Suliman berkata dengan kesal, “Kami sudah melepaskan Nona Dian dan memberimu uang yang kamu minta. Kalau kamu nggak melepaskan Ketua Merika, kamu nggak bakal bisa meninggalkan tempat ini!”Wira menjawab, “Utus 20 orang untuk mengikuti kami. Begitu kami keluar dari wilayah Yispohan dan sudah pergi sejauh 50 kilometer, aku akan melepaskannya. Dengan begitu, semua orang sama-sama aman!”“Oke!” Kemudian, Suliman berdiskusi dengan orang yang tersisa dan memilih 20 orang untuk mengikuti kelompok Wira. Sekelompok orang itu pun bersiap-siap untuk berangkat.“Tunggu!” Dian yang dari tadi diam tiba-tiba bersuara, “Di mana para pengawal yang ikut bersamaku?”Seorang bandit menjawab, “Kamu bawa 10 pengawal, limanya sudah mati dan mayat mereka dibuang ke jurang. Ada 4 orang lainnya lagi yang sedang memulihkan diri di markas.”Tommy menatap para bandit itu dengan marah. Mereka bersepuluh tumbuh besar bersama dan sudah bagaikan saudara kandung.Dian berkata dengan marah, “Cari kembali mayat-mayat itu
Di kehidupan sebelumnya, Wira sudah sering melihat video di mana para wanita yang biasanya menutupi sebagian wajahnya bisa membuat seorang pria kekar ketakutan setelah melihat wajah aslinya. Meskipun ada banyak orang yang mengatakan Dian sangat cantik, Wira tidak akan percaya sebelum melihatnya sendiri. Oleh karena itu, dia tetap bisa bersikap tenang meskipun bahu mereka tidak berhenti bersenggolan.Duk! Tiba-tiba, roda kereta membentur batu yang besar. Kereta kuda pun berguncang dengan keras dan menyebabkan tubuh Dian oleng hingga jatuh ke pelukan Wira. Tangannya juga tanpa sengaja menarik cadar di wajahnya.“Emm ... Nona Dian, kamu nggak apa-apa, ‘kan?” Wira menahan pinggang Dian yang ramping, lalu memapahnya untuk duduk kembali.Di balik cadar itu, tersembunyi mata besar yang memelas, dagu lancip, dan pipi tembam. Semua fitur ini membentuk paras yang sangat manis dan memesona. Matanya terlihat indah dan tak berdosa.“Nggak apa-apa.” Dian buru-buru duduk tegak, lalu memakai kembali
“Kamu mau apa? Kalau ada apa-apa, cari saja aku!” Doddy yang baru memejamkan mata berkata tanpa sungkan, “Apa kamu nggak lihat Kak Wira baru masuk ke kereta? Dia baru mau tidur sama Nona Dian, tapi kamu malah mengganggu mereka. Nggak pengertian banget sih!”Di dalam kereta, Dian pun merasa sangat malu. Pemuda itu sangat tidak bisa berbicara. Apanya yang tidur bersama? Mereka tidur masing-masing tanpa menyentuh satu sama lain!Meri pun menjadi marah. Dia memelototi Doddy dan akhirnya berkata, “Aku mau buang air kecil. Kalau cari kamu, kamu bakal keenakan dong! Minggir sana!”“Uhuk, uhuk!” Doddy pun menjadi malu. Dia berpikir, ‘Dasar bandit wanita! Kenapa ngomongnya nggak jelas! Kalau dari awal bilang mau pipis, aku mana mungkin menyuruhmu mencariku! Aku ini Zabran Darmadi, pesilat yang hebat! Mana mungkin aku melakukan hal serendah itu!’Pfft .... Orang yang masih belum tertidur pun tertawa.Dian turun dari kereta kuda sambil menggigit bibirnya dan berkata, “Sebaiknya aku bantu dia dulu
Wira membuka botol air, lalu berkata, “Nih, cuci tangan!”“Ah, makasih, Tuan!” Dian mengulurkan tangannya dengan malu, tetapi juga gembira. Dia merasa Wira sangat mengerti tentang wanita. Para wanita biasanya sangat memperhatikan kebersihan. Jadi, Dian memang sudah ingin mencuci tangan, tetapi takut ditegur karena menyia-nyiakan air.Kemudian, mereka berdua pun kembali ke kereta kuda. Setelah melihat mereka kembali, Danu baru merasa lega.Di sisi lain, Meri malah berkata dengan kesal, “Dasar bajingan! Beraninya kamu merebut kakak iparku! Nanti, aku pasti akan memperhitungkannya denganmu!”Kretek! Wira yang berada di dalam kereta kuda sudah kesal dan sangat ingin keluar untuk menghukum wanita bandit itu.Namun, Dian hanya berkata dengan malu, “Tuan, jangan dengar omong kosongnya! Ayo istirahat!”Setelah itu, kedua orang itu pun tidur. Di malam hari, cuaca di gunung sangat dingin. Kedua orang yang sudah tertidur itu merasa kedinginan dan tanpa sadar mendekat dengan satu sama lain. Keesok
Meri tertegun sejenak, lalu berkata dengan marah, “Kalau begitu, tebang pohon dan buat perisai kayu besar. Nggak peduli dengan cara apa pun itu, aku harus menghabisi Wira!”...“Kak Wira!” Sony yang berada di luar kereta kuda bertanya, “Kalau kita lepasin bandit wanita itu sekarang, gimana saat kita kembali nanti? Dia nggak mungkin melepaskan kita!”Orang lainnya juga agak khawatir. Sejujurnya, kali ini mereka memang sudah mengalahkan bandit dari Yispohan dan mendapatkan banyak keuntungan. Namun, mereka semua tahu seberapa berbahayanya kondisi mereka. Lagi pula, metode yang sudah mereka gunakan sebelumnya tidak mungkin bisa digunakan lagi. Apa yang harus mereka lakukan dalam perjalanan kembali?Wira menjawab, “Kalian harus ingat, menepati janji bisa menambah kredibilitas seseorang. Kalau mau mempertahankan kredibilitas yang bagus, kalian harus menepati janji meskipun itu adalah janji dengan musuh. Apabila kamu bisa menepati janji dengan musuh, nggak akan ada orang yang meragukan kredib
Saat menulis petisi ini, Iqbal sudah menghapus banyak bagian, seperti batas waktu tiga ratus tahun sebuah kerajaan bisa bertahan. Awalnya, dia sudah hendak mengambil risiko untuk menulisnya. Namun, dia takut melibatkan Wira. Jadi, dia menghapus semuanya. Namun, isi petisi itu tetap sangat mencengangkan.[ Penderitaan di seluruh negeri terjadi karena pencaplokan lahan dan penetapan kelas sosial. Para pejabat dan keluarga bangsawan memiliki tanah yang luas, sedangkan pajak yang mereka bayar sangat sedikit. Di sisi lain, rakyat hanya memiliki beberapa hektar tanah atau bahkan hanya menyewa tanah. Namun, mereka harus membayar pajak yang tinggi. Hal ini sudah mengakibatkan mereka hidup kekurangan dan tidak bisa berobat pada saat sakit. ][ Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, negara akan mengalami bahaya. Pemungutan pajak pada dasarnya hanya dilakukan untuk mengisi kas negara. Intinya berada pada uang siapa yang diambil. Rakyat miskin seharusnya diberi keringanan pajak atau dibebaskan dari
Setelah membaca petisi itu, Raja Bakir berdiri dan berjalan mondar-mandir di ruang bacanya. Kemudian, dia membaca ulang petisi itu sekali lagi dan berjalan mondar-mandir lagi.Raja Bakir bisa mendapatkan posisi sebagai pemimpin kerajaan bukan hanya karena bakat dan kecerdasannya yang luar biasa. Dia juga pernah mendapatkan pendidikan untuk menjadi seorang raja sehingga visinya lebih jauh daripada petinggi-petinggi di kerajaan.Jika kebijakan pemerataan pembagian tanah dan pemungutan pajak yang seimbang bisa diimplementasikan dengan baik, Kerajaan Nuala pasti bisa menjadi makmur. Namun, dari pengertiannya terhadap Iqbal, Iqbal tidak mungkin bisa membuat kebijakan seperti ini. Siapa yang memberinya petunjuk? Apakah orang bernama Wira yang pernah Iqbal sebut di petisi sebelumnya? Akan tetapi, seorang pelajar yang masih muda dan belum melewati ujian kabupaten tidak mungkin memiliki wawasan setinggi ini. Pasti ada ahli di baliknya!Namun, meskipun kebijakan ini sangat bagus, bangsa Agrel t
Sekarang, Raja Bakir sudah menyetujui penerapan kebijakan itu. Para pejabat istana lainnya pasti akan merasa faksi Kemal berhasil menekan faksi Ardi. Para pejabat netral mungkin akan memilih untuk berpihak pada Kemal dan memperkuat faksi Kemal. Namun, apabila perseteruan ini dilanjutkan terus, kondisi pemerintahan juga akan menjadi sangat kacau.Menteri Ritus dan Menteri Perang merasa sangat gembira. Dalam masalah kali ini, faksi Kemal sudah menang.“Terima kasih, Yang Mulia!” Kemudian, Kemal bertanya, “Iqbal juga berkontribusi dalam menyuarakan kebijakan ini. Apa dia perlu dikembalikan ke posisinya di ibu kota?”Raja Bakir menjawab sambil mengerutkan kening, “Kita diskusikan saja masalah itu lain kali.”Ini jelas adalah bentuk penolakan. Kemal berkata lagi, “Harap Yang Mulia bisa mempekerjakan Wira, pencetus kebijakan ini.”“Dia bahkan masih belum lulus ujian kabupaten. Kalau kita mempekerjakannya, bagaimana dengan cendekiawan lain yang ada di negeri ini?” Raja Bakir berkata tanpa eks
Nayara memang sudah bersekongkol dengan Senia dan saat itu orang yang bertugas untuk menemuinya adalah Doly, sehingga dia mungkin melupakan wajah Doly.Namun, sekarang Senia sudah meninggalkan Provinsi Yonggu dan berselisih dengan Wira. Wira bahkan sudah bersiap mengejar dan membunuh Senia. Nayara berpikir jika Doly berada di pihak yang sama dengan Senia, Doly pasti sudah pergi juga dan saat ini tidak akan muncul di kamarnya.Doly tidak menghiraukan perkataan Nayara, hanya menatap Nayara dengan dingin. Bahkan dia sendiri pun merasa jijik dengan orang licik seperti Nayara. Setidaknya, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya, apalagi melakukan perbuatan keji seperti ini.Nayara jelas tahu orang di depannya adalah musuh bebuyutannya. Namun, demi keuntungannya sendiri, dia tetap tega bekerja sama dengan pihak musuh. Doly bertanya-tanya mengapa ada orang yang sekeji ini di dunia. Orang seperti ini pantas dibunuh oleh siapa pun.Wira kembali menatap Nayara dan berkata dengan tenang, "Seka
"Kalau aku nggak percaya perkataan mereka, jadi aku harus percaya perkataan siapa?" kata Wira sambil tersenyum dingin.Nayara segera berkata, "Tuan Wira tentu saja harus percaya perkataanku. Aku sudah berada di pihakmu dan bahkan menceritakan segala sesuatu tentang Desa Damaro padamu, ini sudah cukup untuk membuktikan kesetiaanku.""Aku tahu, pasti ada orang yang iri melihatku makin dekat dengan Tuan Wira belakangan ini. Hubungan kita juga makin baik, jadi ada orang yang cemburu dan membisikkan hal-hal yang nggak benar agar Tuan Wira salah paham padaku."Wira menggelengkan kepala sambil tersenyum dingin merasa Nayara ini benar-benar tidak tahu diri. Dia sudah berdiri di hadapan Nayara karena ingin memberinya satu kesempatan untuk mengakui semuanya dengan patuh. Namun, sampai sekarang pun Nayara masih mencari berbagai alasan untuk membela diri, dia benar-benar merasa kecewa.Dia berdiri dan berjalan ke belakang Nayara, lalu menekan pundak Nayara dan berkata, "Kalau aku nggak punya bukti
Nayara berkata sambil menggertakkan giginya, "Dia tentu saja musuh bebuyutanku. Aku nggak akan melupakan apa yang terjadi di Desa Damaro, bahkan sampai sekarang pun aku masih sering bermimpi tentang pemandangan semuanya mati dengan mengerikan di depanku. Semua ini adalah ulah Senia. Aku tentu saja nggak akan pernah berhubungan apa pun dengannya.""Kalau benar-benar ada, itu pun hanya hubungan hidup atau mati. Entah dia yang membunuhku atau aku yang membunuhnya. Kalau bukan karena dendamku pada Senia, aku mana mungkin tega menyerang Dahlan."Nayara berbicara dengan penuh amarah dan tatapan yang penuh dengan niat membunuh, bahkan matanya pun sudah memerah. Ini cukup untuk menunjukkan betapa besar amarah yang tersimpan di hatinya.Namun, Wira tidak menghiraukan perkataan Nayara, melainkan mendengus dan berkata sambil bertepuk tangan, "Aku mengakui aktingmu benar-benar hebat, bahkan aku pun sudah tertipu. Mungkin karena aku percaya dengan apa yang terjadi di Desa Damaro dan juga padamu.""
Wira baru teringat kembali dia sudah melupakan orang yang begitu penting. Berkat peringatan dari Doly, dia sudah mengetahui Nayara bukan orang yang sejalan dengannya dan sudah berpihak pada Senia. Nayara bisa mendekatinya karena ingin menjadi mata-mata di sisinya, sehingga bisa membocorkan informasi mereka pada Senia dan sekaligus menyesatkan dirinya.Mengingat semua perbuatan Nayara, Wira benar-benar marah. Nayara berasal dari Desa Damaro, tetapi dia tega melihat para penduduk desa mati secara tragis hanya demi kepentingan pribadinya dan bahkan berpihak pada musuhnya. Syarat apa yang sebenarnya sudah ditawarkan Senia sampai membuatnya begitu setia dengan Senia? Dia bahkan sampai mengabaikan hubungan kekeluargaan.Dalam sekejap, Wira sudah sampai di depan kamar Nayara dan mendengar suara teriakan dari dalam."Cepat lepaskan aku. Aku ingin bertemu dengan Tuan Wira. Aku adalah tamu kehormatan Tuan Wira. Saat Tuan Wira datang ke Desa Damaro, aku yang mengenalkannya. Aku bahkan rela mengor
Doly segera bertanya dengan nada penasaran, "Apa kamu membiarkan mereka pergi karena masih mengenang masa lalu?"Bagi Doly, Senia seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Terlebih lagi, dia dikelilingi oleh orang seperti Panji yang licik dan berbahaya.Mereka berdua layaknya dua serigala yang saling mendukung untuk menebar kekacauan. Jika kali ini mereka gagal dibunuh dan dibiarkan lolos begitu saja, masalah di masa depan akan makin sulit untuk diatasi. Pada saat itu, dunia mungkin akan jatuh ke dalam kehancuran besar.Meskipun ada hubungan masa lalu yang harus dipertimbangkan, Doly tetap berharap bahwa Wira bisa membunuh Senia. Dengan begitu, masalah ini bisa diselesaikan untuk selamanya. Semua ini demi rakyat jelata yang tak berdosa.Meskipun kedua belah pihak berada di kubu yang berbeda dan bahkan bukan dari bangsa yang sama, peperangan yang terus-menerus sudah membawa banyak penderitaan. Mana mungkin mereka bisa terus merenggut lebih banyak nyawa lagi?Wira bertanya, "Kamu p
Setelah kembali ke kediaman jenderal, Danu dan Agha segera masuk ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.Berbeda dengan mereka berdua, Wira terlihat jauh lebih santai. Meski semalam dia juga ikut dalam perjalanan yang melelahkan, Wira tidak benar-benar bertarung melawan musuh.Sementara itu, Danu dan Agha harus terus bertarung melawan makhluk-makhluk beracun sehingga tenaga mereka terkuras habis. Wira memahami betul kelelahan yang mereka rasakan.Setelah akhirnya bisa pulang, Wira hanya bisa membiarkan keduanya beristirahat dengan tenang. Bagaimanapun juga, mereka adalah saudara yang sangat dia percayai.Berhubung Wira sendiri tidak terlalu lelah dan tidak merasa mengantuk, dia langsung menuju ke kamar Doly.Doly adalah orang yang berbakat. Setelah dia sepenuhnya berpihak kepada Wira, tentu Wira merasa perlu menjenguknya untuk melihat kondisi lukanya.Ketika Wira memasuki kamar, dia melihat Doly sedang berjalan mondar-mandir dengan ekspresi penuh pikiran. Menyadari Wira telah
Bagi mereka, semua itu seperti mimpi buruk yang tidak akan terlupakan.Wira berucap, "Semua, tolong bangkit dulu. Kalian terus berlutut di depanku, bahkan ada yang usianya lebih tua dariku. Ini sama saja dengan memperpendek umurku. Sejujurnya, sejak dulu aku selalu menentang kebiasaan berlutut seperti ini. Sebenarnya kebiasaan ini bisa diubah.""Saat bertemu, cukup berjabat tangan saja. Nggak perlu sampai berlutut segala, 'kan? Kita semua sama, sama-sama punya satu kepala di atas satu pundak. Nggak ada yang punya kepala dan lengan berlebih. Jadi, nggak ada perbedaan besar di antara kita," tambah Wira."Kalau kita terus membagi manusia ke dalam kelas-kelas yang berbeda, bukannya itu sangat nggak adil bagi banyak orang? Apalagi di kampung halamanku, kebiasaan berlutut ini dipercaya bisa memperpendek umur!" jelas Wira.Mendengar ucapan Wira, barulah semua orang mulai bangkit. Banyak dari mereka sempat berpikir bahwa setelah kekuasaan Wira makin besar, dia pasti bukan lagi Wira yang dulu.
Kalau tidak di masa depan saat mereka perlu memimpin pasukan untuk berperang, dari mana lagi uang untuk membiayai perang akan didapatkan?Mereka semua sebenarnya hanya memikirkan Wira. Akibat alasan itu, mereka memang terkesan dingin dan tanpa perasaan. Namun pada akhirnya, bukankah semua itu dilakukan demi kepentingan wilayah dua provinsi ini?Wira memberi tahu, "Semuanya, tolong segera bangkit. Soal 5 miliar gabak ini, kalian seharusnya berterima kasih pada Ibu Suri Kerajaan Agrel. Kalau bukan karena mereka, mana mungkin kami bisa mendapatkan perak sebanyak itu?""Tanpa itu, tentu saja kami nggak bisa membangun kembali rumah-rumah kalian," ucap Wira dengan tenang. Apa yang dia katakan memang benar adanya. Sebenarnya dia juga sempat dilema, apakah harus menggunakan uang dari kas negara atau tidak?Jika uang itu benar-benar digunakan, kekhawatiran Danu dan yang lainnya bisa menjadi kenyataan. Dalam skenario seperti itu, jika terjadi kekacauan di seluruh negeri, rakyat tidak hanya akan
Orang-orang itu memang tidak membawa senjata apa pun di tangan mereka. Bahkan, ada beberapa wanita yang membawa anak-anak. Tangan mereka juga terlihat memegang keranjang.Di dalam keranjang-keranjang itu, terdapat banyak buah, sayuran, beberapa telur, dan daging. Dari penampilannya, sepertinya mereka bukan datang untuk mencari masalah. Lagi pula, siapa yang akan membawa keluarga dan anak-anak untuk berkelahi?Apalagi dengan begitu banyak wanita di antara mereka, bukankah itu sama saja seperti menyia-nyiakan nyawa?"Mereka ini kalau bukan datang untuk bikin keributan, mau apa dong?" ucap Agha sambil menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia benar-benar tidak mengerti situasi ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?Wira mengamati mereka dengan saksama untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berucap, "Mungkin mereka datang untuk berterima kasih kepada kita?""Berterima kasih?" Baik Danu maupun Agha, mereka masih terlihat bingung. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, tiba-tiba terdengar s