Namun, Wira dan Thalia memang merasa lelah dengan perlakuan seperti ini. Wira mengetuk kepalanya, lalu bertanya, "Kalau begitu, kita pulang saja besok?""Aku akan menyuruh Biantara membuat persiapan nanti. Kebetulan sekali, kita sudah lama nggak memeriksa situasi di Kota Limaran. Ini sudah saatnya untuk pulang, 'kan?"Jalur perairan sedang dibangun di berbagai tempat. Meskipun jalur perairan di Kota Limaran sudah selesai, masih ada banyak tempat di Provinsi Lowala yang sedang mengembangkannya.Osmaro dan lainnya memang selalu memperhatikan perkembangannya, tetapi Wira tidak mungkin mengabaikannya begitu saja. Bagaimanapun, ini tidak masuk akal.Thalia mengangguk dan menyahut, "Oke. Kita istirahat lebih awal hari ini supaya bisa pulang besok pagi."Setibanya di depan penginapan, langkah kaki Wira sontak terhenti. Thalia bertanya, "Ada apa?"Wira melirik ke belakang sekilas. Terlihat beberapa sosok mendekati mereka dengan perlahan. Lantaran langit sudah malam dan orang-orang itu memakai
Bam! Di situasi genting ini, tiba-tiba terdengar suara benturan keras! Terlihat salah satu jendela di penginapan hancur!Saat berikutnya, sebuah sosok mendarat dari langit. Itu tidak lain adalah Agha! Beberapa hari ini, dia terus bersantai di penginapan karena Wira dan Thalia sibuk menikmati dunia berdua."Agha! Kamu datang tepat waktu!" seru Wira dengan lega, seolah-olah bertemu penyelamatnya. Dia harus menjaga Thalia sekaligus menghadapi orang-orang ini. Tidak peduli sekuat apa pun Wira, dia pasti akan kewalahan."Kak, kamu pergi saja dulu. Serahkan mereka kepadaku. Mereka cuma pecundang lemah." Sesudah mengatakan itu, Agha memulai pertarungan dengan mereka."Aku baik-baik saja, cuma tertusuk sedikit. Aku masih bisa bertahan, sebaiknya kamu bantu Agha," ucap Thalia."Tenang saja, Agha pasti bisa menangani mereka sendirian. Biantara juga akan datang sebentar lagi. Aku bawa kamu berobat dulu." Wira langsung menggendong Thalia dan menuju ke klinik."Apa ada orang di dalam? Buka pintunya
"Kabur? Kamu rasa bisa kabur? Wira menguasai Provinsi Lowala dan punya hubungan dengan penguasa lainnya. Kalaupun kabur ke Kerajaan Beluana, kita harus melewati wilayah yang dikuasai Wira! Kamu rasa kita bisa kabur ke mana?" tegur Bilal yang merasa panik.Istrinya itu pun tidak berbicara lagi. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk sekarang. Bilal akhirnya membulatkan tekadnya."Karena Wira sudah datang, sebaiknya kita nggak menghindar. Aku akan menemuinya dan tanyakan tujuan kedatangannya. Mungkin situasi nggak segawat yang kita bayangkan. Mungkin kita berpikir terlalu jauh," ujar Bilal.Sekarang mereka hanya bisa berpikir optimis. Jika bertindak gegabah, mereka mungkin hanya akan memperburuk situasi. Jadi, lebih baik menghadapinya dengan berani."Kalau begitu, hati-hati," pesan istrinya. Bilal pun tidak meladeninya lagi dan langsung keluar.Begitu tiba di ruang tamu, Bilal langsung melihat darah dan Thalia yang berwajah pucat. Kesadaran wanita itu bahkan mulai menurun.Wira te
Setelah kamar menjadi sepi kembali, dokter kembali ke pinggir ranjang dan mulai membuka baju Thalia.Seperti yang dikatakannya, terlihat sebuah luka pisau di perut Thalia. Luka itu terlihat cukup mengerikan, bahkan masih bercucuran darah."Apa lukanya parah sekali?" tanya Wira.Thalia sudah kehilangan kesadaran, mungkin karena kesakitan atau kehilangan terlalu banyak darah. Wajah dan bibirnya tampak pucat pasi.Dokter menyeka keringat dingin sambil membalas, "Tuan, tolong maafkan aku. Ilmu medisku kurang hebat. Aku nggak pernah mengobati luka seperti ini. Takutnya, aku nggak bisa mengobati Nyonya.""Itu cuma luka biasa, 'kan? Masa kamu nggak bisa mengobatinya?" tanya Wira sambil mengernyit.Dokter menyahut, "Bukannya luka ini nggak bisa diobati. Cuma perlu didisinfeksi dan dijahit. Tapi, masalahnya adalah Nyonya keracunan. Ada racun di pisau itu. Aku nggak tahu racun apa yang ada di tubuh Nyonya, makanya nggak bisa mengobatinya."Dokter itu tentu tidak berani menyinggung Wira. Meskipun
Setelah para dokter itu selesai memeriksa Thalia, Wira bertanya, "Apa kalian punya cara untuk mengobati istriku?"Para dokter itu bertatapan dan tidak tahu harus bagaimana menyahut. Wira bertanya dengan suara melengking, "Apa kondisinya begitu rumit? Kalian bisa menjadi dokter istana pasti karena punya keterampilan medis yang baik, 'kan? Masa nggak punya cara untuk menyembuhkan istriku?"Kalau tahu situasi akan seperti ini, Wira tidak akan membawa Thalia bersamanya. Thalia berkali-kali berada dalam bahaya karena perjalanan ini. Wira merasa tidak tega padanya. Jika Thalia tidak bisa diselamatkan, Wira akan merasa bersalah untuk seumur hidup."Keluar!" bentak Wira. Pada akhirnya, para dokter itu hanya bisa berpamitan dan keluar.Ini bukan kesalahan mereka, tetapi racun di tubuh Thalia benar-benar aneh. Mereka tidak pernah melihat racun seperti itu. Lantas, bagaimana mereka bisa mengobatinya?Untuk sekarang, yang bisa dilakukan hanya menjahit luka Thalia supaya darah tidak terus mengalir
"Oke. Kalau begitu, aku akan membuat persiapan sekarang juga." Biantara mengiakan.Dalam sekejap, Wira dan lainnya selesai membuat pengaturan. Mereka semua menuju ke suku utara dengan kecepatan tertinggi.Di depan gerbang ibu kota, tampak Osman dan sekelompok prajurit. Ada juga Trenggi dan seseorang yang berwajah asing.Orang itu tampak memakai zirah dan memegang golok. Meskipun usianya tidak muda lagi, dia tetap berkarisma. Jelas, latar belakangnya tidak biasa.Wira menatap orang itu untuk sesaat, lalu beralih menatap Osman dan berkata, "Semua sudah diatur dengan baik. Kamu nggak perlu cemas. Kerajaanmu baru stabil, pasti banyak yang harus diurus. Aku pamit dulu. Kalau ada kabar terbaru, aku akan mengirimmu surat."Osman pun meraih tangan Wira dan berujar, "Ini Jenderal Umar. Kita nggak tahu seperti apa situasi di suku utara, apalagi perjalanannya sangat berbahaya, jadi aku menyuruh Jenderal Umar mengikutimu. Kalau ada masalah di jalan, Jenderal Umar bisa melindungimu. Tolong jangan t
"Raja, Tuan Wira nggak mungkin mencurigai kita, 'kan?" Setelah Wira dan lainnya pergi, Trenggi bertanya demikian dengan ekspresi agak pucat. Meskipun Trenggi seorang jenderal, dia bukan orang yang gegabah. Jika tidak, mana mungkin dia memilih berpihak pada Osman waktu itu.Osman menyahut, "Aku rasa Kak Wira nggak bakal berpikir begitu. Lagi pula, Kerajaan Nuala sedang dalam masa sibuk. Orang yang paling bisa kuandalkan juga cuma Kak Wira. Tapi, memang sulit kalau ingin menemukan pelakunya ....""Semua bawahan Sucipto sudah kita tangkap. Yang berhubungan dengannya juga sudah pergi dan nggak berani muncul di depan kita, apalagi melakukan pembunuhan di ibu kota. Kalaupun mereka ingin membalas dendam, mereka seharusnya mencariku dan bukan Kak Wira."Osman juga kebingungan. Thalia terluka parah sehingga fokus Wira sepenuhnya ada pada Thalia. Namun, dendam ini tentu harus dibalaskan. Setelah semuanya beres, Wira pasti akan kembali ke ibu kota untuk menyelidiki kejadian ini.Osman merenung se
"Dasar sampah! Kamu masih berani bilang nggak bersalah? Tindakan kalian ini menimbulkan masalah besar untukku! Hubungan antara kedua negara juga akan berdampak!" maki Bhurek dengan kesal.Dulu, Bhurek memang berusaha memikirkan cara untuk memulai perang dengan Wira. Namun, sekarang dia telah berubah pikiran.Ini bukan karena Kerajaan Beluana tidak memiliki kepercayaan diri, tetapi karena proyek hidrolik sedang berjalan. Bhurek dan lainnya telah mengetahui manfaati dari proyek hidrolik. Mereka tentu tidak ingin berperang di situasi seperti ini.Mereka ingin mengembangkan Kerajaan Beluana terlebih dahulu supaya bisa melampaui Provinsi Lowala. Bagaimanapun, wilayah Kerajaan Beluana jauh lebih luas. Asalkan mereka diam-diam berkembang, Wira pasti akan kalah nanti.Apalagi, Wira dan Osman terlihat sangat dekat sekarang. Jika perang terjadi, Kerajaan Beluana akan diserang oleh 2 negara. Bukankah akibatnya akan sangat fatal?"Apa Wira tahu identitas kalian?" tanya Bhurek tiba-tiba."Aku bisa
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m