Setelah para ahli bela diri itu tidak melindungi Fathir, Thalia baru akan mencari kesempatan untuk membunuhnya.Hanya saja, Thalia terlalu menilai tinggi diri sendiri. Pertarungan baru dimulai, tetapi dia sudah kewalahan dengan serangan lawannya."Cuma begini kemampuanmu? Kukira kamu sudah membuat persiapan matang untuk melawanku. Ternyata nggak ada apa-apanya. Konyol sekali. Sebaiknya kamu kabur daripada malu-maluin diri sendiri," ejek Ahmad.Ahmad pun mendengus dan mengeluarkan sebuah jarum. Saat berikutnya, dia melemparkan jarum tersebut ke arah Thalia.Jarum itu tentu beracun. Bahkan, racunnya bukan racun sembarangan. Siapa pun yang terkena akan mati dalam sekejap.Untungnya, Thalia segera mengangkat belatinya untuk menangkis jarum itu. Setelah terdengar dentingan, jarum pun terjatuh ke tanah."Kejam sekali kamu," ujar Thalia sambil menggertakkan giginya."Biar kutanya sekali lagi, kamu mau ikut kami atau nggak?" tanya Ahmad untuk terakhir kalinya."Jangan mimpi! Sudah kubilang, me
"Rencana cadangan?" Mendengar perkataan itu, Ahmad terkejut karena dia tidak memiliki rencana cadangan. Dia sudah mengatur segalanya dengan sempurna, sehingga dia merasa sudah siap dan hanya tinggal menunggu waktu yang tepat saja.Namun, dia tidak menyangka situasinya begitu buruk. Nafis dan yang lainnya juga datang begitu cepat, sehingga mereka tidak sempat pergi."Apa maksud dari ekspresimu ini? Bukannya kamu paling berhati-hati dalam melakukan pekerjaanmu? Kenapa bisa membuat kesalahan pada saat seperti ini?" teriak Fathir.Dia sudah dikurung di penjara begitu lama dan sekarang akhirnya bisa keluar, dia tentu saja tidak ingin kembali lagi ke sana. Lebih baik dia mati di sini daripada kembali ke penjara dan disiksa.Saat teringat dengan siksaan yang dialaminya di dalam penjara, Fathir langsung memutuskan dan berkata sambil menggertakkan gigi, "Saudara-saudaraku, kalau kita sudah nggak bisa melarikan diri lagi, lebih baik kita bertarung habis-habisan dengan mereka. Aku ingin lihat seb
Fathir mengepalkan tinjunya dengan sangat erat. "Dasar wanita sialan! Kamu juga hanya mengandalkan cinta Wira padamu saja, tapi ini juga nggak akan lama lagi. Kalau Wira yang merupakan penopangmu ini mati, aku ingin lihat apa kamu masih bisa sombong lagi.""Jangan lupa. Masih ada banyak orang di luar sana yang ingin Wira mati. Meskipun ada begitu banyak orang yang melindunginya, pasti tetap ada celahnya. Pada saat itu, kamu pasti akan hancur. Aku akan menunggumu di neraka, aku yakin kita akan segera bertemu lagi."Setelah mengatakan itu, Fathir segera mengambil sebuah pisau dari tanah dan menggorok tenggorokannya sendiri. Tak lama kemudian, dia sudah jatuh dalam genangan darah. Dia lebih memilih untuk mati daripada kembali ke dalam penjara dan menerima penghinaan lagi.Melihat Fathir begitu tegas, Ahmad menggertakkan giginya, lalu mengambil sebuah anak panah dan menusuk dadanya sendiri. Setelah menyemburkan darah, dia pun jatuh ke tanah."Membiarkan mereka mati seperti ini, terlalu ena
"Tuan, kamu sudah kembali?" Begitu Wira selesai berbicara, Doddy yang sedang memimpin sekelompok orang kebetulan lewat dan menyapanya.Melihat ekspresi Doddy yang terburu-buru, Wira menunjuk ke sekeliling dan bertanya dengan bingung, "Apa yang sudah terjadi di sini? Kenapa keadaannya begitu berantakan seperti ini?"Mendengar pertanyaan itu, Doddy menggaruk kepala, lalu berkata sambil menggelengkan kepala, "Ini semua karena si berengsek Fathir itu. Nggak disangka, dia sudah dikurung di penjara pun masih bisa membuat begitu banyak masalah. Kalau Tuan Biantara nggak mengirim pasukan tepat waktu untuk membantu kita menyelesaikan masalah ini, konsekuensinya nggak bisa dibayangkan."Doddy tentu saja tidak berani membahas masalah tentang Thalia dan Dewina yang baru saja mengalami situasi yang sangat berbahaya. Jika bukan karena Nafis datang tepat pada waktunya, mungkin Wira tidak akan bertemu dengan keduanya lagi. Namun, lebih baik membiarkan mereka berdua saja yang menjelaskan masalah ini pa
Untungnya, semua racun tidak bisa disembunyikan dari mata Arifin dan dia juga sudah menemukan penawarnya.Melihat Wira sudah kembali, Julian yang pertama kali mendekat. "Sayang, kamu sudah menyelesaikan semua urusanmu?"Wira menganggukkan kepala. "Benar. Aku juga baru saja tiba di Dusun Darmadi. Setelah mendengar semua yang terjadi di sini, aku bergegas pulang untuk bertemu dengan kalian semua. Kalian baik-baik saja, 'kan?"Semua orang menganggukkan kepala.Setelah memeriksa semua orang dan memastikan tidak ada yang tanda-tanda yang aneh, Wira akhirnya merasa tenang.Setelah berbincang sebentar dengan para istrinya, Wira mendekati Arifin dan berkata sambil menggosok tangannya sendiri, "Dokter Arifin, sepertinya kita memang punya telepati. Aku baru saja hendak menghubungimu untuk membantuku menangani sebuah masalah yang rumit, tapi kamu ternyata sudah datang ke sini. Masih berapa lama lagi masalahmu di sini akan selesai?"Arifin mengelap tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Sudah ha
Wira tidak suka menggunakan trik kotor seperti ini, apalagi menggunakan racun. Namun, bukan berarti orang lain juga tidak suka dengan trik seperti ini. Segala sesuatu yang berubah pasti akan kembali ke bentuk awalnya. Jika ada seorang ahli racun terbaik di dunia berada di sekitarnya dan ada yang menggunakan racun lagi kelak, ahli ini pasti bisa membantu menetralkan racunnya.Sayangnya, kepribadian Ahmad tidak baik dan sudah memilih jalan yang salah juga. Meskipun dia inisiatif menyerah, Wira tentu saja tidak akan memasukkannya ke Gedung Nomor Satu agar kualitas Gedung Nomor Satu tidak rusak."Butuh waktu berapa lama untuk menetralkan racun ini?" tanya Wira lagi."Hanya butuh setengah hari saja. Sebelum gelap, aku akan membuat semua harta ini sudah tidak beracun lagi dan kamu bisa menggunakannya kapan pun," kata Arifin sambil tersenyum, terlihat seperti seorang dokter sakti."Terima kasih banyak, Dokter Arifin."....Orang-orang di Dusun Darmadi terus sibuk sampai petang bau semua masal
Ahmad memang ahli dalam menggunakan racun, tetapi Ahmad juga tidak mungkin memiliki kemampuan untuk menghidupkan orang yang mati."Tentu saja manusia ...," kata Ahmad berjalan masuk ke aula utama dan langsung duduk di kursi dengan napas yang terengah-engah dan tubuhnya masih penuh dengan bau amis darah yang kuat.Setelah itu, Ahmad mengernyitkan alis dan berkata, "Aku berbeda dengan orang biasa. Letak jantungku di sebelah kanan dan saat itu aku hanya menusukkan pisaunya ke dada sebelah kiri. Jadi, itu nggak akan membunuhku, hanya membuat sedikit rasa sakit saja. Untungnya, aku bisa menyembunyikan keadaanku dengan cara ini, aku baru bisa kembali ke sini."Saat ini, Ahmad merasa ketakutan. Nafis dan yang lainnya sudah membawa orang-orangnya ke kuburan massal. Dia sendiri merangkak keluar dari kuburan massal dan berhasil kembali ke sini. Oleh karena itu, dia baru bisa selamat dan melarikan diri dari kematian."Bagus sekali. Nggak peduli apa misi kali ini berhasil atau gagal, selama Tuan A
Mendengar Wira berbicara, semua orang tertegun sejenak, lalu menatap Wira dengan terkejut. Status Wira mulia dan memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Meskipun tidak dipanggil raja, mereka semua sudah menganggap Wira sebagai raja yang sebenarnya.Semua orang tidak menyangka sekarang Wira akan mengorbankan diri untuk mencoba racun. Ini jelas sedang bercanda. Jika benar-benar terjadi sesuatu pada Wira, mungkin Dusun Darmadi akan lenyap."Nggak boleh!""Kamu ini tulang punggung kami, nggak boleh terjadi sesuatu padamu.""Serahkan masalah ini pada orang lain saja karena ini terlalu berbahaya."Semua orang yang berada di tempat itu mulai bersuara untuk mencegah Wira, kecuali Arifin yang tetap berdiri di tempatnya dengan ekspresi penuh percaya diri.Wira melirik Arifin yang tidak berbicara dan terlihat begitu percaya diri, ini membuktikan benda-benda ini pasti sudah tidak beracun. Jika tidak, Arifin akan merusak reputasinya sendiri. Arifin pun baru saja mendapatkan reputasinya, bagaimana mu
Dalam sejarah, para jenderal perang yang menggunakan trisula sangatlah langka. Ini karena satu trisula setidaknya memiliki berat sekitar 90 kilogram. Orang yang mampu mengayunkan senjata semacam ini sudah pasti sangat ganas dan kuat.Di bawah komando Wira, selain Agha yang menggunakan palu berat dengan kedua tangan, tak ada orang lain yang mampu menggunakan senjata berat semacam ini.Dari sini pula bisa dilihat bahwa Zaki, yang disebut sebagai salah satu tangan kanan Bimala, jelas bukan seseorang yang hanya memiliki nama besar tanpa kekuatan nyata.Wakil jenderal yang mengikuti Zaki tersenyum tipis setelah mendengar kabar itu. Dia menangkupkan tangan dan berkata, "Jenderal, aku nggak setuju. Bertempur seperti ini jauh lebih baik daripada yang kita bayangkan sebelumnya. Kita nggak bisa terus bersembunyi di dalam suku sambil bermain intrik dengan mereka yang bermuka dua."Zaki mendengus dingin dan berkata, "Siapa pun yang berani bermain intrik denganku akan langsung kusingkirkan dengan t
"Apa?" Wira langsung terkejut dan berpikir mengapa bisa muncul masalah merepotkan seperti ini pada saat krisis ini. Jika para pengungsi ini benar-benar nekat, kekuatan mereka tidak akan jauh berbeda dengan orang biasa. Namun, saat ini mereka sedang bersiap melawan pasukan utara, kehadiran orang-orang ini bisa menjadi faktor yang sangat tidak stabil.Setelah berpikir sejenak, Wira pun memerintah tanpa ragu, "Tutup gerbang kota dan jangan membiarkan para pengungsi itu keluar dulu. Selain itu, buka gudang persediaan dan bagikan makanannya, sebisa mungkin menenangkan para pengungsi itu. Pada saat seperti ini, kita nggak boleh menghadapi masalah seperti ini."Wira berkata dengan ekspresi muram setelah berhenti sejenak, seolah-olah merasa tidak tenang, "Kalau masih ada yang nggak tahu diri, beri tahu Jenderal Trenggi bahwa dia berhak menentukan hidup dan mati mereka. Tapi, itu hanya untuk menakut-nakuti saja, jangan sampai terlalu kejam.""Baik," jawab mata-mata itu.....Di sekitar Dataran
Setelah terdiam cukup lama, Nafis mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau mereka melewati jalur cabang ini, mereka akan berputar jauh. Dengan begitu, mereka akan menghindari Dataran Haloam dan laju mereka akan menjadi sangat lambat."Wira juga menganggukkan kepala karena memang ini yang dikhawatirkannya.Beberapa saat kemudian, Arhan memberi hormat dan berkata, "Tuan Wira, aku punya ide, tapi aku nggak tahu apa ini bisa berhasil."Wira tertegun sejenak saat mendengar perkataan itu, lalu matanya bersinar sebagai isyarat agar Arhan melanjutkan perkataannya. Sejak Arhan memimpin pasukannya untuk mengikutinya, Arhan tidak banyak berbicara. Sekarang kesempatan itu sudah datang, dia tentu saja ingin mendengar lebih banyak pemikiran Arhan.Setelah memberi hormat, Arhan menunjuk pada peta dan berkata, "Tuan, coba lihat di sini. Kalau mereka melalui jalur cabang dari Dataran Haloam, mereka akan melewati gunung berbatu. Aku berniat untuk menempatkan pasukan kecil di sini untuk memaksa mereka meng
Sekelompok pasukan keluarga dari gerbang utara dengan sangat bersemangat dan langsung menuju Dataran Haloam dan Hutan Bambu Mayu.Begitu tiba di Hutan Bambu Mayu, Wira segera mulai membagi pasukannya sesuai dengan rencana mereka sebelumnya. Hutan ini sangat lebat, sehingga orang yang berjalan di luar tidak akan mengetahui ada orang yang bersembunyi di dalamnya.Selain itu, celah-celah di dalam Hutan Bambu Mayu ini juga cukup lebar dan daerah penyangga yang luasnya beberapa mil. Jangankan tiga ribu Pasukan Harimau yang dipimpin Wira sekarang, mereka juga tetap bisa bersembunyi sepenuhnya jika ditambah dua ribu Pasukan Harimau lagi.Saat Agha dan Latif bersiap untuk memimpin sepuluh ribu prajurit itu berangkat, Latif maju dan berkata, "Tuan, apa perlu kami meninggalkan beberapa prajurit untuk kalian?"Setelah berpikir sejenak, Wira perlahan-lahan berkata, "Nggak perlu, ingat untuk menggunakan mata-mata sebaik mungkin. Kamu dan Agha harus membagi tugas, jangan terus berkumpul bersama. Pas
Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.
Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter
Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk
Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi