“Ahh! Badanku rasanya sakit semua gara-gara kemarin banyak yang harus dikerjakan. Untung hari ini libur, jadi aku bisa beristirahat,” ucap Alena sambil meregangkan badan. Ia turun dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.
Setelah itu, ia menuju ke dapur untuk membuat sarapan, untuk mengisi perutnya yang kosong. Semalam ia langsung tidur sepulang kerja karena lelah.
Di Jerman, tepatnya Kota Hambrug. Hari ini, cuaca sangat cerah, banyak orang berlalu-lalang melakukan aktivitasnya. Kebetulan hari ini weekend, banyak yang menghabiskan waktu untuk sekadar berlari ataupun berjalan-jalan di taman.
Seperti pagi ini, Devin sedang berlari-lari kecil di taman dengan ditemani asisten pribadinya, Evan. Devin memang selalu rajin berolahraga agar badannya bugar dan sehat. Baru pertama kali ini Devin mengajak Evan untuk berlari di taman. Biasanya, Devin lebih memilih pergi gym dari pada lari.
Devin Abraham, anak dari seorang pengusaha kaya raya di negara Jerman dan menduduki peringkat pertama di dunia. Devin Abraham adalah putra sulung dari pasangan Abraham Wilson dan Stevani Wilson. Anak kedua mereka adalah seorang perempuan yang diberi nama Casandra Abraham. Kini, sedang menyelesaikan study S1 di Amerika.
Devin yang baru saja balik dari Belanda langsung mendapatkan perintah menggantikan ayahnya menjadi CEO perusahaan. Walaupun ia telah menolak, tetapi karena paksaan ia pun menyetujuinya.
Siang ini, Alena berniat pergi jalan-jalan ke mall untuk bertemu teman lamanya yang kini sedang berada di Jerman. Kini, ia sudah rapi dan siap untuk pergi. Alena Kinara Lee, anak dari pasangan Lee Sehun dan Sahira Lee. Orang tua Alena berada di Korea, sedangkan Alena di Jerman.
Alena memang berniat untuk hidup mandiri dan memilih mencari pekerjaan sendiri tanpa bantuan orang tuanya. Sebenarnya, kedua orang tua Alena tidak mengizinkan Alena untuk bekerja di tempat lain, lebih baik membantu papanya di perusahaan, tetapi Alena terus menolak.
Saat Alena tengah sibuk dengan ponselnya, tiba-tiba ....
Bruk! Akh!
“Aduh! Kalau jalan lihat-lihat, dong! Lihat, nih, baju saya kena kopi,” ucap Devin yang masih sibuk membersihkan bajunya dari tumpahan kopi.
“M-maaf, saya nggak tahu kalau ada orang,” ucap Alena.
“Lain kali, hati-hati! Dan, kalau jalan itu, lihat jalan bukan lihat Hp,” ucap Devin sambil menatap tajam Alena. Devin pergi begitu saja.
“Dasar, cowok aneh. Udah minta maaf juga masih marah-marah,” ucap Alena sambil mengomel sepanjang jalan.
Devin pun kini sudah berada di restoran, tempat ia bertemu dengan temannya, Alvin dan Kevin. Mereka sudah membuat janji ingin bertemu karena sudah lama tidak berkumpul bersama, walau hanya sekadar nongkrong atau ke club malam.
“Hai, bro! Udah lama nunggu?” tanya Kevin menepuk lengan Devin.
“Baru saja gue sampai. Ini ngomong-ngomong kalian bawa pasangan,” ucap Devin.
“Makanya, bro, buruan punya pasangan. Biar ke mana-mana enggak sendiri,” ucap Alvin sambil menepuk-nepuk pundak Devin.
“Oh iya. Kenalin, ini Syafa dan Mita,” ucap Kevin.
“Gue, Devin,” ucap Devin sambil bersalaman dengan Syafa dan Mita.
“Syafa, kok, Alena belum sampai, ya? Katanya udah sampai, tapi di mana?” tanya Mita sambil matanya menyusuri ruangan restoran.
“Iya. Ke mana, tuh, anak?” tanya Syafa.
“Alena siapa?” tanya Devin.
“Alena teman aku sama Syafa,” ucap Mita.
“Hem, lebih baik kalian duduk dulu dan memesan makanan terlebih dahulu sambil menunggu,” ucap Devin kepada kedua teman dan pacar temannya.
Tak berapa lama, Alena sampai di restoran. Mata Alena mencari-cari keberadaan temannya dan mata Alena tertuju pada sebuah meja di pojokkan. Di situ, Alena melihat Mita dan Syafa dengan tiga cowok. Alena pun langsung mendekati ke sana.
“Hai, guys. Maaf, gue telat. Tadi, di bawah gue ketemu cowok aneh, padahal gue udah minta maaf, tapi dia malah marah-marah,” ucap Alena sambil menggeser tempat duduk. Tanpa sadar, dari tadi ada yang memperhatikannya.
“Kok, bisa sih, Ale?” tanya Syafa.
“Iya, tadi gue pas jalan sambil bales chat dari kalian,” ucap Alena sambil tersenyum.
“Kamu, mah, kebiasaan. Oh iya, kenalin ini pacar aku, Kevin,” ucap Mita.
“Dan, ini pacar aku, Alvin dan ini teman pacar aku namanya Devin,” ucap Syafa.
Alena mengedarkan pandangannya, saat menatap salah satu dari mereka Alena teringat sesuatu. "K-kamu, kamu cowok aneh tadi yang aku tabrak, ‘kan?” tanya Alena.
“Iya, kamu yang nabrak saya tadi dan bikin baju saya kotor,” ucap Devin sambil menatap tajam Alena.
“Jadi, kalian berdua udah ketemu tadi?” tanya Mita.
“Iya, dia jalan bukannya lihat jalan, tapi yang dilihatin malah HP dan teman kamu juga yang udah bikin baju mahal saya kotor,” ucap Devin dengan tatapan dingin yang masih tertuju pada Alena.
“Oke, aku bakal ganti baju kamu dengan beliin yang baru,” geram Alena.
Syafa menyenggol tangan Alena dan Alena pun menatap Syafa bingung.
“Lo yakin mau ganti baju dia? Itu baju yang dia kenakan limited edition dan sulit carinya. Harganya juga mahal, lho. Memangnya, kamu punya uang banyak?” bisik Syafa.
“Hah! yakin yang kamu bilang, Fa?" tanya Alena berbisik.
“Ngapain ngomong pakai bisik-bisik? Kamu mau ganti bajuku, 'kan, ya? Aku kasih kamu waktu seminggu,” ucap Devin.
“Nggak. Oke, aku bakal beliin baju yang sama dengan yang kamu beli itu,” ucap Alena penuh percaya diri.
“Baguslah,” ucap Devin.
**
Malam harinya, mereka masih berada di dalam mall. Mereka baru saja keluar dari bioskop. Setelah selesai menonton, Kevin dan Alvin mengajak mereka ke club malam. Alena awalnya menolak karena besok ia harus pergi bekerja, tetapi kedua sahabatnya terus memaksanya dan Alena pun menyetujuinya.
Kini, mereka sudah berada di club malam yang sangat terkenal di Hamburg. Mereka pun langsung ke dalam. Di dalam banyak pengunjung yang datang. Alvin mengajak mereka duduk di pojok, mereka juga memesan minuman. Karena Alena kebelet ingin ke belakang, akhirnya ia berpamitan ke pada mereka untuk ke toilet. Devin pun juga ikut pergi ke toilet.
“Eh, gimana kalau kita kerjain Devin sama Alena?” tanya Alvin mengusulkan.
“Gimana caranya?” tanya Syafa yang penasaran dengan ide pacarnya, Alvin.
“Gimana kalau kita buat Alena sampai mabuk dan di minuman Devin kita kasih obat perangsang?” tanya Kevin.
“Iya, aku juga setuju,” ucap Alvin.
“Hah, kalian gila, ya! Nanti, kalau terjadi apa-apa sama mereka, gimana?” tanya Mita yang masih tak percaya dengan ide konyol pacarnya dan Alvin.
“Mereka, kan, udah dewasa,” ucap Kevin dengan tenang.
“Hah, terserah kalian pokoknya. Ntar kalau terjadi apa-apa, aku sama Mita nggak tanggung jawab,” ucap Syafa.
Alvin dan Kevin pun merencanakan semuanya. Mereka berdua sudah mengaturnya dan menunggu Devin dan Alena kembali. Alena sudah balik terlebih dahulu dan tak berapa lama, Devin juga balik.
Alvin pun mengajak mereka semua minum untuk tahu siapa yang kuat minum. Di sini, Syafa dan Mita tahu kalau Alena tidak bisa minum banyak. Akan tetapi, Alena juga tidak protes. Ia menyanggupinya dan mau.
Mereka masih asyik minum dan Alena juga sudah kelihatan mabuk. Begitu juga dengan Devin yang tidak tenang dan gelisah. Kevin dan Alvin pun menyadari itu. Akhirnya, Kevin mengatakan pada Devin agar mengantar Alena pulang ke apartemennya karena Kevin dan Alvin beserta pacarnya itu tidak bisa mengantar. Awalnya Devin menolak, tetapi dengan paksaan Syafa dan Mita, akhirnya mau mengantarkan Alena ke apartemen.
Setibanya Devin dan Alena di apartemen. Mereka berdua pun melakukan kegiatan panas sampai jam 04.00 pagi, baru berhenti. Mereka berdua tertidur karena sudah terlalu capek. Alena berada di pelukan Devin yang terasa sangat nyaman.Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang, Alena terbangun karena merasakan ada yang menimpa pinggangnya. Alena mengerjapkan matanya perlahan. Ia melihat dada bidang yang begitu nyaman. Alena pun mendongakkan wajahnya ke atas dan ia mengingat-ingat, siapa laki-laki ini dan kenapa ia bisa tidur di kamarnya.Alena pun teringat bahwa yang berada di sampingnya ini cowok aneh kemarin. Kemudian, ia beralih melihat tubuhnya yang berada di dalam selimut.Satu detik.Dua detik.Tiga detik.“Aaarggh,” teriak Alena. Devin yang terganggu tidurnya karena ada suara teriakan pun terbangun.&ld
Rasanya, udara pagi ini sejuk sekali di Kota Hamburg.“Oppa, Eomma, aku kangen sama kalian berdua. Ingin rasanya balik ke Korea, tapi aku masih banyak kerjaan yang harus dikerjakan,” gumam Alena.Ya, sekarang, Alena sedang berada di taman yang ada di kantor. Karena Alena datang ke tempat kerja terlalu pagi, jadi ia memutuskan untuk ke taman terlebih dahulu.Suasana yang begitu hening di taman dan udara pagi yang masih begitu segar, membuat Alena merasa tenang dan bisa melupakan sejenak yang ada di pikirannya.Tanpa Alena sadari, dari tadi ada sosok pria yang memperhatikannya dari jauh. Siapa lagi kalau bukan Devin. Ya, hari ini adalah hari pertama Devin masuk kantor, walaupun Devin sudah diangkat jadi CEO beberapa hari yang lalu.Saat pertama Devin menginjakkan kakinya di depan kantor, ia melihat perempuan yang sama persis seperti perempuan yang tela
Mereka pun sampai di apartemen Alena. Devin masih masih saja mengikuti Alena sampai ke dalam apartemen. Padahal Alena tidak menyuruhnya untuk mmampir Ya, dasarnya Devin saja. Devin langsung duduk di sofa sedangkan Alena meletakkan tasnya di meja.“Bapak mau minum apa?” tanya Alena.“Terserah! Satu lagi, jangan panggil aku pak kalau sudah di luar kantor. Panggil aku Devin!” suruh Devin memperingati Alena.“Baiklah, Pak ... eh, Devin. Kalau begitu, aku ambilin minuman,” ucap Alena lalu berjalan ke arah dapur.Alena kembali ke ruang tamu dengan membawa nampan yang berisi dua gelas jus jeruk dan camilan ringan. “Ini di minum. Maaf, cuma ada ini,” ucap Alena sambil mendudukkan bokongnya di sofa.“Nggak masalah! Ini lebih baik dari pada nggak dikasih sama sekali,” ucap Devin lalu langsung meminum jus jeruk itu sampai hab
Seperti biasa, pagi ini, Alena bersiap untuk pergi ke kantor. Saat ia mau mengambil tasnya yang berada di dalam kamar, tiba-tiba bunyi bel apartemen milik Alena berbunyi. Alena pun segera membukakan pintu. Betapa sangat terkejutnya Alena melihat Devin yang datang ke apartemennya sepagi ini.“Pagi, Sayang! Aku nggak disuruh masuk dulu ini?” tanya Devin yang dengan Pede-nya bilang seperti itu. Tanpa persetujuan Alena, Devin langsung masuk ke apartemen Alena. Ia mendudukkan bokongnya di sofa.“Buat apa kamu sepagi ini datang ke apartemenku?” tanya Alena dengan menampakkan muka kesalnya.“Ya, tentu saja menjemput kamu, Sayang. Tapi, ini masih pagi ... bagaimana kalau kita melakukan sesuatu terlebih dahulu?” tanya Devin dengan senyuman jahilnya.“Maksud kamu apa?” tanya Alena.“Masa kamu nggak tahu, Sayang. Kita, kan, pernah
Alena sampai di apartemen sekitar jam 10.00 malam. Ia langsung masuk ke kamar. Alena bergegas mandi karena ia sudah sangat lelah dan ingin segera cepat-cepat tidur sehabis membersihkan badan.Tak butuh waktu lama, Alena sudah selesai mandi. Ia keluar kamar mandi dengan menggunakan baju tidur, lalu ia ke meja rias untuk membersihkan mukanya dan memakai krim malam.Saat ia akan tidur, tiba-tiba bunyi bel apartemen membuatnya terganggu. Alena sangat kesal! Sudah jam berapa ini, kok, masih ada tamu saja. Apa tidak tahu kalau ini waktunya untuk tidur? Alena terpaksa membuka pintu dan ternyata yang datang, lagi-lagi bos tengilnya itu.Devin langsung masuk ke apartemen milik Alena tanpa menunggu pemiliknya menyuruh. Itu sangat menyebalkan! Ingin sekali Alena menendang bokong Devin dan membuatnya melayang sampai planet alien sana, tetapi itu tak akan pernah terjadi.Devin langsung dud
Hari ini, weekend. Rencananya, Alena ingin jalan-jalan mengajak Aneta pergi ke pusat perbelanjaan. Ingin rasanya Alena sekali-kali memanjakan dirinya dengan berbelanja banyak baju dan yang lainnya. Maklum, selama beberapa tahun ini, Alena harus irit, tidak boleh boros. Takutnya nanti, tiba-tiba ada kejadian yang tidak diinginkan dan memerlukan banyak uang.Mungkin karena mood Alena lagi bagus, jadi tidak apalah membelanjakan uangnya sedikit. Lagian, selama ini, ia juga sudah bekerja keras. Selain itu, ia juga sering mendapatkan bonus dari kantornya karena pekerjaannya sangat bagus.Alena bukan tipe wanita yang suka menghambur-hamburkan banyak uang dengan teman-temannya, meski ia anak orang kaya. Alena sangat bagus dalam menata keuangannya.Alena sudah bersiap-siap untuk ke rumah Aneta. Ia sengaja tidak memberi tahu Aneta terlebih dahulu karena Alena tahu Aneta pasti lagi tiduran kalau sedang libur. Bias
Devin menjemput Alena ke rumah orang tuanya karena tadi Devin sudah berpesan kepada mamanya agar membawa pulang Alena ke rumahnya terlebih dahulu kalau Devin belum datang menjemputnya.Kini, Alena sedang berada di ruang tamu bersama dengan Belinda. Sedangkan Stevani, mama Devin, masuk ke kamarnya untuk memasukkan barang belanjaannya tadi.“Kamu sudah kenal Devin berapa lama?” tanya Belinda. Ia memulai pembicaraan.“Belum lama. Kenapa memangnya?” tanya balik Alena.“Nggak apa-apa cuma tanya saja. Soalnya selama ini, aku nggak pernah lihat Devin sedekat itu dengan cewek, kecuali sama aku,” ucap Belinda.“Oh begitu. Memang kamu sahabatnya dari kecil? Kok, bisa, sih, kenal Devin, cowok nyebelin yang suka seenaknya saja,” ucap Alena.“Iya, dulu Devin sering tolongin aku, saat aku digangguin sama anak cowok di s
Sekitar pukul 10.00 pagi, Alena terbangun dari tidurnya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia melihat suasana di kamarnya, tetapi berbeda. Ini bukan kamar apartemennya. Akan tetapi, ini di mana? Alena merasa bingung.Saat Alena menoleh ke samping, ada Devin yang masih tertidur dengan bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana boxer.“Aaaaaaaaaaa,” teriak Alena dengan sangat kencang, sehingga membuat Devin terbangun karena suara itu bisa bikin budek kuping siapa saja yang mendengarnya.“Ada apa, sih? Kenapa teriak-teriak pagi-pagi?” tanya Devin sambil menguap.“Kenapa aku bisa di sini?” tanya Alena dengan sangat panik. Ia juga mengecek baju di tubuhnya, tetapi sayangnya tubuhnya yang ditutupi selimut itu telanjang dan tidak memakai apa-apa.