Share

Bab 167

Penulis: Arif
Syut! Syut! Syut!

Serangan busur silang menggugurkan dua puluhan bandit lagi. Para bandit yang tersisa pun kembali mundur.

Latatu juga kembali bersembunyi. Dia menoleh ke arah lereng gunung dan berteriak, “Kalian jangan berhenti memanah! Cepat habisi sekelompok bajingan ini!”

Syut! Duk!

Kelima pemanah itu merasa sangat tidak berdaya dan hanya bisa lanjut memanah. Namun, bahkan jika seseorang memiliki lengan yang kuat, memanah beberapa kali berturut-turut juga akan membuat lengan terasa sakit. Setelah memanah belasan panah, lengan mereka sudah sakit dan tidak sanggup menarik busur lagi. Panah yang tadinya bisa mencapai sejauh 100 meter sudah berkurang hingga 50 meter dan bahkan sudah tidak mengenai perisai.

Wira langsung memberi perintah, “Danu, bawa satu perisai bersamamu dan pergi habisi semua pemanah itu. Doddy, kamu hadapi orang yang memegang golok berukiran iblis itu. Semuanya, siap-siap untuk menerobos keluar dari kepungan!”

“Baik!” Danu dan Doddy menjawab tanpa ragu.

Kemudian, D
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 168

    Ekspresi sekelompok orang itu langsung berubah!Wira mengerutkan keningnya sambil bertanya, “Seberapa cepat? Coba perkirakan. Kalau waktunya cukup, kita tinggalkan saja kereta kudanya dan pergi dengan berkuda.”“Kira-kira 30 menit!” Tommy menggeleng dan berkata, “Para bandit juga punya kuda dan terbiasa dengan jalan gunung. Sebelum sempat keluar dari Yispohan, mereka pasti sudah menyusul kita!”Sekelompok orang itu berseru dengan terkejut, “Kita nggak bisa kabur?”Wira juga mengerutkan keningnya. Bandit di Yispohan terlalu banyak. Sebagian kecil yang mereka singkirkan tadi masih bukan apa-apa. Setelah memiliki persiapan, pasti akan ada lebih banyak orang yang datang untuk mengepung mereka. Para bandit itu juga tidak mungkin bertindak ceroboh lagi. Jadi, pertarungan selanjutnya akan lebih sulit dimenangkan.Suasananya menjadi sangat serius. Kegembiraan yang dirasakan semua orang dari kemenangan tadi pun berubah menjadi tekanan. Setelah membunuh begitu banyak bandit, para bandit lainnya

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 169

    Melihat Dian yang tidak menolak untuk makan, Meri berkata dengan gembira, “Kakak Ipar, aku sangat menyukaimu! Kamu bisa membedakan mana yang baik dan nggak. Biasanya, para wanita yang ditangkap kemari selalu lebih memilih untuk mati.”Dian tersenyum sambil mengangguk, lalu lanjut makan. Meskipun mati kelaparan, para bandit ini juga tidak akan melepaskannya. Lebih baik dia tetap menjaga kesehatannya agar tetap memiliki tenaga untuk kabur ketika kesempatannya tiba.Tiba-tiba, terdengar suara orang panik dari luar kamar, “Ketua Merika, gawat! Ketua Latatu dan 45 anggota kita sudah tewas!”Ekspresi Meri langsung menjadi serius. Dia mengambil pedangnya dan bertanya, “Siapa yang begitu berani membunuh orang di wilayah kekuasaan kita?”Bandit di luar menjawab, “Nggak tahu. Berita yang dilaporkan dari siulan sangat sederhana. Aku hanya tahu mereka bersenjatakan pedang, perisai, dan panah. Mereka berhasil membunuh anggota kita dengan sangat mudah!”“Siapkan perisai dan busur panjang, lalu perin

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 170

    Jamal pun berkata dengan panik, “Ketua Merika, Tuan Wira bukanlah orang biasa. Kalau dia memilih untuk tinggal, dia pasti punya cara untuk menghadapi kita. Sebaiknya kita jangan bertarung melawannya dan biarkan saja mereka pergi daripada membahayakan diri sendiri!”“Ketua Jamal, apa kamu takut? Kenapa kamu berkata seperti itu?” Meri berkata dengan penuh peremehan, “Aku punya 300 bawahan, 100 pemanah, dan 200 ahli. Di antaranya, ada 50 orang yang mengenakan baju zirah. Menghabisi mereka bukanlah hal yang sulit! Buat apa aku takut?”“Ketua Merika, kamu belum pernah berhadapan dengan Tuan Wira, makanya nggak tahu seberapa hati-hatinya dia.” Jamal menasihati, “Saat dia mengajakku bertemu sendirian, aku sudah tahu dia menyiapkan jebakan. Tapi, aku nggak nyangka dia menyembunyikan sekelompok pemanah di selokan, seorang ahli yang punya senjata tersembunyi di tumpukan jerami, seorang ahli bela diri di atas pohon, dan bahkan ahli pedang di bawah tanah.”Meri mendengus, “Pelajar itu benar-benar

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 171

    Wira berteriak, “Bersiap!”Tujuan Wira berkata seperti itu memang untuk membuat Merika marah. Alhasil, Merika benar-benar murka, lalu meninggalkan pasukan besarnya dan menyerang ke arah mereka sendirian.Para pemuda dari kelompok Wira langsung bersemangat. Mereka tidak mengira rencana Wira akan berhasil dengan begitu mudah.Sejujurnya, tidak akan ada wanita yang tidak sakit hati setelah mendengar ucapan Wira tadi. Apalagi bagi seorang wanita secantik Meri, tidak diinginkan sebagai istri kedua benar-benar merupakan penghinaan yang sangat besar.Para bandit langsung tercengang, tetapi mereka tidak berani menghalangi Meri karena mengetahui sifatnya.Bruk! Tiba-tiba, Jamal menerjang ke arah Meri dan menariknya turun dari kuda.Meri terjatuh dari kuda, lalu menebaskan pedangnya dan berteriak, “Jamal, beraninya kamu menghalangiku! Apa kamu sudah bosan hidup!”Jamal berguling di lantai untuk menghindari tebasan itu dan berteriak, “Ketua Merika, jangan bertindak gegabah! Apa kamu sudah lupa ap

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 172

    Dua ratus bandit yang memiliki perisai kayu menyerbu ke arah tembok batu di bawah pimpinan Meri.Ekspresi Wira dan yang lainnya langsung berubah drastis. Dengan situasi seperti ini, busur silang yang mereka miliki juga tidak akan begitu berguna.Namun, tepat pada saat ini, Jamal tiba-tiba berteriak, “Ketua Merika, kawan-kawan sekalian, jangan menyerang terlalu cepat! Perhatikan langkah kalian. Waktu Kak Heru menyerang Dusun Darmadi, dia terjebak oleh jebakan kuda dan perangkap hewan. Kalian harus lebih hati-hati! Dia pasti sudah menaruh perangkap!”Meri yang berlari di paling depan tiba-tiba berhenti, lalu bergerak dengan hati-hati sambil mengamati permukaan lantai. Bandit lainnya juga meniru tindakan Meri karena takut terjebak dalam perangkap pelajar licik.Wira merasa sangat kesal, tetapi juga lucu. Dalam waktu satu jam, mereka harus menyusun tembok batu dan memindahkan mayat. Mana mungkin mereka memiliki waktu untuk membuat jebakan kuda atau menaruh perangkap hewan? Lagi pula, merek

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 173

    “Bandit-bandit sekalian, ingatlah namaku. Aku adalah Zabran Darmadi! Kalian akan segera mati di tanganku!” seru Doddy. Dia bergerak dengan gesit dan luwes. Tidak peduli siapa pun yang diserangnya, tidak ada satu pun yang bisa melawan dan langsung gugur. Ada juga pedang yang menebas tubuhnya, tetapi serangan itu tidak bisa menembus baju zirah hitam yang dikenakannya.Hanya dalam sekejap, hampir 30 bandit sudah mati di tangannya. Bandit-bandit di sekitar langsung ketakutan dan mau tak mau berjalan mundur untuk menghindar.“Ketua keempat, ketua kelima, ketua keenam, ketua kedelapan, ketua kesepuluh, ayo serang!” Saat melihat para bandit tidak mampu melawan Doddy, Meri memungut sebilah pedang, lalu menyerang Doddy lagi tanpa rasa takut.Melihat situasi ini, kelima ketua lainnya juga buru-buru maju. Enam ahli bela diri bergabung untuk menyerang Doddy dan membuat Doddy kewalahan. Dia pun mulai terdesak mundur. Namun, Doddy sama sekali tidak menyerah. Dia mematahkan pedang Meri lagi dan seran

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 174

    Sebuah kekuatan yang besar menembus keluar dari bawah kaki Meri hingga membuatnya jatuh ke lantai. Kemudian, sebuah sosok yang mengenakan baju zirah hitam menodongkan Pedang Treksha ke lehernya dan berkata, “Jangan bergerak!” Meri pun mematung di tempat. Kemudian, dia melirik ke lantai dan menggertakkan giginya dengan kesal. Di lantai, ada sebuah papan dan lubang yang besar. Ternyata orang ini dari tadi bersembunyi di dalam lubang.‘Bajingan bernama Wira itu benar-benar sangat licik! Bisa-bisanya dia menyembunyikan seseorang di dalam lubang ini. Memangnya dia bisa menebak aku pasti akan berdiri di sini?’ pikir Meri.Semua bandit langsung berhenti menyerang dan merasa serbasalah. Meri adalah adik kandung Molika. Jika terjadi sesuatu pada Meri akibat tindakan mereka, Molika pasti akan menghabisi orang itu. Semua orang tahu bahwa Molika sangat menyayangi dan melindungi adiknya ini.Kelompok Wira pun mengembuskan napas lega. Para pemuda itu menatap Wira dengan penuh kekaguman. Saat membua

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 175

    Seluruh lokasi hening sejenak. Setelah itu, kelima ketua berdiskusi sebentar dan memilih seseorang untuk bernegosiasi.Seorang pria paruh baya berjenggot berkata, “Wira, lepaskan Ketua Merika. Kami akan membiarkanmu melewati Yispohan dan berjanji nggak akan mempersulitmu lagi kelak!”Pria ini adalah Suliman, ketua keempat dari Yispohan. Dia bertanggung jawab atas keuangan Yispohan dan merupakan tokoh yang memiliki otoritas tertinggi setelah tiga ketua utama.Wira mendengus, “Memangnya kata-kata kalian bisa dipercaya?”Suliman menjawab dengan marah, “Kalian boleh bertanya ke sekitar. Siapa yang nggak pernah dengar tentang reputasi Yispohan? Kami selalu memenuhi janji kami. Contohnya, kami akan membiarkan orang melewati tempat ini asalkan orangnya membayar tarif jalan. Kami nggak pernah ingkar janji!”Wira mencibir, “Buktinya, hari ini kalian menahanku.”Suliman menjawab dengan terbata-bata, “I ... itu karena kamu sudah mencelakai Kak Kadir, sedangkan Ketua Molika bersahabat dengannya!”

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3112

    Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3111

    Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3110

    Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3109

    Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3108

    Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3107

    Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3106

    Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3105

    Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3104

    Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status