Para pelajar lain juga memandang Wira dengan tatapan merendahkan. Mereka tidak percaya Wira bisa menjawab pertanyaan Pak Putro dengan benar. Sebab, para sarjana provinsi seperti mereka juga masih tidak mengetahui jawabannya.Namun, apa yang terjadi selanjutnya membuat mereka tercengang.“Ini!” Saat membaca jawaban Wira, mata Farhan langsung berbinar. Sebelum tulisan itu kering, dia langsung mengambil kertas itu dan berlari ke dalam Kediaman Gumilar sambil berteriak, “Guru! Guru! Sudah ada orang yang menjawab dengan benar!”“Eh?” Semua orang langsung menatap Wira dengan terkejut. Jawaban apa sebenarnya yang ditulis Wira hingga bisa membuat Farhan, seorang sarjana kerajaan dan juga pejabat tingkat kelima begitu bersemangat?Perlu diketahui bahwa orang yang memiliki kekuasaan kedua tertinggi di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu itu adalah orang yang sangat berpendidikan dan berwawasan luas.Dian bertanya dengan tidak percaya, “Apa jawaban Tuan benar?”“Mana mungkin salah!” Danu yang dari tad
Brak! Gerbang Kediaman Gumilar pun ditutup.Semua orang langsung tercengang dan berpikir, ‘Apa yang sudah terjadi barusan? Apa aku sedang bermimpi?’Pak Putro yang begitu terkenal berlari keluar dengan telanjang kaki untuk mencegat pelajar itu. Dia juga memberi perintah untuk menutup pintu karena takut pelajar itu kabur. Bukan hanya begitu, dia juga memanggil pelajar itu dengan sebutan tuan. Ada apa ini sebenarnya? Jawaban apa yang ditulis pelajar itu sehingga membuat Farhan dan Putro begitu antusias? Dalam sekejap, semua orang merasa sangat penasaran pada jawaban yang ditulis Wira. Harsa yang awalnya masih yakin jawaban Wira tidak akan mendapatkan perhatian Putro pun merasa sangat malu. Ekspresinya langsung berubah drastis.Dian merasa sangat terkejut bercampur gembira, sedangkan Danu merasa sangat bangga, seolah-olah itu adalah hal yang wajar.“Eh, kamu?” Setelah melihat pria paruh baya berkaki telanjang yang menarik tangannya, Wira merasa dunia ini sangat kecil. Pria paruh baya it
‘Memang nggak salah pakai nama Ayah,’ pikir Harsa dengan gembira. Dia pun berkata sambil hendak melangkah masuk, “Aku awalnya ....”“Ekhem!” Putro buru-buru mengangkat tangan untuk menahan Harsa dan berkata, “Umm, Harsa. Kalau kamu datangnya lebih cepat, aku pasti akan menjamu kamu. Tapi, sekarang aku harus menjamu Tuan ini. Sebaiknya kamu datang lagi besok. Pengawal, siapkan makanan dan penginapan untuk Harsa. Setelah menjamu Tuan, aku akan menjamunya!”Seorang pengawal berjalan maju dan berkata, “Tuan Harsa, silakan.”Harsa langsung merasa kesal. Dia pun bertanya, “Paman Putro, apa sebenarnya jawaban yang ditulisnya sehingga bisa membuat cendekiawan sepertimu bersikap seperti ini?”Saat ini, “adik ipar” yang direndahkannya sudah menjadi “Tuan” bagi Putro. Harsa tentu saja tidak bisa menerima hal ini.Sekelompok sarjana provinsi juga menatap mereka dengan penuh penasaran.“Harsa, di depan Tuan, jangan panggil aku cendekiawan!” Putro melambaikan tangannya dan menjawab, “Mengenai jawaba
Sekelompok sarjana provinsi mengerutkan kening mereka, sedangkan Harsa terlihat menantikannya dan Dian juga memusatkan perhatiannya. Mereka tidak merasa jawaban Wira sangat luar biasa.Wira juga diam-diam memusatkan perhatiannya agar bisa mendengar penjelasan Putro dulu. Dengan begitu, dia baru bisa menjelaskan sesuatu pada saat berdiskusi dengan Putro nanti.Putro pun menjelaskan dengan bersemangat, “Pengetahuan itu kesadaran hati dan pemahaman tentang berbagai hal, sedangkan perbuatan adalah tindakan nyata. Memahami prinsip dan menerapkannya adalah hal yang tidak terpisahkan. Singkatnya, setelah mengetahui sesuatu, kamu juga harus melakukan tindakan. Itulah yang disebut kesatuan pengetahuan dan tindakan.”Harsa berkata dengan merendahkan, “Bukannya itu prinsip yang sangat sederhana?”Para sarjana provinsi lainnya juga mengangguk. Mereka juga tahu mengenai prinsip itu. Hanya saja, Wira sudah menyampaikannya dengan kata yang lebih menarik.Putro berkata dengan ekspresi muram, “Semua pr
Dian menjadi agak panik. Dia tahu bahwa Putro sedang menguji pengetahuan Wira. Jika bisa menjelaskannya dengan baik, Wira pasti bisa membuat orang-orang ini terkesan dan membangun reputasinya. Jika tidak, reputasi baiknya yang sudah dibentuk Putro tadi pasti akan langsung hancur.“Baiklah. Berhubung kalian mau dengar, aku akan menjelaskan sedikit.” Wira memeras otaknya, lalu terpikirkan sesuatu dan berkata, “Dasar dari pemikiran hati, baik itu kesatuan pengetahuan dan tindakan, mencari dalam hati nurani sendiri, maupun belajar dari pengalaman, semuanya berputar di sekitar tiga kata. Asalkan bisa memahami tiga kata ini, seseorang pasti bisa memahami dasar filsafat.”Semua orang langsung tercengang. Di sisi lain, mata Putro langsung berbinar. Mereka tidak menyangka Wira akan merangkum dasar filsafat dalam tiga kata.“Penerapan, hati nurani, pengetahuan!” ujar Wira tanpa ragu. Kemudian, dia tiba-tiba teringat sesuatu yang dikatakan profesornya dulu. Inti dari filsafat itu adalah tiga kata
Lagi pula, semua orang sudah paham. Jika ada orang yang masih tidak paham, bukankah dia akan terlihat sangat bodoh? Oleh karena itu, 99% sarjana provinsi pun berturut-turut mengatakan bahwa mereka sudah “paham”. Hanya Harsa sendiri yang masih berdiri di depan pintu dan terlihat sangat mencolok.Saat berbalik dan melihat Harsa, Wira pun bertanya, “Kamu belum paham?”‘Sialan! Semua orang sudah paham. Tapi aku sendiri malah nggak ngerti apa yang kukatakan!’ maki Wira dalam hati. Untungnya, Harsa juga belum paham. Setidaknya, Wira sudah terhibur.“A ... aku juga sudah paham sedikit!” Harsa langsung malu dan buru-buru berlutut di hadapan Putro sambil berkata, “Terima kasih atas bimbingan Paman!”Harsa sudah mengetahui betapa luas wawasan Putro dari ayahnya. Dengan jawaban Wira sebelumnya dan penjelasan Putro, dia benar-benar sudah mengerti sedikit. Saat ini, dia yang sebelumnya sangat keras kepala sudah mulai goyah. Dia merasa “adik iparnya” itu sepertinya memang benar-benar memiliki penget
Farhan berbalik, lalu masuk ke Kediaman Gumilar. Dia benar-benar sangat kagum pada teori filsafat yang diungkapkan Wira, juga kebijakan merobohkan dinding pasar, pemerataan pembagian tanah, dan pemungutan pajak yang seimbang. Setelah mengetahui identitas Wira, Farhan semakin kagum pada Wira dan tidak ingin membiarkan sarjana-sarjana itu merendahkan Wira. “Masih ada hal yang belum kita ketahui? Tuan Wahyudi misterius sekali!”“Kalau nggak, kamu pikir kenapa Pak Putro begitu memuji Tuan Wahyudi!”“Ya ampun, aku malah berani mencurigainya tadi. Aku benar-benar keliru!”“Aku juga!”“Tapi, apa sebenarnya arti ‘kampret’ yang diucapkan Tuan Wahyudi dan Pak Putro sebelumnya?”“Mungkin mereka ingin kita menerapkan apa yang kita ketahui!”“Emm, benar!”“Ayo kita terapkan!”Di luar Kediaman Gumilar, sekelompok sarjana provinsi itu pun menjadi bersemangat....“Dik, aku nggak nyangka ternyata kamu itu tamu yang kuundang!” Begitu mengetahui identitas Wira, Putro langsung merangkul bahunya dengan b
Saat berada di rumah Suryadi, Wira pernah minum arak buah dan masih belum melupakan rasa pahit itu. Namun, kota pusat pemerintahan tidak menjual arak buah yang murahan. Arak yang dijual di sini difermentasi dari beras, anggur, dan bunga. Rasanya sangat enak sehingga Wira tanpa sadar minum banyak dan mulai pusing. Berhubung takut sembarangan bicara, Wira berusaha mengendalikan pikirannya dan tidak berbicara.Namun, Putro yang sudah mabuk malah menarik tangan Wira dan berkata, “Dik, kalau kamu lahir 20 tahun lebih cepat, kamu pasti bisa memulihkan kejayaan Nuala! Sayangnya, semuanya sudah terlambat sekarang!”Ekspresi Farhan langsung berubah. Dia memapah Putro dan berkata, “Guru, kamu sudah mabuk. Kerajaan Nuala masih berjaya kok!”“Berjaya apanya! Memangnya aku nggak tahu situasi Nuala sekarang?” Putro melambaikan tangannya lalu mendorong Farhan sambil berkata, “Uang dan kekuasaan itu dasar memerintah negara. Yang dimaksud dengan uang adalah pajak. Nuala sudah kekurangan uang dari dulu
Di mata semua orang, Doly sudah menjadi pengkhianat yang tidak termaafkan. Keadaannya bisa terpuruk seperti sekarang, dia mereka benar-benar menyedihkan dan menggelikan."Tuan Wira, aku akan kembali ke kamarku untuk beristirahat dulu. Tubuhku masih terluka, jadi harap Tuan Wira bisa memakluminya," kata Doly. Melihat Wira menganggukkan kepala, dia pun pergi.Pada saat yang bersamaan, Wira juga bergegas kembali ke kamarnya. Semua urusan sudah hampir selesai, sekarang dia benar-benar perlu beristirahat. Dia sudah tidak tidur selama satu hari satu malam dan sekarang dia merasa sangat lelah.Setibanya di kamar, Wira langsung tertidur. Selain itu, dia juga sudah memerintahkan pengawal yang berjaga di luar untuk tidak membangunkannya jika tidak ada hal yang mendesak. Masalah di wilayah tandus di utara dan bencana banjir sudah selesai diatasi, dia akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.....Di Kerajaan Agrel.Setelah perjalanan selama beberapa hari, Senia dan rombongannya akhirnya sudah kembali k
"Untuk sementara ini nggak perlu," kata Wira sambil melambaikan tangan pada Doly.Doly berkata dengan tegas, "Orang itu sangat keras kepala, mungkin hanya Dokter Arifin yang punya kemampuan untuk membuatnya berbicara. Sekarang kita harus segera mencari cara untuk menghadapi makhluk beracun itu sebelum Senia kembali ke wilayah tandus di utara dan mengembangkan lebih banyak makhluk beracun. Ini akan menjadi bencana bagi rakyat.""Aku tahu Tuan Wira selalu mengutamakan kebaikan dan kesejahteraan rakyat, kamu pasti nggak ingin melihat hal itu terjadi, 'kan? Saat itu aku juga melawan Senia karena hal ini dan akhirnya aku terancam mati. Kalau nggak ada bantuan Tuan Wira, mungkin sekarang aku sudah mati."Dia ingin segera mengetahui kebenarannya bukan karena dendam pribadi. Meskipun suatu hari nanti Senia kalah dan berdiri di hadapannya, dia juga tidak akan sanggup membunuh Senia. Bagaimanapun juga, dia tidak pernah menganggap Senia sebagai musuhnya. Mungkin semua ini hanya karena perbedaan p
Wira menunggu respons dari Nayara. Namun, Nayara menggertakkan giginya dengan erat dan tetap tidak berbicara, seolah-olah tidak mendengar apa-apa. Dari keringat dingin di keningnya, dia bisa melihat Nayara sebenarnya juga sangat bingung dan jelas ketakutan. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang dipertimbangkan Nayara."Biarkan dia memikirkannya dengan baik dulu, beri dia sedikit waktu lagi. Lagi pula, sekarang kita juga nggak terburu-buru. Meskipun dia memberi tahu kita rahasia dari makhluk beracun itu, kita juga nggak bisa langsung menemukan cara untuk menghadapinya. Harapan kita masih tergantung pada Lucy," kata Wira.Mengenal diri dan lawan adalah kunci kemenangan. Bukan hanya bisa menciptakan racun, guru agung ini juga bisa mengendalikan situasinya. Wira dan yang lainnya juga menyaksikan langsung kejadian itu dan memang sangat menakutkan.Meskipun bisa mengatasi makhluk beracun itu, mereka juga tidak bisa menekan kekuatan guru besar ini. Jika guru besar ini munc
"Kenapa?" tanya Wira.Nayara tidak berbicara lagi, hanya duduk diam di tempatnya dan ekspresi tetap terlihat memohon untuk mati.Doly berjalan ke depan Nayara dan mendengus, lalu berkata dengan tenang, "Karena tubuhmu sudah diracuni seseorang. Jadi, kalau kamu mengatakan sesuatu pada Tuan Wira, mungkin kamu akan sangat menderita. Kamu juga takut dengan rasa sakit itu, jadi kamu memilih cara ini untuk mengakhiri hidupmu. Benar, 'kan?"Nayara mendongak dan melirik Doly, tetapi tetap tidak mengatakan apa pun.Namun, Wira bisa melihat tatapan Nayara yang membuktikan perkataan Doly memang benar dan mungkin itu memang kenyataan yang sebenarnya.Wira pun melanjutkan, "Kamu sebenarnya boleh memercayaiku. Aku nggak peduli apa pun yang kamu sembunyikan di dalam hatimu. Kalau memang seperti yang dikatakan Doly, aku bisa mencari orang untuk menyembuhkan racun itu. Nggak butuh waktu lama, kamu juga akan sembuh total."Nayara menggelengkan kepala dan bergumam, "Nggak ada gunanya. Nggak ada orang yan
Nayara memang sudah bersekongkol dengan Senia dan saat itu orang yang bertugas untuk menemuinya adalah Doly, sehingga dia mungkin melupakan wajah Doly.Namun, sekarang Senia sudah meninggalkan Provinsi Yonggu dan berselisih dengan Wira. Wira bahkan sudah bersiap mengejar dan membunuh Senia. Nayara berpikir jika Doly berada di pihak yang sama dengan Senia, Doly pasti sudah pergi juga dan saat ini tidak akan muncul di kamarnya.Doly tidak menghiraukan perkataan Nayara, hanya menatap Nayara dengan dingin. Bahkan dia sendiri pun merasa jijik dengan orang licik seperti Nayara. Setidaknya, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya, apalagi melakukan perbuatan keji seperti ini.Nayara jelas tahu orang di depannya adalah musuh bebuyutannya. Namun, demi keuntungannya sendiri, dia tetap tega bekerja sama dengan pihak musuh. Doly bertanya-tanya mengapa ada orang yang sekeji ini di dunia. Orang seperti ini pantas dibunuh oleh siapa pun.Wira kembali menatap Nayara dan berkata dengan tenang, "Seka
"Kalau aku nggak percaya perkataan mereka, jadi aku harus percaya perkataan siapa?" kata Wira sambil tersenyum dingin.Nayara segera berkata, "Tuan Wira tentu saja harus percaya perkataanku. Aku sudah berada di pihakmu dan bahkan menceritakan segala sesuatu tentang Desa Damaro padamu, ini sudah cukup untuk membuktikan kesetiaanku.""Aku tahu, pasti ada orang yang iri melihatku makin dekat dengan Tuan Wira belakangan ini. Hubungan kita juga makin baik, jadi ada orang yang cemburu dan membisikkan hal-hal yang nggak benar agar Tuan Wira salah paham padaku."Wira menggelengkan kepala sambil tersenyum dingin merasa Nayara ini benar-benar tidak tahu diri. Dia sudah berdiri di hadapan Nayara karena ingin memberinya satu kesempatan untuk mengakui semuanya dengan patuh. Namun, sampai sekarang pun Nayara masih mencari berbagai alasan untuk membela diri, dia benar-benar merasa kecewa.Dia berdiri dan berjalan ke belakang Nayara, lalu menekan pundak Nayara dan berkata, "Kalau aku nggak punya bukti
Nayara berkata sambil menggertakkan giginya, "Dia tentu saja musuh bebuyutanku. Aku nggak akan melupakan apa yang terjadi di Desa Damaro, bahkan sampai sekarang pun aku masih sering bermimpi tentang pemandangan semuanya mati dengan mengerikan di depanku. Semua ini adalah ulah Senia. Aku tentu saja nggak akan pernah berhubungan apa pun dengannya.""Kalau benar-benar ada, itu pun hanya hubungan hidup atau mati. Entah dia yang membunuhku atau aku yang membunuhnya. Kalau bukan karena dendamku pada Senia, aku mana mungkin tega menyerang Dahlan."Nayara berbicara dengan penuh amarah dan tatapan yang penuh dengan niat membunuh, bahkan matanya pun sudah memerah. Ini cukup untuk menunjukkan betapa besar amarah yang tersimpan di hatinya.Namun, Wira tidak menghiraukan perkataan Nayara, melainkan mendengus dan berkata sambil bertepuk tangan, "Aku mengakui aktingmu benar-benar hebat, bahkan aku pun sudah tertipu. Mungkin karena aku percaya dengan apa yang terjadi di Desa Damaro dan juga padamu.""
Wira baru teringat kembali dia sudah melupakan orang yang begitu penting. Berkat peringatan dari Doly, dia sudah mengetahui Nayara bukan orang yang sejalan dengannya dan sudah berpihak pada Senia. Nayara bisa mendekatinya karena ingin menjadi mata-mata di sisinya, sehingga bisa membocorkan informasi mereka pada Senia dan sekaligus menyesatkan dirinya.Mengingat semua perbuatan Nayara, Wira benar-benar marah. Nayara berasal dari Desa Damaro, tetapi dia tega melihat para penduduk desa mati secara tragis hanya demi kepentingan pribadinya dan bahkan berpihak pada musuhnya. Syarat apa yang sebenarnya sudah ditawarkan Senia sampai membuatnya begitu setia dengan Senia? Dia bahkan sampai mengabaikan hubungan kekeluargaan.Dalam sekejap, Wira sudah sampai di depan kamar Nayara dan mendengar suara teriakan dari dalam."Cepat lepaskan aku. Aku ingin bertemu dengan Tuan Wira. Aku adalah tamu kehormatan Tuan Wira. Saat Tuan Wira datang ke Desa Damaro, aku yang mengenalkannya. Aku bahkan rela mengor
Doly segera bertanya dengan nada penasaran, "Apa kamu membiarkan mereka pergi karena masih mengenang masa lalu?"Bagi Doly, Senia seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Terlebih lagi, dia dikelilingi oleh orang seperti Panji yang licik dan berbahaya.Mereka berdua layaknya dua serigala yang saling mendukung untuk menebar kekacauan. Jika kali ini mereka gagal dibunuh dan dibiarkan lolos begitu saja, masalah di masa depan akan makin sulit untuk diatasi. Pada saat itu, dunia mungkin akan jatuh ke dalam kehancuran besar.Meskipun ada hubungan masa lalu yang harus dipertimbangkan, Doly tetap berharap bahwa Wira bisa membunuh Senia. Dengan begitu, masalah ini bisa diselesaikan untuk selamanya. Semua ini demi rakyat jelata yang tak berdosa.Meskipun kedua belah pihak berada di kubu yang berbeda dan bahkan bukan dari bangsa yang sama, peperangan yang terus-menerus sudah membawa banyak penderitaan. Mana mungkin mereka bisa terus merenggut lebih banyak nyawa lagi?Wira bertanya, "Kamu p