Rakyat jelata yang sebelumnya masih tinggal karena penasaran pada pertanyaannya pun pergi dengan bingung. Tidak ada seorang pun yang berniat untuk menebak-nebak jawabannya lagi. Bagaimanapun juga, mereka bahkan tidak mengerti pertanyaannya.“Sebenarnya apa yang mau diuji Pak Putro dengan mengeluarkan tiga pertanyaan ini?” gumam Dian sambil mengerutkan kening. Berhubung mendapat pengaruh ayahnya, dia sudah membaca banyak buku sejak kecil. Namun, dia juga tidak mengerti setelah membaca tiga pertanyaan itu.DI sisi lain, para sarjana provinsi juga mengerutkan kening dan sepertinya sama sekali tidak memiliki petunjuk. Bahkan Harsa juga terlihat bingung.“Eh?” Begitu membaca pertanyaan itu, mata Wira langsung berbinar.Dian bertanya dengan heran, “Tuan, apa kamu mengerti apa maksud ketiga pertanyaan ini?”Wira tersenyum dan berkata, “Sini kubisikkan padamu!”Dian pun mendekat. Saat merasakan hawa panas dari bisikan Wira di lehernya, dia langsung merasa malu dan bertanya dengan terbata-bata,
Para pelajar lain juga memandang Wira dengan tatapan merendahkan. Mereka tidak percaya Wira bisa menjawab pertanyaan Pak Putro dengan benar. Sebab, para sarjana provinsi seperti mereka juga masih tidak mengetahui jawabannya.Namun, apa yang terjadi selanjutnya membuat mereka tercengang.“Ini!” Saat membaca jawaban Wira, mata Farhan langsung berbinar. Sebelum tulisan itu kering, dia langsung mengambil kertas itu dan berlari ke dalam Kediaman Gumilar sambil berteriak, “Guru! Guru! Sudah ada orang yang menjawab dengan benar!”“Eh?” Semua orang langsung menatap Wira dengan terkejut. Jawaban apa sebenarnya yang ditulis Wira hingga bisa membuat Farhan, seorang sarjana kerajaan dan juga pejabat tingkat kelima begitu bersemangat?Perlu diketahui bahwa orang yang memiliki kekuasaan kedua tertinggi di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu itu adalah orang yang sangat berpendidikan dan berwawasan luas.Dian bertanya dengan tidak percaya, “Apa jawaban Tuan benar?”“Mana mungkin salah!” Danu yang dari tad
Brak! Gerbang Kediaman Gumilar pun ditutup.Semua orang langsung tercengang dan berpikir, ‘Apa yang sudah terjadi barusan? Apa aku sedang bermimpi?’Pak Putro yang begitu terkenal berlari keluar dengan telanjang kaki untuk mencegat pelajar itu. Dia juga memberi perintah untuk menutup pintu karena takut pelajar itu kabur. Bukan hanya begitu, dia juga memanggil pelajar itu dengan sebutan tuan. Ada apa ini sebenarnya? Jawaban apa yang ditulis pelajar itu sehingga membuat Farhan dan Putro begitu antusias? Dalam sekejap, semua orang merasa sangat penasaran pada jawaban yang ditulis Wira. Harsa yang awalnya masih yakin jawaban Wira tidak akan mendapatkan perhatian Putro pun merasa sangat malu. Ekspresinya langsung berubah drastis.Dian merasa sangat terkejut bercampur gembira, sedangkan Danu merasa sangat bangga, seolah-olah itu adalah hal yang wajar.“Eh, kamu?” Setelah melihat pria paruh baya berkaki telanjang yang menarik tangannya, Wira merasa dunia ini sangat kecil. Pria paruh baya it
‘Memang nggak salah pakai nama Ayah,’ pikir Harsa dengan gembira. Dia pun berkata sambil hendak melangkah masuk, “Aku awalnya ....”“Ekhem!” Putro buru-buru mengangkat tangan untuk menahan Harsa dan berkata, “Umm, Harsa. Kalau kamu datangnya lebih cepat, aku pasti akan menjamu kamu. Tapi, sekarang aku harus menjamu Tuan ini. Sebaiknya kamu datang lagi besok. Pengawal, siapkan makanan dan penginapan untuk Harsa. Setelah menjamu Tuan, aku akan menjamunya!”Seorang pengawal berjalan maju dan berkata, “Tuan Harsa, silakan.”Harsa langsung merasa kesal. Dia pun bertanya, “Paman Putro, apa sebenarnya jawaban yang ditulisnya sehingga bisa membuat cendekiawan sepertimu bersikap seperti ini?”Saat ini, “adik ipar” yang direndahkannya sudah menjadi “Tuan” bagi Putro. Harsa tentu saja tidak bisa menerima hal ini.Sekelompok sarjana provinsi juga menatap mereka dengan penuh penasaran.“Harsa, di depan Tuan, jangan panggil aku cendekiawan!” Putro melambaikan tangannya dan menjawab, “Mengenai jawaba
Sekelompok sarjana provinsi mengerutkan kening mereka, sedangkan Harsa terlihat menantikannya dan Dian juga memusatkan perhatiannya. Mereka tidak merasa jawaban Wira sangat luar biasa.Wira juga diam-diam memusatkan perhatiannya agar bisa mendengar penjelasan Putro dulu. Dengan begitu, dia baru bisa menjelaskan sesuatu pada saat berdiskusi dengan Putro nanti.Putro pun menjelaskan dengan bersemangat, “Pengetahuan itu kesadaran hati dan pemahaman tentang berbagai hal, sedangkan perbuatan adalah tindakan nyata. Memahami prinsip dan menerapkannya adalah hal yang tidak terpisahkan. Singkatnya, setelah mengetahui sesuatu, kamu juga harus melakukan tindakan. Itulah yang disebut kesatuan pengetahuan dan tindakan.”Harsa berkata dengan merendahkan, “Bukannya itu prinsip yang sangat sederhana?”Para sarjana provinsi lainnya juga mengangguk. Mereka juga tahu mengenai prinsip itu. Hanya saja, Wira sudah menyampaikannya dengan kata yang lebih menarik.Putro berkata dengan ekspresi muram, “Semua pr
Dian menjadi agak panik. Dia tahu bahwa Putro sedang menguji pengetahuan Wira. Jika bisa menjelaskannya dengan baik, Wira pasti bisa membuat orang-orang ini terkesan dan membangun reputasinya. Jika tidak, reputasi baiknya yang sudah dibentuk Putro tadi pasti akan langsung hancur.“Baiklah. Berhubung kalian mau dengar, aku akan menjelaskan sedikit.” Wira memeras otaknya, lalu terpikirkan sesuatu dan berkata, “Dasar dari pemikiran hati, baik itu kesatuan pengetahuan dan tindakan, mencari dalam hati nurani sendiri, maupun belajar dari pengalaman, semuanya berputar di sekitar tiga kata. Asalkan bisa memahami tiga kata ini, seseorang pasti bisa memahami dasar filsafat.”Semua orang langsung tercengang. Di sisi lain, mata Putro langsung berbinar. Mereka tidak menyangka Wira akan merangkum dasar filsafat dalam tiga kata.“Penerapan, hati nurani, pengetahuan!” ujar Wira tanpa ragu. Kemudian, dia tiba-tiba teringat sesuatu yang dikatakan profesornya dulu. Inti dari filsafat itu adalah tiga kata
Lagi pula, semua orang sudah paham. Jika ada orang yang masih tidak paham, bukankah dia akan terlihat sangat bodoh? Oleh karena itu, 99% sarjana provinsi pun berturut-turut mengatakan bahwa mereka sudah “paham”. Hanya Harsa sendiri yang masih berdiri di depan pintu dan terlihat sangat mencolok.Saat berbalik dan melihat Harsa, Wira pun bertanya, “Kamu belum paham?”‘Sialan! Semua orang sudah paham. Tapi aku sendiri malah nggak ngerti apa yang kukatakan!’ maki Wira dalam hati. Untungnya, Harsa juga belum paham. Setidaknya, Wira sudah terhibur.“A ... aku juga sudah paham sedikit!” Harsa langsung malu dan buru-buru berlutut di hadapan Putro sambil berkata, “Terima kasih atas bimbingan Paman!”Harsa sudah mengetahui betapa luas wawasan Putro dari ayahnya. Dengan jawaban Wira sebelumnya dan penjelasan Putro, dia benar-benar sudah mengerti sedikit. Saat ini, dia yang sebelumnya sangat keras kepala sudah mulai goyah. Dia merasa “adik iparnya” itu sepertinya memang benar-benar memiliki penget
Farhan berbalik, lalu masuk ke Kediaman Gumilar. Dia benar-benar sangat kagum pada teori filsafat yang diungkapkan Wira, juga kebijakan merobohkan dinding pasar, pemerataan pembagian tanah, dan pemungutan pajak yang seimbang. Setelah mengetahui identitas Wira, Farhan semakin kagum pada Wira dan tidak ingin membiarkan sarjana-sarjana itu merendahkan Wira. “Masih ada hal yang belum kita ketahui? Tuan Wahyudi misterius sekali!”“Kalau nggak, kamu pikir kenapa Pak Putro begitu memuji Tuan Wahyudi!”“Ya ampun, aku malah berani mencurigainya tadi. Aku benar-benar keliru!”“Aku juga!”“Tapi, apa sebenarnya arti ‘kampret’ yang diucapkan Tuan Wahyudi dan Pak Putro sebelumnya?”“Mungkin mereka ingin kita menerapkan apa yang kita ketahui!”“Emm, benar!”“Ayo kita terapkan!”Di luar Kediaman Gumilar, sekelompok sarjana provinsi itu pun menjadi bersemangat....“Dik, aku nggak nyangka ternyata kamu itu tamu yang kuundang!” Begitu mengetahui identitas Wira, Putro langsung merangkul bahunya dengan b