Mahart dan berkata sambil tersenyum, "Jangan berkata seperti itu juga. Mungkin saja, cepat atau lambat barang-barang ini akan berguna. Kerajaan Beluana sudah penuh dengan cacat, sekarang seluruh urusan pemerintahannya sudah berada di tangan Alzam.""Aku yakin sebentar lagi mereka pasti akan mulai menentang Alzam. Kalau aku membawa pasukan dan begitu banyak rahasia ini ke ibu kota pada saat itu, mereka pasti akan menyerah pada kita dengan patuh."Semua orang menganggukkan kepala.Wira memang berpikir jauh ke depan. Sebagai seorang pemimpin, dia harus mempertimbangkan jalan ke depan dengan matang. Dia tidak mungkin hanya fokus dengan jalan yang ada di depan mata saja karena itu tidak akan membawanya melangkah jauh."Apa yang kamu katakan benar juga, tapi aku tetap merasa nggak berguna. Setelah sampai di sini, aku juga nggak tahu apa yang harus dilakukan. Hanya membuang-buang waktu saja. Kalau lain kali ada urusan seperti ini, aku nggak akan ikut lagi. Sangat membosankan dan
"Bukankah tadi kamu bilang bosan? Sekarang kesempatanmu sudah datang, kamu bisa menunjukkan kemampuanmu," kata Wira sambil mengambil sepotong kue dan melemparkannya tepat ke kepala Mahart.Mahart baru saja berbaring di tempat tidur pun tiba-tiba membuka matanya. Dia tentu saja mendengar pembicaraan antara Wira dan Lucy karena dia tidak tidur. Dia mengangkut bahu dan berkata dengan ekspresi tak berdaya, "Aku sangat ingin membantumu berperang, tapi kamu tahu aku nggak pandai bertarung di medan perang.""Kemampuanku nggak sebanding dengan Ihatra dan yang lainnya. Kalau aku keluar menghadapi mereka, bukankah itu sama saja kamu menyuruhku mati?"Orang-orang di sekitar pun menatap Wira dengan aneh. Mereka berpikir apakah karena tadi Mahart menentang Wira, sehingga Wira sengaja mencelakai Mahart seperti ini.Namun, itu juga terasa tidak masuk akal. Mereka mengenal Wira belum lama, tetapi mereka tahu kepribadian Wira. Jika Wira begitu pendendam, tidak mungkin ada begitu banyak orang yang inisi
Sikap Mahart yang angkuh langsung membuat semua orang merasa tidak berdaya. Mahart ini benar-benar mudah tersinggung."Uhuk uhuk."Wira pun terbatuk-batuk dan berkata, "Kalian semua jangan mengelilinginya lagi. Kalau Mahart nggak mau kita melihat proses menyamarnya, kita tunggu saja hasil akhirnya. Aku yakin dia nggak akan mengecewakan kita."Semua orang pun tertawa.Waktu pun perlahan-lahan berlalu dan lima belas kemudian, Mahart sudah benar-benar berubah menjadi Bakti. Selain pakaiannya yang berbeda, tidak ada yang bisa membedakan mana yang asli dan palsu. Jika tidak melihatnya dengan mata sendiri, mereka pasti mengira Bakti benar-benar berdiri di depan mereka."Ini ... bagaimana bisa?"Agha pun mendekat dan menyentuh wajah Mahart, lalu menelan ludahnya. "Ternyata asli dan nggak kelihatan ada topeng apa pun. Kak Mahart, cepat beri tahu aku, bagaimana kamu melakukannya? Ajari aku juga!""Kalau aku bisa teknik menyamar, aku akan menyamar menjadi kakakku setelah kembali ke Dusun Darmadi
"Aku nggak peduli, pokoknya aku mau belajar," kata Agha dengan penuh percaya diri. Setelah mendapat tatapan tajam dari Wira, dia baru tidak berani berbicara lagi. Namun, dari tatapannya, terlihat jelas dia masih belum menghapus niatnya itu."Bagus. Sekarang hanya butuh pakaiannya saja, tapi itu hanya hal sepele saja. Kita saja sudah begitu terkejut, apalagi para prajurit yang mengejar di luar sana," kata Wira.Wira membersihkan debu di pakaian Mahart dan melanjutkan, "Ada peraturan hierarki yang ketat di Kerajaan Beluana. Para prajurit biasanya nggak akan berani menatap, apalagi menentang Bakti. Aku yakin banyak prajurit yang belum pernah melihat wajah asli Bakti. Kamu bisa memanfaatkan ini untuk menakut-nakuti mereka dan segera pergi dari sini agar nggak mengganggu kita."Dia mengatakan itu untuk memperingatkan Mahart."Baik, aku akan lakukan sesuai perintahmu." Setelah mengatakan itu, Mahart langsung pergi."Dia benar-benar bisa melakukannya? Dia nggak akan ketahuan? Kita nggak bisa
"Dasar sampah nggak berguna! Cepat cari di tempat lain!"Mahart benar-benar mendalami perannnya. Dia terlihat persis dengan Bakti. Sikapnya yang angkuh membuat Agha dan Vion tidak bisa menahan tawa.Sementara itu, orang-orang itu tidak berani menunda-nunda saat melihat Bakti marah. Mereka buru-buru pergi.Setelah orang-orang itu pergi, Mahart mendengus dan berkata, "Aku belum sepenuhnya membentuk karakter yang baik, tapi mereka sudah percaya padaku. Nggak seru sekali.""Sepertinya, ide Agha bisa dicoba. Aku harus menyamar jadi Wira di Dusun Darmadi. Mungkin mereka bakal percaya aku Wira."Agha dan Vion berjalan keluar dari kegelapan. Mereka bertiga punya pendapat yang sama."Bagus! Aku setuju dengan idemu! Kita pergi bersama nanti!""Aku akan memanggilmu kakak supaya orang-orang makin percaya. Mungkin saja, semua kakak ipar nggak tahu kamu Wira palsu."Ketika membayangkan akan mempermainkan orang, Agha bersemangat hingga tersenyum lebar. Vion pun mengangguk karena menyukai hal semacam
Setelah orang-orang keluar, Kepala Desa tiba-tiba berlutut di hadapan Wira. Wira termangu. Dia buru-buru memapah Kepala Desa dan bertanya, "Ada masalah apa?""Aku cuma memberi kalian sedikit uang. Kalian juga menyediakan tempat tinggal dan makanan untukku. Kita nggak saling berutang budi kok. Kamu nggak perlu sesungkan ini kepadaku."Kepala Desa menggeleng sambil menyeka air mata dan ingus. Dia menyahut, "Tuan Wira, aku nggak nyangka aku punya kesempatan untuk bertemu denganmu. Aku merasa sangat beruntung. Kalaupun mati sekarang, aku nggak bakal keberatan."Penyamarannya terbongkar? Ekspresi Wira berubah drastis. Dia menatap Kepala Desa dengan sorot mata penuh waspada. Bagaimana identitasnya bisa ketahuan?Mereka sudah sangat berhati-hati supaya tidak menarik perhatian orang. Siapa sangka, identitas mereka tetap ketahuan.Bagaimanapun, tempat ini adalah Kerajaan Beluana. Jika kabar kedatangan Wira tersebar, bukankah mereka tidak dapat bersembunyi lagi?Bakti dan lainnya tidak akan bera