Share

Bab 173

Penulis: Arif
“Bandit-bandit sekalian, ingatlah namaku. Aku adalah Zabran Darmadi! Kalian akan segera mati di tanganku!” seru Doddy. Dia bergerak dengan gesit dan luwes. Tidak peduli siapa pun yang diserangnya, tidak ada satu pun yang bisa melawan dan langsung gugur. Ada juga pedang yang menebas tubuhnya, tetapi serangan itu tidak bisa menembus baju zirah hitam yang dikenakannya.

Hanya dalam sekejap, hampir 30 bandit sudah mati di tangannya. Bandit-bandit di sekitar langsung ketakutan dan mau tak mau berjalan mundur untuk menghindar.

“Ketua keempat, ketua kelima, ketua keenam, ketua kedelapan, ketua kesepuluh, ayo serang!” Saat melihat para bandit tidak mampu melawan Doddy, Meri memungut sebilah pedang, lalu menyerang Doddy lagi tanpa rasa takut.

Melihat situasi ini, kelima ketua lainnya juga buru-buru maju. Enam ahli bela diri bergabung untuk menyerang Doddy dan membuat Doddy kewalahan. Dia pun mulai terdesak mundur. Namun, Doddy sama sekali tidak menyerah. Dia mematahkan pedang Meri lagi dan seran
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 174

    Sebuah kekuatan yang besar menembus keluar dari bawah kaki Meri hingga membuatnya jatuh ke lantai. Kemudian, sebuah sosok yang mengenakan baju zirah hitam menodongkan Pedang Treksha ke lehernya dan berkata, “Jangan bergerak!” Meri pun mematung di tempat. Kemudian, dia melirik ke lantai dan menggertakkan giginya dengan kesal. Di lantai, ada sebuah papan dan lubang yang besar. Ternyata orang ini dari tadi bersembunyi di dalam lubang.‘Bajingan bernama Wira itu benar-benar sangat licik! Bisa-bisanya dia menyembunyikan seseorang di dalam lubang ini. Memangnya dia bisa menebak aku pasti akan berdiri di sini?’ pikir Meri.Semua bandit langsung berhenti menyerang dan merasa serbasalah. Meri adalah adik kandung Molika. Jika terjadi sesuatu pada Meri akibat tindakan mereka, Molika pasti akan menghabisi orang itu. Semua orang tahu bahwa Molika sangat menyayangi dan melindungi adiknya ini.Kelompok Wira pun mengembuskan napas lega. Para pemuda itu menatap Wira dengan penuh kekaguman. Saat membua

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 175

    Seluruh lokasi hening sejenak. Setelah itu, kelima ketua berdiskusi sebentar dan memilih seseorang untuk bernegosiasi.Seorang pria paruh baya berjenggot berkata, “Wira, lepaskan Ketua Merika. Kami akan membiarkanmu melewati Yispohan dan berjanji nggak akan mempersulitmu lagi kelak!”Pria ini adalah Suliman, ketua keempat dari Yispohan. Dia bertanggung jawab atas keuangan Yispohan dan merupakan tokoh yang memiliki otoritas tertinggi setelah tiga ketua utama.Wira mendengus, “Memangnya kata-kata kalian bisa dipercaya?”Suliman menjawab dengan marah, “Kalian boleh bertanya ke sekitar. Siapa yang nggak pernah dengar tentang reputasi Yispohan? Kami selalu memenuhi janji kami. Contohnya, kami akan membiarkan orang melewati tempat ini asalkan orangnya membayar tarif jalan. Kami nggak pernah ingkar janji!”Wira mencibir, “Buktinya, hari ini kalian menahanku.”Suliman menjawab dengan terbata-bata, “I ... itu karena kamu sudah mencelakai Kak Kadir, sedangkan Ketua Molika bersahabat dengannya!”

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 176

    “Beraninya kamu merampok kami! Sialan! Bernyali sekali kamu! Hanya orang biasa saja berani merampok bandit! Kita nggak boleh memberikannya sepeser uang pun! Kalau hal ini tersebar, bagaimana dengan reputasi Yispohan?”Para bandit sudah marah. Setelah merampok orang selama bertahun-tahun, ini adalah pertama kalinya mereka dirampok oleh orang biasa yang hendak melewati jalan.‘Sudah bagus kalian dibiarkan pergi! Tapi, kalian malah berani merampok kami! Apa-apaan ini!’ pikir para bandit.“Tutup mulut kalian!” Setelah para bandit diam, Suliman berkata, “Lepaskanlah Ketua Merika! Kami akan mengeluarkan 1.000 batang uang ....”Wira mencibir, “Memangnya nilai ketua kedua Yispohan hanya bernilai 1.000 batang uang emas?”“Aku ... kamu ... si ....” Suliman sangat ingin memaki orang. Dia awalnya bermaksud untuk mengatakan uang perak, tetapi pelajar licik ini malah mengartikannya sebagai uang emas. Namun, dia juga tidak berani langsung membantah. Jika dia mengatakan Merika tidak bernilai, dengan t

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 177

    “Siapa yang menolongku?” Dian merasa sangat bingung, tetapi dia langsung sadar bahwa orang yang datang menolongnya bukanlah Levon.Saat para bandit turun dari gunung, mereka tidak berhenti memaki seseorang yang bernama Wira dari Dusun Darmadi. Mereka memakinya pengecut, tidak tahu malu, licik, dan kejam.Dari omelan mereka, Dian juga mengetahui tentang bagaimana Wira memberi perintah kepada 10 orang untuk mengalahkan para bandit, menangkap Meri, dan memeras uang. Selama perjalanan turun dari gunung, Dian pun mengenang kembali pertemuan mereka. Pada saat itu, dia mengira Wira hanyalah seorang pelajar yang tampan dan berhasil menemukan metode untuk membuat sabun. Tak disangka, dia juga sangat ahli dalam merencanakan strategi militer.Dian tidak menyangka Wira bahkan sanggup melawan bandit dari Yispohan dan berani memeras mereka. Namun, kenapa reputasinya di kabupaten Uswal malah begitu buruk? Dengan semua informasi yang campur aduk ini, Dian merasa Wira benar-benar sangat misterius dan t

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 178

    Suliman berkata dengan kesal, “Kami sudah melepaskan Nona Dian dan memberimu uang yang kamu minta. Kalau kamu nggak melepaskan Ketua Merika, kamu nggak bakal bisa meninggalkan tempat ini!”Wira menjawab, “Utus 20 orang untuk mengikuti kami. Begitu kami keluar dari wilayah Yispohan dan sudah pergi sejauh 50 kilometer, aku akan melepaskannya. Dengan begitu, semua orang sama-sama aman!”“Oke!” Kemudian, Suliman berdiskusi dengan orang yang tersisa dan memilih 20 orang untuk mengikuti kelompok Wira. Sekelompok orang itu pun bersiap-siap untuk berangkat.“Tunggu!” Dian yang dari tadi diam tiba-tiba bersuara, “Di mana para pengawal yang ikut bersamaku?”Seorang bandit menjawab, “Kamu bawa 10 pengawal, limanya sudah mati dan mayat mereka dibuang ke jurang. Ada 4 orang lainnya lagi yang sedang memulihkan diri di markas.”Tommy menatap para bandit itu dengan marah. Mereka bersepuluh tumbuh besar bersama dan sudah bagaikan saudara kandung.Dian berkata dengan marah, “Cari kembali mayat-mayat itu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 179

    Di kehidupan sebelumnya, Wira sudah sering melihat video di mana para wanita yang biasanya menutupi sebagian wajahnya bisa membuat seorang pria kekar ketakutan setelah melihat wajah aslinya. Meskipun ada banyak orang yang mengatakan Dian sangat cantik, Wira tidak akan percaya sebelum melihatnya sendiri. Oleh karena itu, dia tetap bisa bersikap tenang meskipun bahu mereka tidak berhenti bersenggolan.Duk! Tiba-tiba, roda kereta membentur batu yang besar. Kereta kuda pun berguncang dengan keras dan menyebabkan tubuh Dian oleng hingga jatuh ke pelukan Wira. Tangannya juga tanpa sengaja menarik cadar di wajahnya.“Emm ... Nona Dian, kamu nggak apa-apa, ‘kan?” Wira menahan pinggang Dian yang ramping, lalu memapahnya untuk duduk kembali.Di balik cadar itu, tersembunyi mata besar yang memelas, dagu lancip, dan pipi tembam. Semua fitur ini membentuk paras yang sangat manis dan memesona. Matanya terlihat indah dan tak berdosa.“Nggak apa-apa.” Dian buru-buru duduk tegak, lalu memakai kembali

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 180

    “Kamu mau apa? Kalau ada apa-apa, cari saja aku!” Doddy yang baru memejamkan mata berkata tanpa sungkan, “Apa kamu nggak lihat Kak Wira baru masuk ke kereta? Dia baru mau tidur sama Nona Dian, tapi kamu malah mengganggu mereka. Nggak pengertian banget sih!”Di dalam kereta, Dian pun merasa sangat malu. Pemuda itu sangat tidak bisa berbicara. Apanya yang tidur bersama? Mereka tidur masing-masing tanpa menyentuh satu sama lain!Meri pun menjadi marah. Dia memelototi Doddy dan akhirnya berkata, “Aku mau buang air kecil. Kalau cari kamu, kamu bakal keenakan dong! Minggir sana!”“Uhuk, uhuk!” Doddy pun menjadi malu. Dia berpikir, ‘Dasar bandit wanita! Kenapa ngomongnya nggak jelas! Kalau dari awal bilang mau pipis, aku mana mungkin menyuruhmu mencariku! Aku ini Zabran Darmadi, pesilat yang hebat! Mana mungkin aku melakukan hal serendah itu!’Pfft .... Orang yang masih belum tertidur pun tertawa.Dian turun dari kereta kuda sambil menggigit bibirnya dan berkata, “Sebaiknya aku bantu dia dulu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 181

    Wira membuka botol air, lalu berkata, “Nih, cuci tangan!”“Ah, makasih, Tuan!” Dian mengulurkan tangannya dengan malu, tetapi juga gembira. Dia merasa Wira sangat mengerti tentang wanita. Para wanita biasanya sangat memperhatikan kebersihan. Jadi, Dian memang sudah ingin mencuci tangan, tetapi takut ditegur karena menyia-nyiakan air.Kemudian, mereka berdua pun kembali ke kereta kuda. Setelah melihat mereka kembali, Danu baru merasa lega.Di sisi lain, Meri malah berkata dengan kesal, “Dasar bajingan! Beraninya kamu merebut kakak iparku! Nanti, aku pasti akan memperhitungkannya denganmu!”Kretek! Wira yang berada di dalam kereta kuda sudah kesal dan sangat ingin keluar untuk menghukum wanita bandit itu.Namun, Dian hanya berkata dengan malu, “Tuan, jangan dengar omong kosongnya! Ayo istirahat!”Setelah itu, kedua orang itu pun tidur. Di malam hari, cuaca di gunung sangat dingin. Kedua orang yang sudah tertidur itu merasa kedinginan dan tanpa sadar mendekat dengan satu sama lain. Keesok

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2970

    "Kalau begitu, kita bakar saja semuanya. Kalau nggak bisa dibawa pulang, kita bawa saja abu mereka. Ini satu-satunya cara yang bisa kita lakukan untuk sekarang," sahut Wira.Mereka tewas di hutan ini dengan tubuh yang telah dimakan oleh ular, serangga, tikus, dan semut. Hanya dengan menyentuh mayat-mayat ini, Wira dan lainnya bisa berisiko keracunan. Jadi, mereka harus sangat berhati-hati.Membakar mayat-mayat ini adalah satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan saat ini.Beberapa orang itu mengangguk. Saat Agha dan Dwija mencari kayu bakar, Wendi mengeluarkan sebotol bubuk dari dalam sakunya."Kalian nggak perlu cari kayu bakar. Aku bisa langsung membakar mayat-mayat ini. Setelah aku taburkan bubuk putih ini, tubuh mereka akan terbakar dengan sendirinya. Setelah itu, kita cuma perlu kumpulkan abu mereka."Setelah mendapat izin dari Wira, Wendi menaburkan bubuk itu. Tidak lama kemudian, mayat-mayat itu terbakar dengan api yang menyala hebat.Meskipun api begitu besar, tidak ada pohon-po

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2969

    Ketika Wira dan lainnya memasuki hutan, orang-orang dari Lembah Duka juga sudah mendapatkan berita tentang kedatangan mereka.Pada saat itu, beberapa orang dari Lembah Duka telah memasuki hutan dan mendekati kelompok Wira.Selama bertahun-tahun, tidak ada yang berani memasuki daerah ini. Bukan hanya karena kabut beracun yang ada, tetapi lebih karena hutan ini adalah wilayah Lembah Duka.Bagi orang-orang di wilayah barat, mereka tahu bahwa orang-orang dari Lembah Duka tidak bisa diusik. Jika bertindak sembarangan, mereka mungkin akan berakhir dengan sangat buruk, bahkan kehilangan nyawa. Makanya, tidak ada yang berani mengambil risiko.Seiring berjalannya waktu, melalui rumor yang terus beredar, nama Lembah Duka pun semakin menakutkan. Bahkan, desa-desa di sekitar wilayah mereka berangsur menghilang.Makanya, kedatangan Wira dan lainnya kali ini membuat Lembah Duka agak bingung. Mereka pun mengirim orang untuk memeriksa situasi di dalam hutan.Saat ini, Wira dan lainnya terus bergerak.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2968

    Agha tahu betul apa saja yang terdapat di dalam hutan. Makanya, dia merasa heran. Bagaimana bisa ular, serangga, tikus, dan semut menjadi sesuatu yang menakutkan?Sebelum Wendi sempat berbicara, Wira segera menjelaskan, "Kalau tebakanku nggak salah, ular, serangga, tikus, dan semut di dalam pasti menghirup kabut beracun itu. Makanya, mereka semua menjadi aneh dan beracun.""Kalau digigit oleh makhluk-makhluk itu, akibatnya bisa lebih merepotkan daripada dikejar oleh serigala atau harimau. Sepertinya serigala dan harimau meninggalkan tempat ini karena kabut beracun itu, 'kan? Apa aku benar?"Usai berbicara, Wira menatap Wendi. Wendi mengangguk. "Semua yang Tuan Wira katakan benar, memang seperti itu. Jadi, kalau mau masuk, kita harus sangat berhati-hati.""Aku membawa cukup banyak obat-obatan, jadi bisa melindungi kita semua untuk sementara. Tapi, tetap saja aku nggak bisa menjamin keselamatan kalian 100%."Tidak ada yang tahu apakah akan ada bahaya lain yang muncul di dalam sana. Tidak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2967

    Saat ini, Wira dan lainnya sedang dalam perjalanan menuju Lembah Duka.Seiring dengan langit yang semakin terang, Wira dan lainnya akhirnya sampai di depan hutan itu.Seperti yang dikatakan oleh Fahri, di depan mereka ada sebuah hutan besar yang tidak terlihat ujungnya. Meskipun sudah pagi, hutan itu tetap memberi nuansa gelap yang agak menakutkan.Meskipun tidak sepenuhnya gelap, jarak pandangnya sangat rendah. Yang paling aneh adalah ... tampaknya ada kabut putih di dalam sana.Hal ini cukup membingungkan. Wira menatap situasi di depan, lalu menatap Wendi di samping. "Sepertinya kami membutuhkan bantuanmu selanjutnya. Kabut di dalam sana sepertinya nggak biasa, 'kan?"Wira sudah berkelana selama bertahun-tahun. Banyak hal yang sudah dilihatnya. Begitu melihat kabut putih itu, dia bisa langsung menebak ada sesuatu yang aneh di dalamnya.Jika mereka masuk dengan ceroboh, mungkin saja mereka akan berakhir dengan nasib yang lebih buruk dari kematian ....Wendi mengangguk perlahan, lalu m

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2966

    "Apa mereka benar-benar akan mencari masalah denganmu cuma karena perkataan sepihak dari Wira?" tanya Caraka dengan bingung."Sebenarnya, aku memang menyembunyikan banyak hal tentang identitasku dari kalian. Aku memang berasal dari wilayah barat dan juga orang Lembah Duka.""Sayangnya, ada aturan di Lembah Duka yang melarang orang-orang di dalam untuk keluar. Mereka hanya bisa tinggal di dalam lembah.""Ini merupakan pembatasan yang ditentukan oleh penguasa wilayah barat dengan Lembah Duka sejak bertahun-tahun yang lalu. Selama bertahun-tahun, nggak ada yang berani mematahkan kesepakatan ini.""Ini bukan karena orang-orang di dalam sana nggak mendambakan dunia luar, tapi karena ketua lembah saat ini sangat kolot. Jadi, nggak ada yang berani mengganggunya.""Kalau sampai seseorang membuatnya marah, hasilnya akan jauh lebih buruk dari kematian. Aku bahkan harus mengerahkan seluruh kekuatan untuk keluar dari Lembah Duka. Untungnya, aku bisa sampai di sini.""Tapi, kalau mereka tahu ke man

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2965

    Wira tersenyum dan menepuk bahu Agha, lalu perlahan-lahan berkata, "Aku rasa nggak begitu. Kamu tadi sudah menakuti Saka. Ditambah lagi, cara Nona Wendi menyerang juga berhasil membuat para prajurit itu takut untuk menyerang. Kalau mereka tetap berada di sini, mereka akan ketakutan sampai nggak punya daya tarung lagi.""Daripada begitu, lebih baik mereka segera pergi dari sini. Kalau aku yang berada di posisi mereka, aku juga akan begitu."Meskipun Wira berbicara dengan santai, dia tahu jelas Saka bukan orang yang sembarangan dan memiliki pemikiran yang sama dengannya. Selain itu, Saka juga terampil dalam memimpin pasukan dan semua bawahannya adalah pasukan elite.Sepertinya, saat kembali ke Provinsi Tengah nanti, Wira merasa dia harus lebih berhati-hati. Jika pergerakan mereka ketahuan Saka, pasti akan ada pertempuran sengit dan situasinya bahkan lebih buruk dari sekarang. Bagaimanapun juga, Provinsi Tengah adalah wilayah kekuasaan Saka."Kita lanjutkan perjalanan kita. Selagi mereka

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2964

    Jika Wendi tidak berada di sana, Saka tentu saja akan langsung turun tangan. Namun, setelah melihat cara Wendi bertarung, dia juga tidak berani mendekat. Dia khawatir jika terkena bubuk putih itu, nasibnya juga akan sama dengan orang-orang yang terjatuh ke tanah itu. Nyawanya lebih berharga daripada mereka, dia jelas tidak bisa mengambil risiko ini."Kenapa kalian masih berdiri di belakangku? Para sampah nggak berguna ini sudah mulai ketakutan. Kalau nggak ada yang membuka jalan untuk mereka, mereka nggak akan berani bergerak. Apa kalian ingin terus menunda waktu di sini? Cepat pimpin mereka untuk menyerang dan segera tangkap orang-orang itu," perintah Saka.Saka memang tidak berniat untuk turun tangan, tetapi dia menyerahkan tugas berat ini pada beberapa wakil di belakangnya. Mereka biasanya sangat berkuasa dam sudah diam-diam melakukan banyak hal di belakangnya. Namun, dia hanya mengawasi dan tidak terlalu memedulikan urusan kecil itu karena dia sendiri juga sering melakukan hal buru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2963

    Krak!Saka mengepalkan tinjunya dengan sangat erat dan tatapannya juga terlihat sangat dingin. Dia sudah memberikan tawaran yang bagus, orang lain pasti tidak akan bisa menahan godaan seperti itu jika berada di posisi Agha.Selain itu, Saka merasa orang yang berada di pihaknya bukan hanya hidup mewah, mereka juga bisa memperluas wilayah. Ini adalah masa depan yang diinginkan seorang perwira militer, tetapi Agha malah menolak tawarannya.Saat memikirkan hal itu, Saka kembali berteriak dengan marah, "Jadi, kamu bersikeras ingin melawanku?""Kalau begitu, kenapa? Kalian sendiri yang berkali-kali mencari masalah dengan kami. Dilihat dari sikapmu, sepertinya kamu ingin membantaiku ya? Kalau begitu, ayo ke sini," teriak Agha yang juga tidak mau kalah.Selain Wira, Agha sama sekali tidak peduli pada siapa pun di dunia ini dan kata-kata orang lain juga dianggapnya hanya angin lewat saja. Saat masih berada di Provinsi Yonggu, bahkan Danu pun tidak bisa memerintahnya. Apalagi sekarang, apa artin

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2962

    "Terima kasih, Nona Wendi. Kamu ini memang sangat hebat. Kalau obat penyembuh luka ini dijual, pasti akan ada banyak orang dari wilayah barat sampai ke Provinsi Yonggu yang ingin membelinya," kata Dwija dengan segera.Sebelum bergabung dengan Gedung Nomor Satu, Dwija selalu berkelana di dunia persilatan dan sudah melihat banyak obat yang luar biasa. Namun, ini pertama kalinya dia merasakan obat yang memiliki efek yang begitu luar biasa. Sungguh luar biasa!Namun, Wendi tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengiakan perkataan Dwija dengan tenang dan terus mengamati Agha yang sedang bertarung.Saat Wira dan yang lainnya sedang berbicara, Agha tetap terus bertarung dengan Saka. Mereka saling menyerang dan bertahan dengan sengit. Untungnya, dia juga bukan orang biasa, kekuatannya tentu saja tidak boleh diremehkan. Meskipun senjatanya tidak begitu cocok, dia tetap melawan musuhnya dengan luar biasa.Sebaliknya, Saka memang masih bisa menahan serangan Agha, tetapi dia tahu jelas kekuatannya m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status