Mereka pun sampai di apartemen Alena. Devin masih masih saja mengikuti Alena sampai ke dalam apartemen. Padahal Alena tidak menyuruhnya untuk mmampir Ya, dasarnya Devin saja. Devin langsung duduk di sofa sedangkan Alena meletakkan tasnya di meja.
“Bapak mau minum apa?” tanya Alena.
“Terserah! Satu lagi, jangan panggil aku pak kalau sudah di luar kantor. Panggil aku Devin!” suruh Devin memperingati Alena.
“Baiklah, Pak ... eh, Devin. Kalau begitu, aku ambilin minuman,” ucap Alena lalu berjalan ke arah dapur.
Alena kembali ke ruang tamu dengan membawa nampan yang berisi dua gelas jus jeruk dan camilan ringan. “Ini di minum. Maaf, cuma ada ini,” ucap Alena sambil mendudukkan bokongnya di sofa.
“Nggak masalah! Ini lebih baik dari pada nggak dikasih sama sekali,” ucap Devin lalu langsung meminum jus jeruk itu sampai habis.
“Bapak kehausan?” tanya Alena yang masih menatap gelas kosong yang isinya sudah dihabiskan oleh Devin dalam sekejap.
“Menurutmu? Dan, tolong biasakan panggil saya Devin bukan pak kalau di luar kantor!” tegas Devin sambil meletakan gelasnya ke meja.
“Maaf, Dev. Devin masih berapa lama lagi digugup?” tanya Alena gugup.
“Memangnya kenapa? Terserah saya, dong, mau di sini berapa lama. Kamu nggak keberatan, kan?” Devin dengan santainya membuka jasnya dan melonggarkan dasinya.
“Nggak apa-apa. Saya cuma tanya saja. Kalau gitu, saya tinggal ke dalam kamar dulu. Saya mau mandi terlebih dahulu dan ganti baju,” ucap Alena. Alena pun meninggalkan Devin sendirian di sofa.
Devin tersenyum melihat kelakuan Alena yang begitu sangat menggemaskan.
‘Alena tunggu saja! Kamu akan segera menjadi milikku,' ucap Devin dalam hati. Devin tiba-tiba merasa mengantuk, ia pun memutuskan untuk tidur di sofa.
Alena yang sudah berada di dalam kamar merasa sangat kesal dengan kelakuan Devin. Dengan seenaknya ia ikut masuk ke apartemennya dan sekarang, ia masih di sini. Alena sangat merasa frustrasi dengan keberadaan Devin di sini. Apalagi mereka berdua juga pernah melakukan hubungan intim di kamar Alena.
Alena jadi uring-uringan di dalam kamarnya. Padahal tadi niatnya ingin mandi agar badannya kembali segar kembali karena seharian lelah bekerja. Alena pun memutuskan untuk segera mandi. Alena masuk ke kamar mandi lalu menghidupkan shower. Guyuran air dingin membasahi tubuh Alena yang berada di bawahnya dan membuat badan Alena yang tadinya lengket karena keringat, kini menjadi segar kembali.
Alena yang sudah selesai mandi langsung mengenakan dress yang panjangnya sampai lutut. Setelah itu, ia mengeringkan rambutnya di meja rias. Tak butuh waktu lama, Alena sudah selesai. Ia pun keluar kamar dan menuju ke dapur untuk mengambil minum.
Alena berjalan menuju ke kamarnya, tetapi ia berhenti dan melihat ke arah sofa. Alena melihat Devin yang sedang tertidur di sana. Alena sampai melupakan keberadaan Devin yang masih di sini. Alena pun mendekati Devin dan membangunkannya.
Devin terbangun dan ia melihat Alena yang sangat cantik. Bau harum sabun mandi yang Alena gunakan, menguar. Devin pun terduduk, ia masih berusaha menyadarkan diri.
“Al, ini sudah jam berapa?” tanya Devin dengan suara seraknya, khas bangun tidur.
“Sudah jam 07.00 malam. Mau pulang jam berapa?” tanya balik Alena.
“Kok, kamu dari tadi tanya begitu sama saya? Kamu ngusir saya?” tanya Devin sambil menatap tajam Alena.
‘Aduh, Ale! Kok, lo malah tanya begitu, sih?’ tanya Alena dalam hati.
“Kenapa malah bengong di tanya?” ucap Devin.
“Ah, emm, nggak. Bukan, maksudnya bukan gitu. Kalo Devin masih lama, aku mau masak makan malam buat kita,” ucap Alena.
“Hemm, nggak usah! Bentar lagi aku pulang. Oh iya, boleh aku pinjam toiletnya bentar?” tanya Devin.
“Boleh,” ucap Alena. Devin pun berjalan ke arah kamar Alena.
Tak berapa lama, Devin kembali dan duduk lagi di sofa. Devin kembali berdiri dan duduk di samping Alena. Alena kaget saat menoleh ke samping.
“Ngapain duduk di sini? Di situ, kan, tempatnya lebar,” ucap Alena ketus.
“Memangnya kenapa? Bukankah juga sudah pernah berbagi ranjang dan bukan itu saja, kita juga sudah pernah melakukannya. Gimana kamu mau mengulanginya?” tanya Devin sambil mengulas senyum devil-nya lalu menaik-turunkan alisnya.
“Stop! Jangan bahas itu lagi! Lebih baik, kamu segera pergi dari apartemenku,” ucap Alena.
“Sayang, jangan marah-marah, dong! Nanti cepet tua, lho,” ucap Devin sambil menyilangkan kedua tangannya.
“Apa? Tadi kamu panggil aku sayang. Denger, ya, Devin Abraham! Aku bukan pacarmu,” tegas Alena.
“Tapi, sebentar lagi kamu akan menjadi milikku,” bisik Devin tepat di telinga Alena lalu Devin menarik Alena dan memeluknya erat.
“Apa kamu tidak ingin kita mengulangi seperti waktu itu?” tanya Devin.
“Devin, lepasin, nggak?” tanya Alena sambil mencoba melepaskan tangan Devin dari perutnya. Namun, itu hanya sia-sia karena pelukan Devin begitu kuat. Devin mengangkat tubuh Alena dan mendudukkan Alena di pangkuannya dan memutarnya agar saling berhadapan.
Alena sangat kaget dengan perlakuan Devin yang tiba-tiba. Alena mencoba memberontak, tetapi itu hanya sia-sia.
“Sayang, diamlah! Jangan banyak bergerak atau aku bakal kehilangan kendali,” ucap Devin sambil mengusap-usap wajah Alena.
Devin pun mendekatkan wajahnya sehingga jarak mereka berdua tak sampai lima sentimeter. Devin menciu. bibir Alena dengan lembut. Tak lama kemudian, Devin menyudahinya.
“Gimana?” tanya Devin sambil tersenyum nakal dan menaik-turunkan alisnya.
Alena yang masih gugup dengan perlakuan Devin yang selalu tiba-tiba dan seenaknya sendiri pun bertanya balik, “A-apa?”
“Ciumannya,” bisik Devin tepat di telinga Alena dan seketika membuat Alena menegang sekaligus gelayar aneh itu kembali.
“Dasar, mesum,” ucap Alena yang langsung melepaskan diri dari Devin dan langsung berdiri. Alena duduk di sofa satunya yang tak jauh dari Devin.
“Lebih baik kamu pulang sekarang,” ucap Alena lagi yang dari tadi tidak nyaman dengan keberadaan Devin, selain karena lelaki itu telah berbuat seenaknya kepada Alena.
“Baiklah, aku juga akan balik karena masih ada urusan. Oh, iya, kamu baik-baik, ya, saat aku tinggal. Dan, satu lagi, jangan pernah masukkan laki-laki ke apartemen ini,”peringat Devin. Devin langsung berdiri dan berjalan menuju pintu keluar meninggalkan Alena.
“Ciihh! Siapa dia berani mengatur-ngatur aku? Dasar, cowok aneh. Cowok mesum yang suka berbuat sesukanya dan sialnya dia adalah bos di tempat gue kerja,” umpat Alena.
Sepanjang perjalanan, Devin tersenyum senang. Ia sangat senang dengan kejadian hari ini. Ternyata perempuan yang menghabiskan satu malam dengannya adalah karyawan di perusahaan. Devin pun dengan mudah mengikat Alena dan tak perlu takut Alena pergi jauh.
Devin pun sampai di club malam. Malam ini, ia membuat janji dengan Kevin dan Alvin untuk minum sebentar sambil mengobrol tentang kerja sama mereka.
Devin berjalan ke arah di mana temannya, Kevin dan Alvin sudah duduk di pojokkan. Sialnya juga, kenapa mereka selalu saja mau ditemani wanita jalang yang selalu meraba-raba tubuh mereka? Mereka terlihat sangat biasa saja padahal Kevin dan Alvin sudah punya kekasih.
Jangan bilang kekasih mereka tidak tahu. Tentu saja tidak tahu. Kalau pun tahu, mereka bisa habis dimarahi dan diputuskan.
Devin juga tidak ambil pusing dengan kelakuan kedua teman brengseknya ini. Devin pun juga sudah tahu tentang apa yang sudah dilakukan kedua temannya ini kepadanya, tetapi diam saja karena dengan begitu, Devin bisa dekat dengan Alena. Entah kenapa, saat ia dekat dengan Alena, ada perasaan yang berbeda. Beda bila ia bertemu dengan wanita lain. Devin juga sangat tertantang untuk lebih jauh lagi mendekati Alena. Keras kepalanya Alena yang menolaknya membuat Devin semangat.
Devin pun duduk di depan Kevin dan Alvin yang masih asyik dengan wanita jalang. Devin sangat jijik melihat mereka yang menyerahkan tubuhnya ke semua lelaki. Devin masih memperhatikan kedua temannya itu dengan jengah.
“Apa kalian akan seperti itu terus?” tanya Devin dengan muka muaknya dan sangat tidak suka dengan adanya wanita jalang yang selalu meraba-raba tubuh kedua temannya itu.
“Devin ternyata kau sudah datang,” ucap Kevin. Kevin pun menyuruh wanita itu pergi begitu juga dengan Alvin.
“Sampai kapan kalian akan begitu terus dengan wanita jalang? Padahal kalian sudah punya kekasih,” ucap Devin dengan tangannya yang ditaruh di dada.
“Sampai kita tobat, Dev. Walaupun kita sudah punya kekasih yang bisa memuaskan kita kapan saja, tapi kita juga masih suka dengan wanita jalang asal dengan pengaman, pasti aman,” ucap Alvin dengan entengnya.
“Emang brengsek kalian berdua! Padahal kalian tidak kembar, tapi kenapa kalian berdua sama kelakuannya,” ucap Devin.
“Hahahaha! Dev! Dev! Kayak kamu baru tahu sekali dua kali. Bukannya kamu udah tahu kelakuan kami berkali-berkali?” tanya Kevin sambil tertawa.
Ya, walaupun Devin berbicara kasar seperti tadi, kedua temannya itu tak akan marah karena memang benar apa yang dikatakan Devin.
Kevin pun memesankan minuman untuk Devin. Mereka bertiga asik berbicara tentang bisnis sesekali diiringi dengan lelucon. Ya, memang mereka bertiga suka begitu. Mereka juga saling membantu bila salah satu dari mereka mengalami kesulitan.
Devin menghabiskan beberapa botol minuman. Begitu juga dengan kedua temannya itu, mereka sudah mabuk. Devin yang paling banyak minum, sudah tak sadarkan diri. Sehingga membuat Alvin harus menghubungi Evan untuk menjemput Devin.
Tak butuh waktu lama, Evan datang dan segera membawa Devin dari tempat terkutuk ini. Evan membawa Devin pulang ke rumah. Sampai di kediaman Abraham, Evan pun langsung turun dari mobil dan membuka pintu belakang. Ia membantu Devin turun dan memapahnya untuk masuk ke rumah.
Tak butuh waktu lama, seorang pelayan membukakan pintu untuk mereka. Evan membawa Devin ke kamarnya yang berada di lantai dua. Memang itu sudah menjadi tugas Evan. Evan selalu mengetahui, jika Devin bertemu di club malam dengan Kevin dan Alvin, pasti mereka akan meminum alkohol sangat banyak hingga membuat Devin sampai tak sadarkan diri.
Saat tiba di ruang tamu, tiba-tiba mama Devin baru saja keluar dari dapur. “Evan, itu kenapa Devin?” tanya Stevani panik.
“Nyonya! Ini Tuan tadi habis dari club malam bertemu dengan Kevin dan Alvin dan mereka banyak minum sehingga Tuan sampai begini,” ucap Evan menjelaskan semuanya.
“Dasar, Devin! Ya, sudah. Evan, kamu bawa Devin ke kamarnya, biar dia istirahat,” ucap Stevani.
“Baik, Nyonya,” ucap Evan. Evan pun meninggalkan Stevani.
Evan membawa Devin ke kamarnya dan begitu sampai, Evan langsung menidurkan Devin. Tak lupa, Evan juga melepaskan sepatu milik Devin dan menyelimutinya. Evan pun keluar dari kamar itu.
Seperti biasa, pagi ini, Alena bersiap untuk pergi ke kantor. Saat ia mau mengambil tasnya yang berada di dalam kamar, tiba-tiba bunyi bel apartemen milik Alena berbunyi. Alena pun segera membukakan pintu. Betapa sangat terkejutnya Alena melihat Devin yang datang ke apartemennya sepagi ini.“Pagi, Sayang! Aku nggak disuruh masuk dulu ini?” tanya Devin yang dengan Pede-nya bilang seperti itu. Tanpa persetujuan Alena, Devin langsung masuk ke apartemen Alena. Ia mendudukkan bokongnya di sofa.“Buat apa kamu sepagi ini datang ke apartemenku?” tanya Alena dengan menampakkan muka kesalnya.“Ya, tentu saja menjemput kamu, Sayang. Tapi, ini masih pagi ... bagaimana kalau kita melakukan sesuatu terlebih dahulu?” tanya Devin dengan senyuman jahilnya.“Maksud kamu apa?” tanya Alena.“Masa kamu nggak tahu, Sayang. Kita, kan, pernah
Alena sampai di apartemen sekitar jam 10.00 malam. Ia langsung masuk ke kamar. Alena bergegas mandi karena ia sudah sangat lelah dan ingin segera cepat-cepat tidur sehabis membersihkan badan.Tak butuh waktu lama, Alena sudah selesai mandi. Ia keluar kamar mandi dengan menggunakan baju tidur, lalu ia ke meja rias untuk membersihkan mukanya dan memakai krim malam.Saat ia akan tidur, tiba-tiba bunyi bel apartemen membuatnya terganggu. Alena sangat kesal! Sudah jam berapa ini, kok, masih ada tamu saja. Apa tidak tahu kalau ini waktunya untuk tidur? Alena terpaksa membuka pintu dan ternyata yang datang, lagi-lagi bos tengilnya itu.Devin langsung masuk ke apartemen milik Alena tanpa menunggu pemiliknya menyuruh. Itu sangat menyebalkan! Ingin sekali Alena menendang bokong Devin dan membuatnya melayang sampai planet alien sana, tetapi itu tak akan pernah terjadi.Devin langsung dud
Hari ini, weekend. Rencananya, Alena ingin jalan-jalan mengajak Aneta pergi ke pusat perbelanjaan. Ingin rasanya Alena sekali-kali memanjakan dirinya dengan berbelanja banyak baju dan yang lainnya. Maklum, selama beberapa tahun ini, Alena harus irit, tidak boleh boros. Takutnya nanti, tiba-tiba ada kejadian yang tidak diinginkan dan memerlukan banyak uang.Mungkin karena mood Alena lagi bagus, jadi tidak apalah membelanjakan uangnya sedikit. Lagian, selama ini, ia juga sudah bekerja keras. Selain itu, ia juga sering mendapatkan bonus dari kantornya karena pekerjaannya sangat bagus.Alena bukan tipe wanita yang suka menghambur-hamburkan banyak uang dengan teman-temannya, meski ia anak orang kaya. Alena sangat bagus dalam menata keuangannya.Alena sudah bersiap-siap untuk ke rumah Aneta. Ia sengaja tidak memberi tahu Aneta terlebih dahulu karena Alena tahu Aneta pasti lagi tiduran kalau sedang libur. Bias
Devin menjemput Alena ke rumah orang tuanya karena tadi Devin sudah berpesan kepada mamanya agar membawa pulang Alena ke rumahnya terlebih dahulu kalau Devin belum datang menjemputnya.Kini, Alena sedang berada di ruang tamu bersama dengan Belinda. Sedangkan Stevani, mama Devin, masuk ke kamarnya untuk memasukkan barang belanjaannya tadi.“Kamu sudah kenal Devin berapa lama?” tanya Belinda. Ia memulai pembicaraan.“Belum lama. Kenapa memangnya?” tanya balik Alena.“Nggak apa-apa cuma tanya saja. Soalnya selama ini, aku nggak pernah lihat Devin sedekat itu dengan cewek, kecuali sama aku,” ucap Belinda.“Oh begitu. Memang kamu sahabatnya dari kecil? Kok, bisa, sih, kenal Devin, cowok nyebelin yang suka seenaknya saja,” ucap Alena.“Iya, dulu Devin sering tolongin aku, saat aku digangguin sama anak cowok di s
Sekitar pukul 10.00 pagi, Alena terbangun dari tidurnya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia melihat suasana di kamarnya, tetapi berbeda. Ini bukan kamar apartemennya. Akan tetapi, ini di mana? Alena merasa bingung.Saat Alena menoleh ke samping, ada Devin yang masih tertidur dengan bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana boxer.“Aaaaaaaaaaa,” teriak Alena dengan sangat kencang, sehingga membuat Devin terbangun karena suara itu bisa bikin budek kuping siapa saja yang mendengarnya.“Ada apa, sih? Kenapa teriak-teriak pagi-pagi?” tanya Devin sambil menguap.“Kenapa aku bisa di sini?” tanya Alena dengan sangat panik. Ia juga mengecek baju di tubuhnya, tetapi sayangnya tubuhnya yang ditutupi selimut itu telanjang dan tidak memakai apa-apa. 
Hari berganti hari danbegitu jugadengan bulan yangturutberganti. Pagiini,Alena bangunterlaluawalkarena ia harus berangkat ke kantor pagi. Alena merasakan mual yang amat sangat lalu ia pergi ke kamar mandi dan memuntahkannya dikloset.Alena hanyamuntahair.entah kenapa kepalanya juga sangat pusing sekali.Alena membasuh mukanya di wastafel dan mengambil minum terlebih dahulu.Alena menganggap bahwa dirinya hanya masuk anginbiasa.Makanyaia memaksakan mandi dan harus berangkat ke kantor karena hari ini adameeting
Alena sampai di ApartemennyaAlena langsung masuk ke dalam kamarnya, ia hari ini pulang dengan naiktaxsiAlena memang sengaja tak membawa mobil karenamemang badanyanggakenak.Alena merebahkan badannya ia meraba perutnya yang masihterlihat rata,Alena menangis diam kenapa semuanya jadi begini.Sedangkan di lain tempat Devin yangtadi siang saat baru saja keluar dari ruangan Alena mendapatkan telepon dari papanya bahwa ia harus pergi ke Jepang malam ini.Devin yang masihgelisah memikirkan keadaan Alena menjadi dilema, namun pekerjaan ini sangat penting jugabegitupunjuga dengan Alena
SelamasatuminggusudahDevintidakmemperlihatkanbatanghidungnyasamasekali, dansaatitupula AlenamerasakehilanganDevinentahkenapasejahhamiliaselaluingindekat-dekatdenganDevinnamunAlenaselalusajamengenyahkanpikirannyaitu.HariinijugahariterakhirAlenamasukkantordandikantordevisikeuanganmempersiapkanacaraperpisahanuntukAlenamerekamemangsengajamembuatacarainikarenaAlenaakankeluardarikantoruntukselamanya.