Setelah mendengar perintah Wira, para prajurit mulai memindahkan kotak ke kaki gunung. Semuanya bekerja dengan makin giat karena ada Wira yang mengawasi mereka.Hanya dalam 2 jam, semua kotak itu berhasil dipindahkan dan diangkut dengan kereta kuda. Agha berkata, "Setelah pulang, aku pasti akan mencabik-cabik Fathir! Bajingan ini harus mati!""Berani sekali dia menjebak kita! Gara-gara dia, kita kehilangan banyak prajurit! Mereka semua saudara kita! Kita nggak boleh memaafkannya begitu saja!"Wira mengangguk. Dia memiliki pikiran yang sama dengan Agha. Kali ini, dia benar-benar terjebak. Wira tidak menyangka Fathir akan menggunakan metode sekejam ini, sampai-sampai mengoleskan racun ke semua kotak itu.Siapa pun yang menyentuhnya hanya akan mati. Bahkan, mati sebelum sempat keluar dari gua! Sungguh biadab!Pantas saja, Fathir berani menaruh semua kekayaannya di gua ini. Jelas, dia telah merencanakan semuanya dengan matang agar tidak ada yang berkesempatan mengambilnya."Sudahlah, semua
Bahkan, para penasihat Wira juga ada di Dusun Darmadi. Asalkan terjadi sedikit masalah, orang-orang akan langsung berwaspada.Sejam kemudian, asap mengepul di Dusun Darmadi. Banyak penduduk yang muntah dan merasa pusing, bahkan sekujur tubuh mereka lemas."Apa yang terjadi? Cepat selidiki asal-usul asap itu!" instruksi Doddy yang berada di halaman rumah Wira. Para prajurit berzirah tampak berjaga di sini dengan ketat.Bagaimanapun, yang tinggal di sini adalah istri-istri Wira. Jika terjadi sesuatu pada para wanita itu, mereka yang akan terkena masalah.Dusun Darmadi boleh bermasalah, tetapi para wanita Wira tidak boleh. Jika tidak, entah bagaimana mereka akan menjelaskan saat Wira pulang nanti."Doddy! Cepat kemari!" Terdengar suara Thalia dari dalam.Doddy segera masuk, lalu menatap Thalia dan wanita lainnya. Dia bertanya, "Apa kalian juga sakit? Bersabar sebentar, aku sudah menyuruh orang menyelidiki asal-usul asap itu. Begitu tahu siapa pelakunya, aku akan menghabisi orang itu."Asa
"Tenang saja, aku bisa menjaga diriku sendiri. Yang penting kalian baik-baik saja," sahut Doddy. Kemudian, dia langsung pergi.Setelah Doddy pergi, ekspresi Thalia menjadi masam. Dewina bertanya, "Apa ada yang membuatmu cemas?"Di rumah ini, hanya Dewina dan Thalia yang memiliki kepribadian keras kepala. Mereka tidak akan berpangku tangan jika menghadapi masalah.Dian dan Julian terlihat lebih tenang. Adapun Ainur, dia ketakutan dan berharap Wira cepat pulang. Jika tidak, dia tidak akan merasa tenang.Thalia memberanikan diri untuk berkata, "Aku baru teringat Ahmad dan Fathir cukup dekat. Dia tiba-tiba mengambil tindakan pasti karena terus mengawasi kita.""Wira baru saja pergi dan Ahmad langsung membuat onar di Dusun Darmadi. Bahkan, metode yang digunakannya sangat kejam. Dia mungkin ingin membawa Fathir pergi dari sini.""Sekarang Doddy membawa bawahan mencari Dokter Arifin dan Danu memimpin pasukan untuk menenangkan rakyat. Itu artinya, nggak ada yang berjaga di penjara. Kalau Ahmad
Dewina menghela napas, lalu menggeleng sambil bergumam, "Gimana ini? Anak ini keras kepala sekali. Dia mungkin akan mengorbankan nyawanya untuk membunuh Fathir. Gimana aku harus menjelaskan kepada Wira kalau terjadi sesuatu padanya?""Aku harus menyusulnya. Setidaknya, kami bisa saling menjaga kalau terjadi masalah. Julian, kamu yang jaga rumah ini.""Oke." Julian mengiakan. Julian menguasai keterampilan bela diri. Dewina tentu merasa tenang jika menyerahkan tanggung jawab besar itu kepadanya.Saat ini, di Penjara Jagat. Seiring dengan asap yang makin tebal, banyak prajurit yang terjatuh dan menunjukkan gejala keracunan.Meskipun berusaha bertahan, sekujur tubuh mereka benar-benar lemas sehingga mereka tidak mungkin bisa melawan musuh. Itu sebabnya, Ahmad dan lainnya memanfaatkan peluang ini untuk menerobos masuk ke Penjara Jagat."Ahmad ...." Setelah berjalan sampai ke ujung, mereka akhirnya menemukan Fathir yang dirantai. Fathir tentu melihat mereka, makanya memanggil dengan mata ber
"Oke, sesuai yang kamu katakan." Fathir mengangguk. Dia akhirnya bisa terbebas dari penjara, jadi tidak perlu terburu-buru.Dengan demikian, beberapa orang itu bergegas meninggalkan Penjara Jagat. Waktu adalah nyawa. Mereka harus bergerak cepat untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Jika terus menunda, takutnya situasi akan berubah."Mau ke mana?" Begitu keluar dari Penjara Jagat, tiba-tiba terdengar suara dingin seseorang. Fathir menatap dengan cermat. Ternyata itu adalah Thalia yang tersenyum tipis tanpa terlihat takut sedikit pun."Thalia, lama nggak ketemu. Kebetulan kamu kemari. Kita bisa pulang bersama. Wira menipumu. Aku nggak pernah mencelakai keluargamu. Kamu memang anak yatim piatu waktu aku menemukanmu.""Jangan percaya padanya semudah itu. Orang yang dicarinya itu belum tentu keluargamu. Aku nggak akan mempermasalahkan sikapmu yang sebelumnya. Kembalilah bersamaku," bujuk Fathir.Thalia sangat berbakat. Fathir tentu tidak rela melihat orang berbakat seperti Thalia jatuh
Setelah para ahli bela diri itu tidak melindungi Fathir, Thalia baru akan mencari kesempatan untuk membunuhnya.Hanya saja, Thalia terlalu menilai tinggi diri sendiri. Pertarungan baru dimulai, tetapi dia sudah kewalahan dengan serangan lawannya."Cuma begini kemampuanmu? Kukira kamu sudah membuat persiapan matang untuk melawanku. Ternyata nggak ada apa-apanya. Konyol sekali. Sebaiknya kamu kabur daripada malu-maluin diri sendiri," ejek Ahmad.Ahmad pun mendengus dan mengeluarkan sebuah jarum. Saat berikutnya, dia melemparkan jarum tersebut ke arah Thalia.Jarum itu tentu beracun. Bahkan, racunnya bukan racun sembarangan. Siapa pun yang terkena akan mati dalam sekejap.Untungnya, Thalia segera mengangkat belatinya untuk menangkis jarum itu. Setelah terdengar dentingan, jarum pun terjatuh ke tanah."Kejam sekali kamu," ujar Thalia sambil menggertakkan giginya."Biar kutanya sekali lagi, kamu mau ikut kami atau nggak?" tanya Ahmad untuk terakhir kalinya."Jangan mimpi! Sudah kubilang, me
"Rencana cadangan?" Mendengar perkataan itu, Ahmad terkejut karena dia tidak memiliki rencana cadangan. Dia sudah mengatur segalanya dengan sempurna, sehingga dia merasa sudah siap dan hanya tinggal menunggu waktu yang tepat saja.Namun, dia tidak menyangka situasinya begitu buruk. Nafis dan yang lainnya juga datang begitu cepat, sehingga mereka tidak sempat pergi."Apa maksud dari ekspresimu ini? Bukannya kamu paling berhati-hati dalam melakukan pekerjaanmu? Kenapa bisa membuat kesalahan pada saat seperti ini?" teriak Fathir.Dia sudah dikurung di penjara begitu lama dan sekarang akhirnya bisa keluar, dia tentu saja tidak ingin kembali lagi ke sana. Lebih baik dia mati di sini daripada kembali ke penjara dan disiksa.Saat teringat dengan siksaan yang dialaminya di dalam penjara, Fathir langsung memutuskan dan berkata sambil menggertakkan gigi, "Saudara-saudaraku, kalau kita sudah nggak bisa melarikan diri lagi, lebih baik kita bertarung habis-habisan dengan mereka. Aku ingin lihat seb
Fathir mengepalkan tinjunya dengan sangat erat. "Dasar wanita sialan! Kamu juga hanya mengandalkan cinta Wira padamu saja, tapi ini juga nggak akan lama lagi. Kalau Wira yang merupakan penopangmu ini mati, aku ingin lihat apa kamu masih bisa sombong lagi.""Jangan lupa. Masih ada banyak orang di luar sana yang ingin Wira mati. Meskipun ada begitu banyak orang yang melindunginya, pasti tetap ada celahnya. Pada saat itu, kamu pasti akan hancur. Aku akan menunggumu di neraka, aku yakin kita akan segera bertemu lagi."Setelah mengatakan itu, Fathir segera mengambil sebuah pisau dari tanah dan menggorok tenggorokannya sendiri. Tak lama kemudian, dia sudah jatuh dalam genangan darah. Dia lebih memilih untuk mati daripada kembali ke dalam penjara dan menerima penghinaan lagi.Melihat Fathir begitu tegas, Ahmad menggertakkan giginya, lalu mengambil sebuah anak panah dan menusuk dadanya sendiri. Setelah menyemburkan darah, dia pun jatuh ke tanah."Membiarkan mereka mati seperti ini, terlalu ena
Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.
Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter
Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk
Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah