"Tenang saja, aku bisa menjaga diriku sendiri. Yang penting kalian baik-baik saja," sahut Doddy. Kemudian, dia langsung pergi.Setelah Doddy pergi, ekspresi Thalia menjadi masam. Dewina bertanya, "Apa ada yang membuatmu cemas?"Di rumah ini, hanya Dewina dan Thalia yang memiliki kepribadian keras kepala. Mereka tidak akan berpangku tangan jika menghadapi masalah.Dian dan Julian terlihat lebih tenang. Adapun Ainur, dia ketakutan dan berharap Wira cepat pulang. Jika tidak, dia tidak akan merasa tenang.Thalia memberanikan diri untuk berkata, "Aku baru teringat Ahmad dan Fathir cukup dekat. Dia tiba-tiba mengambil tindakan pasti karena terus mengawasi kita.""Wira baru saja pergi dan Ahmad langsung membuat onar di Dusun Darmadi. Bahkan, metode yang digunakannya sangat kejam. Dia mungkin ingin membawa Fathir pergi dari sini.""Sekarang Doddy membawa bawahan mencari Dokter Arifin dan Danu memimpin pasukan untuk menenangkan rakyat. Itu artinya, nggak ada yang berjaga di penjara. Kalau Ahmad
Dewina menghela napas, lalu menggeleng sambil bergumam, "Gimana ini? Anak ini keras kepala sekali. Dia mungkin akan mengorbankan nyawanya untuk membunuh Fathir. Gimana aku harus menjelaskan kepada Wira kalau terjadi sesuatu padanya?""Aku harus menyusulnya. Setidaknya, kami bisa saling menjaga kalau terjadi masalah. Julian, kamu yang jaga rumah ini.""Oke." Julian mengiakan. Julian menguasai keterampilan bela diri. Dewina tentu merasa tenang jika menyerahkan tanggung jawab besar itu kepadanya.Saat ini, di Penjara Jagat. Seiring dengan asap yang makin tebal, banyak prajurit yang terjatuh dan menunjukkan gejala keracunan.Meskipun berusaha bertahan, sekujur tubuh mereka benar-benar lemas sehingga mereka tidak mungkin bisa melawan musuh. Itu sebabnya, Ahmad dan lainnya memanfaatkan peluang ini untuk menerobos masuk ke Penjara Jagat."Ahmad ...." Setelah berjalan sampai ke ujung, mereka akhirnya menemukan Fathir yang dirantai. Fathir tentu melihat mereka, makanya memanggil dengan mata ber
"Oke, sesuai yang kamu katakan." Fathir mengangguk. Dia akhirnya bisa terbebas dari penjara, jadi tidak perlu terburu-buru.Dengan demikian, beberapa orang itu bergegas meninggalkan Penjara Jagat. Waktu adalah nyawa. Mereka harus bergerak cepat untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Jika terus menunda, takutnya situasi akan berubah."Mau ke mana?" Begitu keluar dari Penjara Jagat, tiba-tiba terdengar suara dingin seseorang. Fathir menatap dengan cermat. Ternyata itu adalah Thalia yang tersenyum tipis tanpa terlihat takut sedikit pun."Thalia, lama nggak ketemu. Kebetulan kamu kemari. Kita bisa pulang bersama. Wira menipumu. Aku nggak pernah mencelakai keluargamu. Kamu memang anak yatim piatu waktu aku menemukanmu.""Jangan percaya padanya semudah itu. Orang yang dicarinya itu belum tentu keluargamu. Aku nggak akan mempermasalahkan sikapmu yang sebelumnya. Kembalilah bersamaku," bujuk Fathir.Thalia sangat berbakat. Fathir tentu tidak rela melihat orang berbakat seperti Thalia jatuh
Setelah para ahli bela diri itu tidak melindungi Fathir, Thalia baru akan mencari kesempatan untuk membunuhnya.Hanya saja, Thalia terlalu menilai tinggi diri sendiri. Pertarungan baru dimulai, tetapi dia sudah kewalahan dengan serangan lawannya."Cuma begini kemampuanmu? Kukira kamu sudah membuat persiapan matang untuk melawanku. Ternyata nggak ada apa-apanya. Konyol sekali. Sebaiknya kamu kabur daripada malu-maluin diri sendiri," ejek Ahmad.Ahmad pun mendengus dan mengeluarkan sebuah jarum. Saat berikutnya, dia melemparkan jarum tersebut ke arah Thalia.Jarum itu tentu beracun. Bahkan, racunnya bukan racun sembarangan. Siapa pun yang terkena akan mati dalam sekejap.Untungnya, Thalia segera mengangkat belatinya untuk menangkis jarum itu. Setelah terdengar dentingan, jarum pun terjatuh ke tanah."Kejam sekali kamu," ujar Thalia sambil menggertakkan giginya."Biar kutanya sekali lagi, kamu mau ikut kami atau nggak?" tanya Ahmad untuk terakhir kalinya."Jangan mimpi! Sudah kubilang, me
"Rencana cadangan?" Mendengar perkataan itu, Ahmad terkejut karena dia tidak memiliki rencana cadangan. Dia sudah mengatur segalanya dengan sempurna, sehingga dia merasa sudah siap dan hanya tinggal menunggu waktu yang tepat saja.Namun, dia tidak menyangka situasinya begitu buruk. Nafis dan yang lainnya juga datang begitu cepat, sehingga mereka tidak sempat pergi."Apa maksud dari ekspresimu ini? Bukannya kamu paling berhati-hati dalam melakukan pekerjaanmu? Kenapa bisa membuat kesalahan pada saat seperti ini?" teriak Fathir.Dia sudah dikurung di penjara begitu lama dan sekarang akhirnya bisa keluar, dia tentu saja tidak ingin kembali lagi ke sana. Lebih baik dia mati di sini daripada kembali ke penjara dan disiksa.Saat teringat dengan siksaan yang dialaminya di dalam penjara, Fathir langsung memutuskan dan berkata sambil menggertakkan gigi, "Saudara-saudaraku, kalau kita sudah nggak bisa melarikan diri lagi, lebih baik kita bertarung habis-habisan dengan mereka. Aku ingin lihat seb
Fathir mengepalkan tinjunya dengan sangat erat. "Dasar wanita sialan! Kamu juga hanya mengandalkan cinta Wira padamu saja, tapi ini juga nggak akan lama lagi. Kalau Wira yang merupakan penopangmu ini mati, aku ingin lihat apa kamu masih bisa sombong lagi.""Jangan lupa. Masih ada banyak orang di luar sana yang ingin Wira mati. Meskipun ada begitu banyak orang yang melindunginya, pasti tetap ada celahnya. Pada saat itu, kamu pasti akan hancur. Aku akan menunggumu di neraka, aku yakin kita akan segera bertemu lagi."Setelah mengatakan itu, Fathir segera mengambil sebuah pisau dari tanah dan menggorok tenggorokannya sendiri. Tak lama kemudian, dia sudah jatuh dalam genangan darah. Dia lebih memilih untuk mati daripada kembali ke dalam penjara dan menerima penghinaan lagi.Melihat Fathir begitu tegas, Ahmad menggertakkan giginya, lalu mengambil sebuah anak panah dan menusuk dadanya sendiri. Setelah menyemburkan darah, dia pun jatuh ke tanah."Membiarkan mereka mati seperti ini, terlalu ena
"Tuan, kamu sudah kembali?" Begitu Wira selesai berbicara, Doddy yang sedang memimpin sekelompok orang kebetulan lewat dan menyapanya.Melihat ekspresi Doddy yang terburu-buru, Wira menunjuk ke sekeliling dan bertanya dengan bingung, "Apa yang sudah terjadi di sini? Kenapa keadaannya begitu berantakan seperti ini?"Mendengar pertanyaan itu, Doddy menggaruk kepala, lalu berkata sambil menggelengkan kepala, "Ini semua karena si berengsek Fathir itu. Nggak disangka, dia sudah dikurung di penjara pun masih bisa membuat begitu banyak masalah. Kalau Tuan Biantara nggak mengirim pasukan tepat waktu untuk membantu kita menyelesaikan masalah ini, konsekuensinya nggak bisa dibayangkan."Doddy tentu saja tidak berani membahas masalah tentang Thalia dan Dewina yang baru saja mengalami situasi yang sangat berbahaya. Jika bukan karena Nafis datang tepat pada waktunya, mungkin Wira tidak akan bertemu dengan keduanya lagi. Namun, lebih baik membiarkan mereka berdua saja yang menjelaskan masalah ini pa
Untungnya, semua racun tidak bisa disembunyikan dari mata Arifin dan dia juga sudah menemukan penawarnya.Melihat Wira sudah kembali, Julian yang pertama kali mendekat. "Sayang, kamu sudah menyelesaikan semua urusanmu?"Wira menganggukkan kepala. "Benar. Aku juga baru saja tiba di Dusun Darmadi. Setelah mendengar semua yang terjadi di sini, aku bergegas pulang untuk bertemu dengan kalian semua. Kalian baik-baik saja, 'kan?"Semua orang menganggukkan kepala.Setelah memeriksa semua orang dan memastikan tidak ada yang tanda-tanda yang aneh, Wira akhirnya merasa tenang.Setelah berbincang sebentar dengan para istrinya, Wira mendekati Arifin dan berkata sambil menggosok tangannya sendiri, "Dokter Arifin, sepertinya kita memang punya telepati. Aku baru saja hendak menghubungimu untuk membantuku menangani sebuah masalah yang rumit, tapi kamu ternyata sudah datang ke sini. Masih berapa lama lagi masalahmu di sini akan selesai?"Arifin mengelap tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Sudah ha