Ekspresi sekelompok orang itu langsung berubah!Wira mengerutkan keningnya sambil bertanya, “Seberapa cepat? Coba perkirakan. Kalau waktunya cukup, kita tinggalkan saja kereta kudanya dan pergi dengan berkuda.”“Kira-kira 30 menit!” Tommy menggeleng dan berkata, “Para bandit juga punya kuda dan terbiasa dengan jalan gunung. Sebelum sempat keluar dari Yispohan, mereka pasti sudah menyusul kita!”Sekelompok orang itu berseru dengan terkejut, “Kita nggak bisa kabur?”Wira juga mengerutkan keningnya. Bandit di Yispohan terlalu banyak. Sebagian kecil yang mereka singkirkan tadi masih bukan apa-apa. Setelah memiliki persiapan, pasti akan ada lebih banyak orang yang datang untuk mengepung mereka. Para bandit itu juga tidak mungkin bertindak ceroboh lagi. Jadi, pertarungan selanjutnya akan lebih sulit dimenangkan.Suasananya menjadi sangat serius. Kegembiraan yang dirasakan semua orang dari kemenangan tadi pun berubah menjadi tekanan. Setelah membunuh begitu banyak bandit, para bandit lainnya
Melihat Dian yang tidak menolak untuk makan, Meri berkata dengan gembira, “Kakak Ipar, aku sangat menyukaimu! Kamu bisa membedakan mana yang baik dan nggak. Biasanya, para wanita yang ditangkap kemari selalu lebih memilih untuk mati.”Dian tersenyum sambil mengangguk, lalu lanjut makan. Meskipun mati kelaparan, para bandit ini juga tidak akan melepaskannya. Lebih baik dia tetap menjaga kesehatannya agar tetap memiliki tenaga untuk kabur ketika kesempatannya tiba.Tiba-tiba, terdengar suara orang panik dari luar kamar, “Ketua Merika, gawat! Ketua Latatu dan 45 anggota kita sudah tewas!”Ekspresi Meri langsung menjadi serius. Dia mengambil pedangnya dan bertanya, “Siapa yang begitu berani membunuh orang di wilayah kekuasaan kita?”Bandit di luar menjawab, “Nggak tahu. Berita yang dilaporkan dari siulan sangat sederhana. Aku hanya tahu mereka bersenjatakan pedang, perisai, dan panah. Mereka berhasil membunuh anggota kita dengan sangat mudah!”“Siapkan perisai dan busur panjang, lalu perin
Jamal pun berkata dengan panik, “Ketua Merika, Tuan Wira bukanlah orang biasa. Kalau dia memilih untuk tinggal, dia pasti punya cara untuk menghadapi kita. Sebaiknya kita jangan bertarung melawannya dan biarkan saja mereka pergi daripada membahayakan diri sendiri!”“Ketua Jamal, apa kamu takut? Kenapa kamu berkata seperti itu?” Meri berkata dengan penuh peremehan, “Aku punya 300 bawahan, 100 pemanah, dan 200 ahli. Di antaranya, ada 50 orang yang mengenakan baju zirah. Menghabisi mereka bukanlah hal yang sulit! Buat apa aku takut?”“Ketua Merika, kamu belum pernah berhadapan dengan Tuan Wira, makanya nggak tahu seberapa hati-hatinya dia.” Jamal menasihati, “Saat dia mengajakku bertemu sendirian, aku sudah tahu dia menyiapkan jebakan. Tapi, aku nggak nyangka dia menyembunyikan sekelompok pemanah di selokan, seorang ahli yang punya senjata tersembunyi di tumpukan jerami, seorang ahli bela diri di atas pohon, dan bahkan ahli pedang di bawah tanah.”Meri mendengus, “Pelajar itu benar-benar
Wira berteriak, “Bersiap!”Tujuan Wira berkata seperti itu memang untuk membuat Merika marah. Alhasil, Merika benar-benar murka, lalu meninggalkan pasukan besarnya dan menyerang ke arah mereka sendirian.Para pemuda dari kelompok Wira langsung bersemangat. Mereka tidak mengira rencana Wira akan berhasil dengan begitu mudah.Sejujurnya, tidak akan ada wanita yang tidak sakit hati setelah mendengar ucapan Wira tadi. Apalagi bagi seorang wanita secantik Meri, tidak diinginkan sebagai istri kedua benar-benar merupakan penghinaan yang sangat besar.Para bandit langsung tercengang, tetapi mereka tidak berani menghalangi Meri karena mengetahui sifatnya.Bruk! Tiba-tiba, Jamal menerjang ke arah Meri dan menariknya turun dari kuda.Meri terjatuh dari kuda, lalu menebaskan pedangnya dan berteriak, “Jamal, beraninya kamu menghalangiku! Apa kamu sudah bosan hidup!”Jamal berguling di lantai untuk menghindari tebasan itu dan berteriak, “Ketua Merika, jangan bertindak gegabah! Apa kamu sudah lupa ap
Dua ratus bandit yang memiliki perisai kayu menyerbu ke arah tembok batu di bawah pimpinan Meri.Ekspresi Wira dan yang lainnya langsung berubah drastis. Dengan situasi seperti ini, busur silang yang mereka miliki juga tidak akan begitu berguna.Namun, tepat pada saat ini, Jamal tiba-tiba berteriak, “Ketua Merika, kawan-kawan sekalian, jangan menyerang terlalu cepat! Perhatikan langkah kalian. Waktu Kak Heru menyerang Dusun Darmadi, dia terjebak oleh jebakan kuda dan perangkap hewan. Kalian harus lebih hati-hati! Dia pasti sudah menaruh perangkap!”Meri yang berlari di paling depan tiba-tiba berhenti, lalu bergerak dengan hati-hati sambil mengamati permukaan lantai. Bandit lainnya juga meniru tindakan Meri karena takut terjebak dalam perangkap pelajar licik.Wira merasa sangat kesal, tetapi juga lucu. Dalam waktu satu jam, mereka harus menyusun tembok batu dan memindahkan mayat. Mana mungkin mereka memiliki waktu untuk membuat jebakan kuda atau menaruh perangkap hewan? Lagi pula, merek
“Bandit-bandit sekalian, ingatlah namaku. Aku adalah Zabran Darmadi! Kalian akan segera mati di tanganku!” seru Doddy. Dia bergerak dengan gesit dan luwes. Tidak peduli siapa pun yang diserangnya, tidak ada satu pun yang bisa melawan dan langsung gugur. Ada juga pedang yang menebas tubuhnya, tetapi serangan itu tidak bisa menembus baju zirah hitam yang dikenakannya.Hanya dalam sekejap, hampir 30 bandit sudah mati di tangannya. Bandit-bandit di sekitar langsung ketakutan dan mau tak mau berjalan mundur untuk menghindar.“Ketua keempat, ketua kelima, ketua keenam, ketua kedelapan, ketua kesepuluh, ayo serang!” Saat melihat para bandit tidak mampu melawan Doddy, Meri memungut sebilah pedang, lalu menyerang Doddy lagi tanpa rasa takut.Melihat situasi ini, kelima ketua lainnya juga buru-buru maju. Enam ahli bela diri bergabung untuk menyerang Doddy dan membuat Doddy kewalahan. Dia pun mulai terdesak mundur. Namun, Doddy sama sekali tidak menyerah. Dia mematahkan pedang Meri lagi dan seran
Sebuah kekuatan yang besar menembus keluar dari bawah kaki Meri hingga membuatnya jatuh ke lantai. Kemudian, sebuah sosok yang mengenakan baju zirah hitam menodongkan Pedang Treksha ke lehernya dan berkata, “Jangan bergerak!” Meri pun mematung di tempat. Kemudian, dia melirik ke lantai dan menggertakkan giginya dengan kesal. Di lantai, ada sebuah papan dan lubang yang besar. Ternyata orang ini dari tadi bersembunyi di dalam lubang.‘Bajingan bernama Wira itu benar-benar sangat licik! Bisa-bisanya dia menyembunyikan seseorang di dalam lubang ini. Memangnya dia bisa menebak aku pasti akan berdiri di sini?’ pikir Meri.Semua bandit langsung berhenti menyerang dan merasa serbasalah. Meri adalah adik kandung Molika. Jika terjadi sesuatu pada Meri akibat tindakan mereka, Molika pasti akan menghabisi orang itu. Semua orang tahu bahwa Molika sangat menyayangi dan melindungi adiknya ini.Kelompok Wira pun mengembuskan napas lega. Para pemuda itu menatap Wira dengan penuh kekaguman. Saat membua
Seluruh lokasi hening sejenak. Setelah itu, kelima ketua berdiskusi sebentar dan memilih seseorang untuk bernegosiasi.Seorang pria paruh baya berjenggot berkata, “Wira, lepaskan Ketua Merika. Kami akan membiarkanmu melewati Yispohan dan berjanji nggak akan mempersulitmu lagi kelak!”Pria ini adalah Suliman, ketua keempat dari Yispohan. Dia bertanggung jawab atas keuangan Yispohan dan merupakan tokoh yang memiliki otoritas tertinggi setelah tiga ketua utama.Wira mendengus, “Memangnya kata-kata kalian bisa dipercaya?”Suliman menjawab dengan marah, “Kalian boleh bertanya ke sekitar. Siapa yang nggak pernah dengar tentang reputasi Yispohan? Kami selalu memenuhi janji kami. Contohnya, kami akan membiarkan orang melewati tempat ini asalkan orangnya membayar tarif jalan. Kami nggak pernah ingkar janji!”Wira mencibir, “Buktinya, hari ini kalian menahanku.”Suliman menjawab dengan terbata-bata, “I ... itu karena kamu sudah mencelakai Kak Kadir, sedangkan Ketua Molika bersahabat dengannya!”