Beberapa sarjana provinsi yang berasal dari keluarga besar juga menyatakan ketertarikan mereka. Baik dijadikan warisan keluarga ataupun hadiah, pedang setajam ini sangatlah bernilai. Bahkan Banyu yang sangat membenci Wira juga memberi isyarat pada seorang sarjana provinsi untuk maju dan menunjukkan minatnya. Dalam sekejap, orang yang ingin membeli Pedang Treksha sudah melebihi 10 orang.“Terima kasih atas minatnya. Tapi, orang yang tertarik pada pedang ini sangat banyak, sedangkan jumlah pedang sangat terbatas. Aku hanya bisa menjualnya kepada penawar tertinggi!” Wira sangat puas melihat reaksi orang-orang. Ternyata menjual pedang memang harus di tempat yang tepat.Ada seorang sarjana provinsi yang terlebih dahulu bersuara, “Seratus juta gabak!”Di pasaran, pedang biasa tidak bernilai. Namun, harga pedang yang istimewa bisa mencapai satu juta dan bahkan sepuluh juta gabak. Senjata ajaib ini paling tidak bernilai 10 kali lipat dari tinggi dari pedang-pedang itu.“Seratus lima puluh jut
Wira pun merasa lucu. Ternyata Putro sedang membantunya untuk menaikkan harga dan berhasil menaikkan harga pedang Treksha hingga 400 juta.Setelah dua bilah pedang terjual, semua orang melirik sebilah Pedang Treksha yang tersisa di punggung Danu. Bahkan Chandika dan Farrel yang sudah mendapatkan pedang itu juga tidak terkecuali. Keluarga bangsawan, keluarga terhormat, dan keluarga pejabat kaya memiliki sangat banyak uang, tetapi tidak memiliki banyak pusaka keluarga.Berhubung sudah mengalah dua kali, ada banyak sarjana provinsi yang tidak sungkan lagi dan berusaha keras untuk mendapatkan pedang terakhir. Harga pedang ketiga pun meningkat pesat. Pada akhirnya, Farrel yang mendapatkannya dengan harga 1,5 miliar.Total penjualan tiga bilah Pedang Treksha adalah 3,7 miliar.Farrel yang berhasil mendapatkan dua bilah Pedang Treksha merasa sangat bangga, sedangkan Chandika yang hanya berhasil mendapatkan sebilah pedang merasa agak sedih. Di sisi lain, orang-orang lain yang tidak mendapatkan
Chandika yang tadinya masih merasa senang karena berhasil mendapatkan Pedang Treksha langsung memucat dan tanpa sadar melangkah mundur.Sinardi juga tersandung dan menabrak meja kopi di samping sebelum mendapatkan kembali keseimbangannya.Ekspresi Putro, Iswanto, Gading, dan Kuswanto langsung menjadi suram. Sementara itu, para sarjana provinsi langsung ketakutan.“Akhirnya benar-benar terjadi juga.” Ekspresi Farrel juga menjadi serius. Di sisi lain, gadis berpakaian ungu mengerutkan keningnya.“Bangsa Agrel sudah menyerang!”Pada detik berikutnya, rakyat jelata yang sedang berjualan di luar Gedung Asosiasi Puisi Naga buru-buru menyimpan barang dagangan mereka dan melarikan diri. Situasinya pun menjadi sangat kacau.“Kampret!” maki Wira. Dia sudah menyelesaikan masalah garam dan menghasilkan tiga miliaran gabak. Seharusnya, dia sudah bisa pulang ke rumah untuk melewati hidup yang baik. Tak disangka, bangsa Agrel yang kejam malah datang menyerang. Memangnya dia tidak bisa diizinkan melew
Dalam sekejap, yang tertinggal di Gedung Asosiasi Puisi Naga hanya Wira, Putro, Farrel, Harsa, Dian, Danu, dan gadis berpakaian ungu.Wira bertanya, “Kak Putro, dari informasi yang kamu dapatkan, menurutmu apa Nuala mampu menghadapi serangan bangsa Agrel kali ini?”Chandika adalah komandan tertinggi di Perbatasan Loko. Begitu mendengar Nuala diserang, dia langsung menjadi begitu panik. Hal ini membuat Wira sangat khawatir.Putro menjawab dengan serius, “Dari segi cuaca dan wilayah, Nuala punya keunggulan karena musim dingin sudah akan tiba dan ada benteng pertahanan di Perbatasan Loko. Sekarang, Nuala hanya membutuhkan panglima yang kompeten. Dengan begitu, mengalahkan musuh bukanlah hal yang sulit.”Wira berdesah, “Panglima yang kompeten.”Farrel mengibaskan kipasnya sambil turun dari panggung dan berkata, “Kita punya panglima perang yang baik kok. Semuanya hanya tergantung kerajaan mau mengutusnya atau nggak.”“Siapa?” Wira bertanya dengan heran. Situasi saat ini sangat berbahaya, ap
Di kejauhan, seorang pemimpin pasukan bangsa Agrel yang bersenjatakan pedang berteriak, “Kalian itu bekas penduduk Nuala. Asalkan kalian berhasil mencapai puncak tembok kota, Raja kami akan mengakui kalian sebagai bangsa Agrel, lalu memberikan kalian wilayah dan wanita.”Begitu mendengar ucapan itu, para prajurit yang sedang menyerang kota langsung bersemangat dan lanjut menyerang dengan garang.Di atas tembok kota, Raditya Luandi, wakil komandan militer Perbatasan Loko melihat pemandangan ini dengan ekspresi sedih.Para prajurit yang sedang menyerang tembok kota bukanlah orang dari bangsa Agrel, melainkan penduduk Provinsi Cindera. Sayangnya, sejak Provinsi Cindera jatuh ke tangan bangsa Agrel, mereka pun menjadi alat perang bangsa Agrel dan menyerang Nuala.Prajurit bangsa Agrel yang sebenarnya sedang berkemah di kejauhan. Mereka sama sekali tidak turun tangan sendiri. Bahkan Raja Tanuwi yang garang itu juga tidak terlihat sosoknya.Namun, hanya prajurit yang sedang menyerang ini jug
Dimas berkata, “Pak Kemal, apa maksudmu? Pak Ardi ingin berdamai juga demi Nuala. Kalau kamu mau berperang, boleh saja. Carilah seorang panglima utama yang bisa mengalahkan Raja Tanuwi. Kalau ketemu, aku akan segera menyetujuinya!”Raja Bakir merenung sejenak, lalu bersuara, “Apa yang dibilang Pak Dimas benar. Kalau benar-benar mau perang, kita harus menemukan panglima utama yang bisa mengalahkan Raja Tanuwi. Kalau hanya mengandalkan Chandika dan Raditya, aku rasa kita hanya bisa terus bertahan.”“Memangnya Raja Tanuwi begitu sulit dikalahkan? Apa Yang Mulia sudah lupa? Ada orang yang sudah kita siapkan di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu untuk melawan bangsa Agrel.”Suhendra dan Tirta Gumilang, menteri ritus berkata secara bersamaan, “Yang Mulia, utuslah Yudha untuk mengalahkan Raja Tanuwi agar Nuala bisa kembali berjaya!”Yudha Wutari adalah putra Dirga, dan merupakan panglima muda Pasukan Zirah Hitam. Saat berumur 13 tahun, dia sudah mengikuti Dirga untuk terjun ke dunia militer. Dia
Kemal, Tirta, dan Suhendra langsung merasa gembira karena mengira Raja Bakir sudah menerima nasihat mereka.Tak disangka, Raja Bakir malah berkata dengan tegas, “Perintahkan kepada Chandika dan Raditya untuk mempertahankan Perbatasan Loko dengan sekuat tenaga. Suruh mereka bertahan hingga puncak musim dingin agar bangsa Agrel mundur dengan sendirinya.”Kemal berusaha membujuk, “Yang Mulia, Chandika itu keturunan keluarga pejabat kaya. Dengar-dengar, dia belum pernah pergi ke Perbatasan Loko sekali pun sejak bertanggung jawab atas tempat itu. Biarpun Raditya memiliki pengalaman perang, kemampuannya dalam menghadapi perubahan situasi masih kurang bagus. Dia nggak mungkin bisa menghadapi Raja Tanuwi yang licik. Harap Yang Mulia membiarkan Yudha memimpin pasukan untuk menyerang musuh!”Raja Bakir melambaikan tangannya dan berkata dengan tidak senang, “Aku nggak percaya bangsa Agrel mampu menembus pertahanan Perbatasan Loko. Kita bicarakan saja lagi tentang pengangkatan Yudha menjadi pangli
Di Kediaman Yumandi.Banyu bertanya dengan cemberut, “Apa kalian sudah selesai menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pergi ke selatan?”“Sudah!” Seorang pengurus rumah Keluarga Yumandi menjawab, “Kami sudah menyiapkan 100 kereta kuda dan 200 pengawal. Dalam waktu dua hari ini, kami akan memindahkan semua harta dari rumah leluhur kemari. Setelah itu, kita sudah bisa berangkat!”Banyu memberi pesan, “Jangan lupa bawa dokter dan juga obat-obatan!”Pengurus rumah itu menangkupkan tangannya, lalu pergi.“Uhuk, uhuk!” Sanur yang mengenakan pakaian tebal dan terlihat pucat berjalan masuk sambil mengamati sekelilingnya. Kemudian, dia berkata, “Kita mau nggak mau harus meninggalkan fondasi Keluarga Yumandi yang sudah dibangun selama 100 tahun.”Banyu menjawab, “Aku sudah menyuruh beberapa keluarga cabang dan pelayan untuk menjaga rumah. Kalau bangsa Agrel gagal menembus pertahanan Perbatasan Loko, kita masih bisa kembali begitu mereka menarik kembali pasukan mereka. Kalau mereka berha