Ekspresi Agha terlihat bingung, sedangkan Wira dan yang lainnya tidak berbicara.Dalam sekejap, Ihatra sudah berjalan ke depan pintu yang terbuat dari besi hitam yang berusia seribu tahun dan langsung memasukkan jarum peraknya ke dalam lubang kunci. Dia terus memutar-mutar jarumnya dan menutup matanya, seolah-olah sedang mendengarkan sesuatu."Orang ini ternyata tahu cara membuka kunci?" Agha langsung menyadari dan segera berkata.Sementara itu, Mahart yang berdiri di samping maju dengan menyilangkan tangan dan berkata sambil tersenyum, "Sebelum bergabung dengan Gedung Nomor Satu, kami semua adalah orang-orang yang berkelana di dunia persilatan. Jadi, kami tentu saja punya beberapa keterampilan. Membuka kunci ini mungkin hal yang menarik bagi Tuan Muda, tapi ini hanya hal biasa bagi kami."Agha segera bertanya, "Kalau begitu, kenapa kamu nggak bisa?"Uhuk uhuk.Ekspresi Mahart langsung menjadi canggung dan berpikir seharusnya Agha ini menjaga perasaannya.Wira hanya menggelengkan kepal
"Tuan Muda, bagaimana kalau kita juga pergi sekarang?"Sebelum datang ke sini, Wira sudah memberi tahu semua orang untuk tidak memanggilnya tuan, melainkan tuan muda selama perjalanan ini untuk menghindari masalah. Ini dilakukan agar tidak menimbulkan kecurigaan orang lain.Tepat saat Wira dan Lucy hendak pergi, tiba-tiba terdengar suara jeritan dari belakang. "Siapa kalian? Kenapa kalian bisa masuk ke dalam gudang ini?"Wira secara refleks menoleh dan melihat orang yang datang itu ternyata adalah Jazali."Ternyata Tuan Jazali yang datang. Bukankah kamu sedang berhadapan dengan Bakti di luar sana? Kenapa bisa tiba-tiba datang ke sini? Apa kamu sudah bersiap untuk menyerah dan memberikan semua barang di sini pada Bakti?" tanya Wira sambil tersenyum. Dia tentu saja sedang mengulur waktu untuk orang-orang di dalam terowongan rahasia itu.Sementara itu, Lucy juga diam-diam berdiri ke belakang Wira dan menutup pintu masuk terowongan itu. Jazali tidak boleh tahu ada terowongan di sini, merek
Jazali diam-diam menebak identitas Wira, tetapi dia tidak memiliki banyak kesan tentang Wira. Namun, dia berpikir orang yang bisa mengatakan hal seperti ini tidak mungkin orang yang tak terkenal, pasti memiliki latar belakang yang besar.Saat dahulu berada di medan perang, Jazali tidak pernah bertemu dengan Wira. Bagaimanapun juga, dia hanya salah seorang jenderal di bawah komando Bhurek yang tidak mendapat kepercayaan besar, apalagi turun ke medan perang untuk bertempur. Sebagian besar tugasnya adalah mengawal perbekalan, sehingga dia merasa tidak dihargai."Kalau kamu nggak menjelaskan situasinya, percaya nggak aku akan membunuhmu sekarang juga?" kata Jazali dengan marah.Wira mengeluarkan senapan dari sakunya dan langsung membidik tepat pada Jazali.Dalam sekejap, ekspresi Jazali langsung menjadi dingin dan secara refleks mundur dua langkah. Setelah menatap senapan itu sejenak, dia menyipitkan mata dan langsung menyadari identitas Wira. Dia menunjuk pada Wira dan berkata, "Kamu ini
Vila Larimas sudah dikepung oleh pasukan dari Kerajaan Beluana, saat ini Jazali yang berada di dalam juga tidak memiliki jalan keluar.Bakti tentu saja berharap bisa membujuk Jazali, sehingga dia bisa mendapatkan barang-barang itu tanpa perlu bertempur. Jika benar-benar terjadi pertempuran, masalahnya mungkin akan makin memburuk. Barang masih berada di tangan Jazali, pada akhirnya semua akan sia-sia jika Jazali memutuskan untuk menghancurkan tempat itu.Justru karena hal inilah, Jazali bisa kembali ke dalam Vila Larimas dan bertemu dengan Wira."Aku nggak akan membunuhmu. Tapi, semua dokumen di sini sudah dibawa pergi oleh orang-orangku. Pikirkan baik-baik, apa kamu bersedia ikut denganku? Kamu nggak perlu mengorbankan nyawamu sia-sia di sini. Meskipun saat itu Bhurek nggak melihat potensimu dan nggak memberimu posisi penting, aku tahu kamu memang adalah seseorang yang berbakat.""Kalau nggak, tadi aku sudah menembakmu. Aku membutuhkan orang-orang yang berbakat. Kalau kamu bersedia per
"Semuanya tentu saja bisa dilakukan dengan diam-diam. Kalau kamu ingin ikut aku pergi, aku akan membawamu pergi melalui terowongan bawah tanah. Bagaimana menurutmu?" kata Wira.Wira makin suka pada Jazali. Terutama saat melihat penampilan Jazali, dia bisa melihat Jazali adalah seseorang yang setia pada negaranya dan memiliki ambisi besar dalam hati.Dia kebetulan dikelilingi orang seperti ini, contohnya Osmaro dan yang lainnya. Mereka awalnya datang karena reputasinya dan tinggal di Dusun Darmadi, tetapi mereka juga peduli dengan nasib rakyat. Jika bukan karena dukungan dari rakyat di sembilan provinsi, dia tentu saja tidak akan berada di posisinya saat ini dan dikelilingi begitu banyak orang berbakat."Kamu pikirkan baik-baik dulu, sekarang kita masih punya waktu," kata Wira sambil tersenyum. Dia berdiri di samping dan menunggu dengan sabar, sedangkan senapannya sudah disimpan kembali.Dibandingkan dengan Wira, Lucy terlihat lebih cemas dan tetap menatap Jazali dengan tajam. Meskipun
"Baiklah, aku ikuti rencana Tuan Wira," kata Jazali dengan gembira, lalu berbalik dan bersiap untuk meninggalkan Wira. Namun, baru berjalan dua langkah saja, dia tiba-tiba menghentikan langkahnya."Masih ada masalah lain?" tanya Wira saat melihat Jazali menoleh ke arahnya.Setelah ragu sejenak, Jazali baru berkata, "Kamu benar-benar tenang membiarkanku keluar begitu saja? Kalau aku bersekongkol dengan Bakti untuk menangkapmu, apa yang akan kamu lakukan?"Wira tersenyum dengan santai dan berkata, "Ini bukan masalah besar. Aku percaya kamu nggak akan seperti itu dan aku juga percaya pada kepribadianmu. Kalau nggak, mana mungkin aku rela membiarkanmu pergi."Jazali makin terharu karena ini pertama kalinya dia bertemu dengan seorang pemimpin yang benar-benar bijaksana. Bisa bertemu dengan orang seperti Wira benar-benar anugerah terbesar seumur hidupnya."Kamu tunggu saja kabar dariku, aku akan segera kembali," kata Jazali, lalu pergi."Menurutmu, dia benar-benar bisa dipercaya?" tanya Lucy
Wira berkata dengan tegas, "Kalian boleh mengambil harta itu sedikit, tapi jangan terlalu banyak agar kita nggak kesulitan berjalan dan akhirnya mati di terowongan karena emas dan perhiasan ini. Kalian harus selalu ingat. Selama kita bisa bertahan hidup, uang akan datang lagi."Semua orang menganggukkan kepala dengan tatapan yang gembira, lalu mulai sibuk mengambil emas dan perhiasan itu. Dalam sekejap, mereka sudah mengisi saku mereka penuh dengan harta itu. Setelah selesai, mereka satu per satu mulai memasuki terowongan itu dengan diikuti oleh Wira dan Lucy.....Setengah jam kemudian, Bakti mulai kehilangan kesabarannya karena tetap tidak ada kabar dari Jazali."Di mana orangnya? Jangan-jangan anak itu sedang merencanakan sesuatu untuk melawan kita," kata Bakti yang sedang menunggang kuda dengan mengernyitkan alis."Bagaimana kalau kita masuk untuk memeriksanya?" kata salah seorang yang berdiri di samping Bakti dengan segera."Baiklah!" jawab Bakti. Meskipun dia sudah memberi waktu
"Jenderal, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" Pengawal yang tadi berbicara segera bertanya.Sekarang bukan saatnya untuk marah, mereka harus segera menemukan dokumen-dokumen itu. Jika sampai dokumen itu hilang, Bakti tidak bisa menjelaskannya pada Alzam. Dia baru saja mendapatkan kepercayaan, kelak mungkin akan menjadi jenderal besar. Namun, ini baru tugas pertama dari Alzam, dia sudah mengacaukannya sampai tidak bisa menegakkan kepala dan malu untuk bertemu Alzam."Apa lagi yang bisa kita lakukan sekarang. Dasar bodoh, semua menyebar sekarang juga. Aku nggak percaya mereka bisa menghilang begitu saja. Cepat cari di sekitar, kita pasti bisa menemukan jejaknya. Kalian harus mendapatkan gulungan dokumen itu kembali. Kalau kalian menemukan Jazali lagi, langsung bunuh saja dan nggak perlu banyak berbicara," kata Bakti dengan marah.Sekarang Bakti merasa sangat gelisah. Sekarang dia hanya memiliki satu pemikiran yaitu harus menemukan kembali gulungan dokumen-dokumen itu.....Pada sa