Wira buru-buru menjelaskan, “Kak Harsa jangan salah paham. Nona Dian ditangkap oleh Merika di Yispohan. Waktu melewati tempat itu, aku menyelamatkannya dan sekalian mengantarnya ke kota pusat pemerintahan.”Harsa mencibir, “Kamu kira aku bodoh? Di Yispohan, ada 500-600 bandit. Kalau dia benar-benar ditangkap mereka, mana mungkin kamu bisa menyelamatkannya?”Dian pun terdiam. Jika bukan karena mengalaminya sendiri, tidak akan ada orang yang percaya. Wira memang hanya membawa sebelas orang, tetapi Wira bukan hanya menyelamatkannya, juga menangkap Merika dan memeras 300 juta gabak dari bandit-bandit itu.Wira menjawab dengan acuh tak acuh, “Kalau kamu nggak percaya, nggak ada gunanya juga aku menjelaskan.”“Bagus! Bagus!” Harsa berkata dengan marah, “Kalau sudah kembali ke Kabupaten Uswal, aku pasti bakal kasih tahu Wulan apa yang kamu lakukan di sini! Lihat saja apa dia masih akan begitu setia padamu!”Wira membentak, “Jangan coba-coba merusak hubungan kami!”“Aku ....” Baru saja Harsa i
Rakyat jelata yang sebelumnya masih tinggal karena penasaran pada pertanyaannya pun pergi dengan bingung. Tidak ada seorang pun yang berniat untuk menebak-nebak jawabannya lagi. Bagaimanapun juga, mereka bahkan tidak mengerti pertanyaannya.“Sebenarnya apa yang mau diuji Pak Putro dengan mengeluarkan tiga pertanyaan ini?” gumam Dian sambil mengerutkan kening. Berhubung mendapat pengaruh ayahnya, dia sudah membaca banyak buku sejak kecil. Namun, dia juga tidak mengerti setelah membaca tiga pertanyaan itu.DI sisi lain, para sarjana provinsi juga mengerutkan kening dan sepertinya sama sekali tidak memiliki petunjuk. Bahkan Harsa juga terlihat bingung.“Eh?” Begitu membaca pertanyaan itu, mata Wira langsung berbinar.Dian bertanya dengan heran, “Tuan, apa kamu mengerti apa maksud ketiga pertanyaan ini?”Wira tersenyum dan berkata, “Sini kubisikkan padamu!”Dian pun mendekat. Saat merasakan hawa panas dari bisikan Wira di lehernya, dia langsung merasa malu dan bertanya dengan terbata-bata,
Para pelajar lain juga memandang Wira dengan tatapan merendahkan. Mereka tidak percaya Wira bisa menjawab pertanyaan Pak Putro dengan benar. Sebab, para sarjana provinsi seperti mereka juga masih tidak mengetahui jawabannya.Namun, apa yang terjadi selanjutnya membuat mereka tercengang.“Ini!” Saat membaca jawaban Wira, mata Farhan langsung berbinar. Sebelum tulisan itu kering, dia langsung mengambil kertas itu dan berlari ke dalam Kediaman Gumilar sambil berteriak, “Guru! Guru! Sudah ada orang yang menjawab dengan benar!”“Eh?” Semua orang langsung menatap Wira dengan terkejut. Jawaban apa sebenarnya yang ditulis Wira hingga bisa membuat Farhan, seorang sarjana kerajaan dan juga pejabat tingkat kelima begitu bersemangat?Perlu diketahui bahwa orang yang memiliki kekuasaan kedua tertinggi di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu itu adalah orang yang sangat berpendidikan dan berwawasan luas.Dian bertanya dengan tidak percaya, “Apa jawaban Tuan benar?”“Mana mungkin salah!” Danu yang dari tad
Brak! Gerbang Kediaman Gumilar pun ditutup.Semua orang langsung tercengang dan berpikir, ‘Apa yang sudah terjadi barusan? Apa aku sedang bermimpi?’Pak Putro yang begitu terkenal berlari keluar dengan telanjang kaki untuk mencegat pelajar itu. Dia juga memberi perintah untuk menutup pintu karena takut pelajar itu kabur. Bukan hanya begitu, dia juga memanggil pelajar itu dengan sebutan tuan. Ada apa ini sebenarnya? Jawaban apa yang ditulis pelajar itu sehingga membuat Farhan dan Putro begitu antusias? Dalam sekejap, semua orang merasa sangat penasaran pada jawaban yang ditulis Wira. Harsa yang awalnya masih yakin jawaban Wira tidak akan mendapatkan perhatian Putro pun merasa sangat malu. Ekspresinya langsung berubah drastis.Dian merasa sangat terkejut bercampur gembira, sedangkan Danu merasa sangat bangga, seolah-olah itu adalah hal yang wajar.“Eh, kamu?” Setelah melihat pria paruh baya berkaki telanjang yang menarik tangannya, Wira merasa dunia ini sangat kecil. Pria paruh baya it
‘Memang nggak salah pakai nama Ayah,’ pikir Harsa dengan gembira. Dia pun berkata sambil hendak melangkah masuk, “Aku awalnya ....”“Ekhem!” Putro buru-buru mengangkat tangan untuk menahan Harsa dan berkata, “Umm, Harsa. Kalau kamu datangnya lebih cepat, aku pasti akan menjamu kamu. Tapi, sekarang aku harus menjamu Tuan ini. Sebaiknya kamu datang lagi besok. Pengawal, siapkan makanan dan penginapan untuk Harsa. Setelah menjamu Tuan, aku akan menjamunya!”Seorang pengawal berjalan maju dan berkata, “Tuan Harsa, silakan.”Harsa langsung merasa kesal. Dia pun bertanya, “Paman Putro, apa sebenarnya jawaban yang ditulisnya sehingga bisa membuat cendekiawan sepertimu bersikap seperti ini?”Saat ini, “adik ipar” yang direndahkannya sudah menjadi “Tuan” bagi Putro. Harsa tentu saja tidak bisa menerima hal ini.Sekelompok sarjana provinsi juga menatap mereka dengan penuh penasaran.“Harsa, di depan Tuan, jangan panggil aku cendekiawan!” Putro melambaikan tangannya dan menjawab, “Mengenai jawaba
Sekelompok sarjana provinsi mengerutkan kening mereka, sedangkan Harsa terlihat menantikannya dan Dian juga memusatkan perhatiannya. Mereka tidak merasa jawaban Wira sangat luar biasa.Wira juga diam-diam memusatkan perhatiannya agar bisa mendengar penjelasan Putro dulu. Dengan begitu, dia baru bisa menjelaskan sesuatu pada saat berdiskusi dengan Putro nanti.Putro pun menjelaskan dengan bersemangat, “Pengetahuan itu kesadaran hati dan pemahaman tentang berbagai hal, sedangkan perbuatan adalah tindakan nyata. Memahami prinsip dan menerapkannya adalah hal yang tidak terpisahkan. Singkatnya, setelah mengetahui sesuatu, kamu juga harus melakukan tindakan. Itulah yang disebut kesatuan pengetahuan dan tindakan.”Harsa berkata dengan merendahkan, “Bukannya itu prinsip yang sangat sederhana?”Para sarjana provinsi lainnya juga mengangguk. Mereka juga tahu mengenai prinsip itu. Hanya saja, Wira sudah menyampaikannya dengan kata yang lebih menarik.Putro berkata dengan ekspresi muram, “Semua pr
Dian menjadi agak panik. Dia tahu bahwa Putro sedang menguji pengetahuan Wira. Jika bisa menjelaskannya dengan baik, Wira pasti bisa membuat orang-orang ini terkesan dan membangun reputasinya. Jika tidak, reputasi baiknya yang sudah dibentuk Putro tadi pasti akan langsung hancur.“Baiklah. Berhubung kalian mau dengar, aku akan menjelaskan sedikit.” Wira memeras otaknya, lalu terpikirkan sesuatu dan berkata, “Dasar dari pemikiran hati, baik itu kesatuan pengetahuan dan tindakan, mencari dalam hati nurani sendiri, maupun belajar dari pengalaman, semuanya berputar di sekitar tiga kata. Asalkan bisa memahami tiga kata ini, seseorang pasti bisa memahami dasar filsafat.”Semua orang langsung tercengang. Di sisi lain, mata Putro langsung berbinar. Mereka tidak menyangka Wira akan merangkum dasar filsafat dalam tiga kata.“Penerapan, hati nurani, pengetahuan!” ujar Wira tanpa ragu. Kemudian, dia tiba-tiba teringat sesuatu yang dikatakan profesornya dulu. Inti dari filsafat itu adalah tiga kata
Lagi pula, semua orang sudah paham. Jika ada orang yang masih tidak paham, bukankah dia akan terlihat sangat bodoh? Oleh karena itu, 99% sarjana provinsi pun berturut-turut mengatakan bahwa mereka sudah “paham”. Hanya Harsa sendiri yang masih berdiri di depan pintu dan terlihat sangat mencolok.Saat berbalik dan melihat Harsa, Wira pun bertanya, “Kamu belum paham?”‘Sialan! Semua orang sudah paham. Tapi aku sendiri malah nggak ngerti apa yang kukatakan!’ maki Wira dalam hati. Untungnya, Harsa juga belum paham. Setidaknya, Wira sudah terhibur.“A ... aku juga sudah paham sedikit!” Harsa langsung malu dan buru-buru berlutut di hadapan Putro sambil berkata, “Terima kasih atas bimbingan Paman!”Harsa sudah mengetahui betapa luas wawasan Putro dari ayahnya. Dengan jawaban Wira sebelumnya dan penjelasan Putro, dia benar-benar sudah mengerti sedikit. Saat ini, dia yang sebelumnya sangat keras kepala sudah mulai goyah. Dia merasa “adik iparnya” itu sepertinya memang benar-benar memiliki penget
"Ketika saat itu tiba, bukannya yang paling menderita adalah orang-orang di Lembah Duka? Karena kamu ada di sini dan pernah berinteraksi dengan Jaran, mari kita diskusi dulu. Mungkin kamu punya cara untuk membantuku mengatasi masalah ini."Bisa dilihat bahwa Arie sama sekali tidak berbohong. Dia benar-benar mencemaskan Lembah Duka. Jika tidak, dia tidak akan bersusah payah seperti ini.Bagaimanapun, putranya ada di sini. Jika orang-orang di atas sana mengambil tindakan untuk membalas dendam, bukan hanya orang-orang di Lembah Duka yang akan mati, tetapi juga satu-satunya putranya ...."Sebenarnya masalah ini sederhana saja. Asalkan kamu meminjamku beberapa orangmu dan aku membawa mereka keluar, mereka seharusnya punya cara untuk melawan Jaran, 'kan? Setelah semua beres, kalian juga nggak perlu cemas lagi. Gimana?"Untuk melawan Jaran yang melarikan diri dari Lembah Duka, mereka hanya bisa menggunakan orang-orang di dalam untuk menurunkan risiko yang ada. Bagaimanapun, mereka sama-sama m
Begitu membahas topik ini, ekspresi Fikri langsung berubah. Langkah kakinya sontak terhenti, lalu dia menoleh menatap Wira."Sepertinya kamu sudah pernah bertemu dengannya?"Pada saat yang sama, seorang pria menghampiri dengan diikuti beberapa orang berjubah hitam.Sosok pria itu memancarkan tekanan yang kuat, membuat suasana menjadi mencekam. Pria itu tidak lain adalah pemimpin Lembah Duka, Arie."Ayah!" Fikri segera maju dan memberi hormat.Di Lembah Duka, sistem hierarki sangat ketat. Meskipun hubungan mereka adalah ayah dan anak, mereka tetap harus menunjukkan rasa hormat yang sesuai.Orang-orang di sekitar segera mengesampingkan pekerjaan mereka dan menghampiri untuk memberi hormat.Sementara itu, Wira tersenyum sopan. "Salam, Ketua. Maaf karena aku datang tanpa izin dan mengganggumu.""Tapi, aku datang demi kesejahteraan rakyat. Bagaimanapun, orang yang meninggalkan Lembah Duka tanpa izin bukan orang yang mudah dihadapi."Saat teringat pada metode Panji, Wira masih bisa merasa ce
Wira mengangguk dengan perlahan, merasa perkataan Fikri cukup masuk akal. Hal ini menunjukkan bahwa yang ada di luar sana hanyalah desas-desus.Fikri melanjutkan, "Mungkin karena kabut beracun di sekitar Lembah Duka, orang-orang pun merasa tempat ini menakutkan. Tapi, semua itu adalah langkah yang terpaksa kami ambil.""Oh? Kenapa begitu?" Wira mengangkat alisnya sambil bertanya.Fikri menjelaskan, "Saat leluhur kami pertama kali datang ke sini, mereka menjalin aliansi dengan wilayah barat. Kami cuma mencari tempat untuk berlindung dan berjanji nggak akan mengganggu kehidupan orang lain.""Selain itu, di Lembah Duka, kami mempelajari ilmu sihir. Jika kami sembarangan muncul, takutnya orang-orang akan merasa terancam, bahkan orang-orang yang berkuasa juga akan merasa takut.""Makanya, kami membuat keputusan untuk tinggal selamanya di Lembah Duka. Mengenai desas-desus yang beredar, mungkin ada yang sengaja menyebarkannya."Ternyata begitu, kini Wira telah mengetahui situasi sebenarnya di
"Baiklah, aku sangat menghargai keberanianmu ini." Pria itu tersenyum, lalu memberi isyarat tangan mempersilakan. "Aku akan pimpin jalan. Kalau kalian percaya padaku, silakan ikut aku.""Ayo." Wira melambaikan tangan ke orang-orang di belakang, memberi isyarat agar mereka mengikuti.Segera, mereka semua berangkat. Sepanjang perjalanan, tidak ada yang berbicara. Wira dan yang lainnya terus mengikuti langkah kaki pria itu.Setelah berjalan sekitar satu jam, mereka akhirnya tiba di pedalaman hutan. Di sekeliling terdapat bangunan besar yang berdiri kokoh. Meskipun luas, bangunan itu tampak sederhana.Di bawah pimpinan pria itu, mereka segera memasuki Lembah Duka. Di dalam sini seperti dunia yang berbeda. Tampak buah-buahan dan sayuran yang tumbuh dengan subur. Selain itu, terdapat juga banyak ternak yang dipelihara dengan baik.Pantas saja, orang-orang di Lemah Duka tidak pernah keluar dan hidup dengan tenang di sini. Mereka bisa memenuhi segala kebutuhan sendiri tanpa harus bergantung pa
"Kalau begitu, kita bakar saja semuanya. Kalau nggak bisa dibawa pulang, kita bawa saja abu mereka. Ini satu-satunya cara yang bisa kita lakukan untuk sekarang," sahut Wira.Mereka tewas di hutan ini dengan tubuh yang telah dimakan oleh ular, serangga, tikus, dan semut. Hanya dengan menyentuh mayat-mayat ini, Wira dan lainnya bisa berisiko keracunan. Jadi, mereka harus sangat berhati-hati.Membakar mayat-mayat ini adalah satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan saat ini.Beberapa orang itu mengangguk. Saat Agha dan Dwija mencari kayu bakar, Wendi mengeluarkan sebotol bubuk dari dalam sakunya."Kalian nggak perlu cari kayu bakar. Aku bisa langsung membakar mayat-mayat ini. Setelah aku taburkan bubuk putih ini, tubuh mereka akan terbakar dengan sendirinya. Setelah itu, kita cuma perlu kumpulkan abu mereka."Setelah mendapat izin dari Wira, Wendi menaburkan bubuk itu. Tidak lama kemudian, mayat-mayat itu terbakar dengan api yang menyala hebat.Meskipun api begitu besar, tidak ada pohon-po
Ketika Wira dan lainnya memasuki hutan, orang-orang dari Lembah Duka juga sudah mendapatkan berita tentang kedatangan mereka.Pada saat itu, beberapa orang dari Lembah Duka telah memasuki hutan dan mendekati kelompok Wira.Selama bertahun-tahun, tidak ada yang berani memasuki daerah ini. Bukan hanya karena kabut beracun yang ada, tetapi lebih karena hutan ini adalah wilayah Lembah Duka.Bagi orang-orang di wilayah barat, mereka tahu bahwa orang-orang dari Lembah Duka tidak bisa diusik. Jika bertindak sembarangan, mereka mungkin akan berakhir dengan sangat buruk, bahkan kehilangan nyawa. Makanya, tidak ada yang berani mengambil risiko.Seiring berjalannya waktu, melalui rumor yang terus beredar, nama Lembah Duka pun semakin menakutkan. Bahkan, desa-desa di sekitar wilayah mereka berangsur menghilang.Makanya, kedatangan Wira dan lainnya kali ini membuat Lembah Duka agak bingung. Mereka pun mengirim orang untuk memeriksa situasi di dalam hutan.Saat ini, Wira dan lainnya terus bergerak.
Agha tahu betul apa saja yang terdapat di dalam hutan. Makanya, dia merasa heran. Bagaimana bisa ular, serangga, tikus, dan semut menjadi sesuatu yang menakutkan?Sebelum Wendi sempat berbicara, Wira segera menjelaskan, "Kalau tebakanku nggak salah, ular, serangga, tikus, dan semut di dalam pasti menghirup kabut beracun itu. Makanya, mereka semua menjadi aneh dan beracun.""Kalau digigit oleh makhluk-makhluk itu, akibatnya bisa lebih merepotkan daripada dikejar oleh serigala atau harimau. Sepertinya serigala dan harimau meninggalkan tempat ini karena kabut beracun itu, 'kan? Apa aku benar?"Usai berbicara, Wira menatap Wendi. Wendi mengangguk. "Semua yang Tuan Wira katakan benar, memang seperti itu. Jadi, kalau mau masuk, kita harus sangat berhati-hati.""Aku membawa cukup banyak obat-obatan, jadi bisa melindungi kita semua untuk sementara. Tapi, tetap saja aku nggak bisa menjamin keselamatan kalian 100%."Tidak ada yang tahu apakah akan ada bahaya lain yang muncul di dalam sana. Tidak
Saat ini, Wira dan lainnya sedang dalam perjalanan menuju Lembah Duka.Seiring dengan langit yang semakin terang, Wira dan lainnya akhirnya sampai di depan hutan itu.Seperti yang dikatakan oleh Fahri, di depan mereka ada sebuah hutan besar yang tidak terlihat ujungnya. Meskipun sudah pagi, hutan itu tetap memberi nuansa gelap yang agak menakutkan.Meskipun tidak sepenuhnya gelap, jarak pandangnya sangat rendah. Yang paling aneh adalah ... tampaknya ada kabut putih di dalam sana.Hal ini cukup membingungkan. Wira menatap situasi di depan, lalu menatap Wendi di samping. "Sepertinya kami membutuhkan bantuanmu selanjutnya. Kabut di dalam sana sepertinya nggak biasa, 'kan?"Wira sudah berkelana selama bertahun-tahun. Banyak hal yang sudah dilihatnya. Begitu melihat kabut putih itu, dia bisa langsung menebak ada sesuatu yang aneh di dalamnya.Jika mereka masuk dengan ceroboh, mungkin saja mereka akan berakhir dengan nasib yang lebih buruk dari kematian ....Wendi mengangguk perlahan, lalu m
"Apa mereka benar-benar akan mencari masalah denganmu cuma karena perkataan sepihak dari Wira?" tanya Caraka dengan bingung."Sebenarnya, aku memang menyembunyikan banyak hal tentang identitasku dari kalian. Aku memang berasal dari wilayah barat dan juga orang Lembah Duka.""Sayangnya, ada aturan di Lembah Duka yang melarang orang-orang di dalam untuk keluar. Mereka hanya bisa tinggal di dalam lembah.""Ini merupakan pembatasan yang ditentukan oleh penguasa wilayah barat dengan Lembah Duka sejak bertahun-tahun yang lalu. Selama bertahun-tahun, nggak ada yang berani mematahkan kesepakatan ini.""Ini bukan karena orang-orang di dalam sana nggak mendambakan dunia luar, tapi karena ketua lembah saat ini sangat kolot. Jadi, nggak ada yang berani mengganggunya.""Kalau sampai seseorang membuatnya marah, hasilnya akan jauh lebih buruk dari kematian. Aku bahkan harus mengerahkan seluruh kekuatan untuk keluar dari Lembah Duka. Untungnya, aku bisa sampai di sini.""Tapi, kalau mereka tahu ke man