“Kamu mau apa? Kalau ada apa-apa, cari saja aku!” Doddy yang baru memejamkan mata berkata tanpa sungkan, “Apa kamu nggak lihat Kak Wira baru masuk ke kereta? Dia baru mau tidur sama Nona Dian, tapi kamu malah mengganggu mereka. Nggak pengertian banget sih!”Di dalam kereta, Dian pun merasa sangat malu. Pemuda itu sangat tidak bisa berbicara. Apanya yang tidur bersama? Mereka tidur masing-masing tanpa menyentuh satu sama lain!Meri pun menjadi marah. Dia memelototi Doddy dan akhirnya berkata, “Aku mau buang air kecil. Kalau cari kamu, kamu bakal keenakan dong! Minggir sana!”“Uhuk, uhuk!” Doddy pun menjadi malu. Dia berpikir, ‘Dasar bandit wanita! Kenapa ngomongnya nggak jelas! Kalau dari awal bilang mau pipis, aku mana mungkin menyuruhmu mencariku! Aku ini Zabran Darmadi, pesilat yang hebat! Mana mungkin aku melakukan hal serendah itu!’Pfft .... Orang yang masih belum tertidur pun tertawa.Dian turun dari kereta kuda sambil menggigit bibirnya dan berkata, “Sebaiknya aku bantu dia dulu
Wira membuka botol air, lalu berkata, “Nih, cuci tangan!”“Ah, makasih, Tuan!” Dian mengulurkan tangannya dengan malu, tetapi juga gembira. Dia merasa Wira sangat mengerti tentang wanita. Para wanita biasanya sangat memperhatikan kebersihan. Jadi, Dian memang sudah ingin mencuci tangan, tetapi takut ditegur karena menyia-nyiakan air.Kemudian, mereka berdua pun kembali ke kereta kuda. Setelah melihat mereka kembali, Danu baru merasa lega.Di sisi lain, Meri malah berkata dengan kesal, “Dasar bajingan! Beraninya kamu merebut kakak iparku! Nanti, aku pasti akan memperhitungkannya denganmu!”Kretek! Wira yang berada di dalam kereta kuda sudah kesal dan sangat ingin keluar untuk menghukum wanita bandit itu.Namun, Dian hanya berkata dengan malu, “Tuan, jangan dengar omong kosongnya! Ayo istirahat!”Setelah itu, kedua orang itu pun tidur. Di malam hari, cuaca di gunung sangat dingin. Kedua orang yang sudah tertidur itu merasa kedinginan dan tanpa sadar mendekat dengan satu sama lain. Keesok
Meri tertegun sejenak, lalu berkata dengan marah, “Kalau begitu, tebang pohon dan buat perisai kayu besar. Nggak peduli dengan cara apa pun itu, aku harus menghabisi Wira!”...“Kak Wira!” Sony yang berada di luar kereta kuda bertanya, “Kalau kita lepasin bandit wanita itu sekarang, gimana saat kita kembali nanti? Dia nggak mungkin melepaskan kita!”Orang lainnya juga agak khawatir. Sejujurnya, kali ini mereka memang sudah mengalahkan bandit dari Yispohan dan mendapatkan banyak keuntungan. Namun, mereka semua tahu seberapa berbahayanya kondisi mereka. Lagi pula, metode yang sudah mereka gunakan sebelumnya tidak mungkin bisa digunakan lagi. Apa yang harus mereka lakukan dalam perjalanan kembali?Wira menjawab, “Kalian harus ingat, menepati janji bisa menambah kredibilitas seseorang. Kalau mau mempertahankan kredibilitas yang bagus, kalian harus menepati janji meskipun itu adalah janji dengan musuh. Apabila kamu bisa menepati janji dengan musuh, nggak akan ada orang yang meragukan kredib
Saat menulis petisi ini, Iqbal sudah menghapus banyak bagian, seperti batas waktu tiga ratus tahun sebuah kerajaan bisa bertahan. Awalnya, dia sudah hendak mengambil risiko untuk menulisnya. Namun, dia takut melibatkan Wira. Jadi, dia menghapus semuanya. Namun, isi petisi itu tetap sangat mencengangkan.[ Penderitaan di seluruh negeri terjadi karena pencaplokan lahan dan penetapan kelas sosial. Para pejabat dan keluarga bangsawan memiliki tanah yang luas, sedangkan pajak yang mereka bayar sangat sedikit. Di sisi lain, rakyat hanya memiliki beberapa hektar tanah atau bahkan hanya menyewa tanah. Namun, mereka harus membayar pajak yang tinggi. Hal ini sudah mengakibatkan mereka hidup kekurangan dan tidak bisa berobat pada saat sakit. ][ Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, negara akan mengalami bahaya. Pemungutan pajak pada dasarnya hanya dilakukan untuk mengisi kas negara. Intinya berada pada uang siapa yang diambil. Rakyat miskin seharusnya diberi keringanan pajak atau dibebaskan dari
Setelah membaca petisi itu, Raja Bakir berdiri dan berjalan mondar-mandir di ruang bacanya. Kemudian, dia membaca ulang petisi itu sekali lagi dan berjalan mondar-mandir lagi.Raja Bakir bisa mendapatkan posisi sebagai pemimpin kerajaan bukan hanya karena bakat dan kecerdasannya yang luar biasa. Dia juga pernah mendapatkan pendidikan untuk menjadi seorang raja sehingga visinya lebih jauh daripada petinggi-petinggi di kerajaan.Jika kebijakan pemerataan pembagian tanah dan pemungutan pajak yang seimbang bisa diimplementasikan dengan baik, Kerajaan Nuala pasti bisa menjadi makmur. Namun, dari pengertiannya terhadap Iqbal, Iqbal tidak mungkin bisa membuat kebijakan seperti ini. Siapa yang memberinya petunjuk? Apakah orang bernama Wira yang pernah Iqbal sebut di petisi sebelumnya? Akan tetapi, seorang pelajar yang masih muda dan belum melewati ujian kabupaten tidak mungkin memiliki wawasan setinggi ini. Pasti ada ahli di baliknya!Namun, meskipun kebijakan ini sangat bagus, bangsa Agrel t
Sekarang, Raja Bakir sudah menyetujui penerapan kebijakan itu. Para pejabat istana lainnya pasti akan merasa faksi Kemal berhasil menekan faksi Ardi. Para pejabat netral mungkin akan memilih untuk berpihak pada Kemal dan memperkuat faksi Kemal. Namun, apabila perseteruan ini dilanjutkan terus, kondisi pemerintahan juga akan menjadi sangat kacau.Menteri Ritus dan Menteri Perang merasa sangat gembira. Dalam masalah kali ini, faksi Kemal sudah menang.“Terima kasih, Yang Mulia!” Kemudian, Kemal bertanya, “Iqbal juga berkontribusi dalam menyuarakan kebijakan ini. Apa dia perlu dikembalikan ke posisinya di ibu kota?”Raja Bakir menjawab sambil mengerutkan kening, “Kita diskusikan saja masalah itu lain kali.”Ini jelas adalah bentuk penolakan. Kemal berkata lagi, “Harap Yang Mulia bisa mempekerjakan Wira, pencetus kebijakan ini.”“Dia bahkan masih belum lulus ujian kabupaten. Kalau kita mempekerjakannya, bagaimana dengan cendekiawan lain yang ada di negeri ini?” Raja Bakir berkata tanpa eks
Di bagian selatan Kota Pusat Pemerintahan Jagabu.Ada sebuah kediaman yang sangat besar dan mewah. Itu adalah Kediaman Yumandi. Di dalam rumah ini, ada bukit tiruan, sungai kecil, paviliun, gazebo, danau buatan, dan tanaman yang banyak. Di halaman, ada hewan peliharaan seperti burung, anjing, kucing, dan sebagainya. Hewan-hewan peliharaan ini diurus oleh orang khusus, juga diberi makan ikan dan daging.Ada total lebih dari 100 orang pengawal dan pelayan di rumah ini. Mereka semua memakai pakaian yang bagus. Bahkan anjing dan kucing yang dipelihara di rumah ini juga mengenakan rantai yang terbuat dari emas.Di ruang tamu Kediaman Yumandi, ada dua pria paruh baya yang sedang duduk berhadapan. Pria yang satu bertubuh gemuk, berat badannya mungkin sekitar 150 kilogram. Dia adalah Sanur Yumandi, putra ketiga Keluarga Yumandi dan penanggung jawab bisnis garam Keluarga Yumandi.Pria satunya lagi bertubuh kurus, bermata tajam, dan terlihat seperti orang cerdas. Dia tidak lain adalah Johan Sil
Setelah makan dan tidur nyenyak, kelelahan selama perjalanan pun lenyap. Namun, Wira masih tidak keluar dari kamar, melainkan berlatih Wing Chun di kamar. Sejak mulai latihan dengan teratur, dia merasa tubuhnya sudah semakin kuat. Dia tidak lagi merasa sakit punggung atau lutut. Jika Wira berlatih Wing Chun setelah duduk di kereta kuda seharian, dia akan merasa segar keesokan harinya. Dia juga dengan jelas merasakan bahwa tubuhnya sudah bertambah kuat setiap bangun tidur. Sayangnya, Wulan tidak ikut dalam perjalanan kali ini.Tok, tok, tok!Tiba-tiba, terdengar suara pintu diketuk. Kemudian, terdengar suara Dian yang memanggil, “Tuan Wira!”Ceklek! Wira membuka pintu kamar dan matanya langsung berbinar.Semalam, Dian sudah mandi. Dari tubuhnya, masih tercium aroma sabun yang ringan. Wajahnya yang cantik sudah dirias tipis dan dia juga menggunakan lipstik. Hari ini, dia mengenakan gaun putih. Penampilannya terlihat sangat cantik dan lembut.Dian yang ditatap seperti itu oleh Wira meras
"Kalau begitu, kita bakar saja semuanya. Kalau nggak bisa dibawa pulang, kita bawa saja abu mereka. Ini satu-satunya cara yang bisa kita lakukan untuk sekarang," sahut Wira.Mereka tewas di hutan ini dengan tubuh yang telah dimakan oleh ular, serangga, tikus, dan semut. Hanya dengan menyentuh mayat-mayat ini, Wira dan lainnya bisa berisiko keracunan. Jadi, mereka harus sangat berhati-hati.Membakar mayat-mayat ini adalah satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan saat ini.Beberapa orang itu mengangguk. Saat Agha dan Dwija mencari kayu bakar, Wendi mengeluarkan sebotol bubuk dari dalam sakunya."Kalian nggak perlu cari kayu bakar. Aku bisa langsung membakar mayat-mayat ini. Setelah aku taburkan bubuk putih ini, tubuh mereka akan terbakar dengan sendirinya. Setelah itu, kita cuma perlu kumpulkan abu mereka."Setelah mendapat izin dari Wira, Wendi menaburkan bubuk itu. Tidak lama kemudian, mayat-mayat itu terbakar dengan api yang menyala hebat.Meskipun api begitu besar, tidak ada pohon-po
Ketika Wira dan lainnya memasuki hutan, orang-orang dari Lembah Duka juga sudah mendapatkan berita tentang kedatangan mereka.Pada saat itu, beberapa orang dari Lembah Duka telah memasuki hutan dan mendekati kelompok Wira.Selama bertahun-tahun, tidak ada yang berani memasuki daerah ini. Bukan hanya karena kabut beracun yang ada, tetapi lebih karena hutan ini adalah wilayah Lembah Duka.Bagi orang-orang di wilayah barat, mereka tahu bahwa orang-orang dari Lembah Duka tidak bisa diusik. Jika bertindak sembarangan, mereka mungkin akan berakhir dengan sangat buruk, bahkan kehilangan nyawa. Makanya, tidak ada yang berani mengambil risiko.Seiring berjalannya waktu, melalui rumor yang terus beredar, nama Lembah Duka pun semakin menakutkan. Bahkan, desa-desa di sekitar wilayah mereka berangsur menghilang.Makanya, kedatangan Wira dan lainnya kali ini membuat Lembah Duka agak bingung. Mereka pun mengirim orang untuk memeriksa situasi di dalam hutan.Saat ini, Wira dan lainnya terus bergerak.
Agha tahu betul apa saja yang terdapat di dalam hutan. Makanya, dia merasa heran. Bagaimana bisa ular, serangga, tikus, dan semut menjadi sesuatu yang menakutkan?Sebelum Wendi sempat berbicara, Wira segera menjelaskan, "Kalau tebakanku nggak salah, ular, serangga, tikus, dan semut di dalam pasti menghirup kabut beracun itu. Makanya, mereka semua menjadi aneh dan beracun.""Kalau digigit oleh makhluk-makhluk itu, akibatnya bisa lebih merepotkan daripada dikejar oleh serigala atau harimau. Sepertinya serigala dan harimau meninggalkan tempat ini karena kabut beracun itu, 'kan? Apa aku benar?"Usai berbicara, Wira menatap Wendi. Wendi mengangguk. "Semua yang Tuan Wira katakan benar, memang seperti itu. Jadi, kalau mau masuk, kita harus sangat berhati-hati.""Aku membawa cukup banyak obat-obatan, jadi bisa melindungi kita semua untuk sementara. Tapi, tetap saja aku nggak bisa menjamin keselamatan kalian 100%."Tidak ada yang tahu apakah akan ada bahaya lain yang muncul di dalam sana. Tidak
Saat ini, Wira dan lainnya sedang dalam perjalanan menuju Lembah Duka.Seiring dengan langit yang semakin terang, Wira dan lainnya akhirnya sampai di depan hutan itu.Seperti yang dikatakan oleh Fahri, di depan mereka ada sebuah hutan besar yang tidak terlihat ujungnya. Meskipun sudah pagi, hutan itu tetap memberi nuansa gelap yang agak menakutkan.Meskipun tidak sepenuhnya gelap, jarak pandangnya sangat rendah. Yang paling aneh adalah ... tampaknya ada kabut putih di dalam sana.Hal ini cukup membingungkan. Wira menatap situasi di depan, lalu menatap Wendi di samping. "Sepertinya kami membutuhkan bantuanmu selanjutnya. Kabut di dalam sana sepertinya nggak biasa, 'kan?"Wira sudah berkelana selama bertahun-tahun. Banyak hal yang sudah dilihatnya. Begitu melihat kabut putih itu, dia bisa langsung menebak ada sesuatu yang aneh di dalamnya.Jika mereka masuk dengan ceroboh, mungkin saja mereka akan berakhir dengan nasib yang lebih buruk dari kematian ....Wendi mengangguk perlahan, lalu m
"Apa mereka benar-benar akan mencari masalah denganmu cuma karena perkataan sepihak dari Wira?" tanya Caraka dengan bingung."Sebenarnya, aku memang menyembunyikan banyak hal tentang identitasku dari kalian. Aku memang berasal dari wilayah barat dan juga orang Lembah Duka.""Sayangnya, ada aturan di Lembah Duka yang melarang orang-orang di dalam untuk keluar. Mereka hanya bisa tinggal di dalam lembah.""Ini merupakan pembatasan yang ditentukan oleh penguasa wilayah barat dengan Lembah Duka sejak bertahun-tahun yang lalu. Selama bertahun-tahun, nggak ada yang berani mematahkan kesepakatan ini.""Ini bukan karena orang-orang di dalam sana nggak mendambakan dunia luar, tapi karena ketua lembah saat ini sangat kolot. Jadi, nggak ada yang berani mengganggunya.""Kalau sampai seseorang membuatnya marah, hasilnya akan jauh lebih buruk dari kematian. Aku bahkan harus mengerahkan seluruh kekuatan untuk keluar dari Lembah Duka. Untungnya, aku bisa sampai di sini.""Tapi, kalau mereka tahu ke man
Wira tersenyum dan menepuk bahu Agha, lalu perlahan-lahan berkata, "Aku rasa nggak begitu. Kamu tadi sudah menakuti Saka. Ditambah lagi, cara Nona Wendi menyerang juga berhasil membuat para prajurit itu takut untuk menyerang. Kalau mereka tetap berada di sini, mereka akan ketakutan sampai nggak punya daya tarung lagi.""Daripada begitu, lebih baik mereka segera pergi dari sini. Kalau aku yang berada di posisi mereka, aku juga akan begitu."Meskipun Wira berbicara dengan santai, dia tahu jelas Saka bukan orang yang sembarangan dan memiliki pemikiran yang sama dengannya. Selain itu, Saka juga terampil dalam memimpin pasukan dan semua bawahannya adalah pasukan elite.Sepertinya, saat kembali ke Provinsi Tengah nanti, Wira merasa dia harus lebih berhati-hati. Jika pergerakan mereka ketahuan Saka, pasti akan ada pertempuran sengit dan situasinya bahkan lebih buruk dari sekarang. Bagaimanapun juga, Provinsi Tengah adalah wilayah kekuasaan Saka."Kita lanjutkan perjalanan kita. Selagi mereka
Jika Wendi tidak berada di sana, Saka tentu saja akan langsung turun tangan. Namun, setelah melihat cara Wendi bertarung, dia juga tidak berani mendekat. Dia khawatir jika terkena bubuk putih itu, nasibnya juga akan sama dengan orang-orang yang terjatuh ke tanah itu. Nyawanya lebih berharga daripada mereka, dia jelas tidak bisa mengambil risiko ini."Kenapa kalian masih berdiri di belakangku? Para sampah nggak berguna ini sudah mulai ketakutan. Kalau nggak ada yang membuka jalan untuk mereka, mereka nggak akan berani bergerak. Apa kalian ingin terus menunda waktu di sini? Cepat pimpin mereka untuk menyerang dan segera tangkap orang-orang itu," perintah Saka.Saka memang tidak berniat untuk turun tangan, tetapi dia menyerahkan tugas berat ini pada beberapa wakil di belakangnya. Mereka biasanya sangat berkuasa dam sudah diam-diam melakukan banyak hal di belakangnya. Namun, dia hanya mengawasi dan tidak terlalu memedulikan urusan kecil itu karena dia sendiri juga sering melakukan hal buru
Krak!Saka mengepalkan tinjunya dengan sangat erat dan tatapannya juga terlihat sangat dingin. Dia sudah memberikan tawaran yang bagus, orang lain pasti tidak akan bisa menahan godaan seperti itu jika berada di posisi Agha.Selain itu, Saka merasa orang yang berada di pihaknya bukan hanya hidup mewah, mereka juga bisa memperluas wilayah. Ini adalah masa depan yang diinginkan seorang perwira militer, tetapi Agha malah menolak tawarannya.Saat memikirkan hal itu, Saka kembali berteriak dengan marah, "Jadi, kamu bersikeras ingin melawanku?""Kalau begitu, kenapa? Kalian sendiri yang berkali-kali mencari masalah dengan kami. Dilihat dari sikapmu, sepertinya kamu ingin membantaiku ya? Kalau begitu, ayo ke sini," teriak Agha yang juga tidak mau kalah.Selain Wira, Agha sama sekali tidak peduli pada siapa pun di dunia ini dan kata-kata orang lain juga dianggapnya hanya angin lewat saja. Saat masih berada di Provinsi Yonggu, bahkan Danu pun tidak bisa memerintahnya. Apalagi sekarang, apa artin
"Terima kasih, Nona Wendi. Kamu ini memang sangat hebat. Kalau obat penyembuh luka ini dijual, pasti akan ada banyak orang dari wilayah barat sampai ke Provinsi Yonggu yang ingin membelinya," kata Dwija dengan segera.Sebelum bergabung dengan Gedung Nomor Satu, Dwija selalu berkelana di dunia persilatan dan sudah melihat banyak obat yang luar biasa. Namun, ini pertama kalinya dia merasakan obat yang memiliki efek yang begitu luar biasa. Sungguh luar biasa!Namun, Wendi tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengiakan perkataan Dwija dengan tenang dan terus mengamati Agha yang sedang bertarung.Saat Wira dan yang lainnya sedang berbicara, Agha tetap terus bertarung dengan Saka. Mereka saling menyerang dan bertahan dengan sengit. Untungnya, dia juga bukan orang biasa, kekuatannya tentu saja tidak boleh diremehkan. Meskipun senjatanya tidak begitu cocok, dia tetap melawan musuhnya dengan luar biasa.Sebaliknya, Saka memang masih bisa menahan serangan Agha, tetapi dia tahu jelas kekuatannya m