Hari ini, weekend. Rencananya, Alena ingin jalan-jalan mengajak Aneta pergi ke pusat perbelanjaan. Ingin rasanya Alena sekali-kali memanjakan dirinya dengan berbelanja banyak baju dan yang lainnya. Maklum, selama beberapa tahun ini, Alena harus irit, tidak boleh boros. Takutnya nanti, tiba-tiba ada kejadian yang tidak diinginkan dan memerlukan banyak uang.
Mungkin karena mood Alena lagi bagus, jadi tidak apalah membelanjakan uangnya sedikit. Lagian, selama ini, ia juga sudah bekerja keras. Selain itu, ia juga sering mendapatkan bonus dari kantornya karena pekerjaannya sangat bagus.
Alena bukan tipe wanita yang suka menghambur-hamburkan banyak uang dengan teman-temannya, meski ia anak orang kaya. Alena sangat bagus dalam menata keuangannya.
Alena sudah bersiap-siap untuk ke rumah Aneta. Ia sengaja tidak memberi tahu Aneta terlebih dahulu karena Alena tahu Aneta pasti lagi tiduran kalau sedang libur. Biasa Aneta juga agak perhitungan kalau diajak belanja begitu. Ia tidak mau menghabiskan uang dengan barang-barang yang menurutnya kurang bermanfaat. Buat apa membeli baju banyak bila nantinya juga tidak terpakai lebih baik ditabung saja. Begitulah Aneta.
Saat Alena mau beranjak, tiba-tiba bel apartemen berbunyi. Siapa yang datang? Perasaan Alena juga tidak ada janji dengan siapa-siapa untuk datang ke apartemennya. Alena pun membukakan pintu partemennya dan ternyata yang datang Devin. Alena pun menyuruhnya masuk. Ia tidak enak jika dilihat orang. Karena hampir tiap hari Devin datang ke apartemennya.
“Mau ke mana? Kok, sudah rapi saja. Mana nggak bilang sama aku kalau kamu mau pergi,” ucap Devin yang langsung mendudukkan bokongnya di sofa yang empuk.
“Ngapain harus bilang sama kamu? Memang kamu siapa aku?” jawab Alena dengan ketus. Alena duduk di samping Devin, tetapi agak jauh.
“Ingat, kamu itu milik aku dan selamanya akan menjadi milikku! Tidak ada satu orang pun yang bakal bisa dekati kamu, aku pastikan itu. Karena sebentar lagi, kamu juga bakal menggandung anak aku,” ucap Devin dengan santai dan percaya diri jika nanti Alena bakal hamil anaknya.
“Percaya diri banget kamu. Dengar, ya, Devin! Aku nggak bakal ngandung anak kamu, lagian kita, kan, cuma ngelakuin satu kali, mana mungkin langsung jadi,” ucap Alena.
“Terserah kamu saja. Kita buktikan saja nanti,” ucap Devin.
“Sudahlah, males berdebat sama orang seperti kamu. Lebih baik, aku pergi sekarang dan kamu juga pergi dari apartemenku,” ucap Alena.
“Kamu hari ini nggak boleh pergi! Kamu harus temani aku untuk ketemu Mama. Nemenin Mama ke mall,” ucap Devin sambil menatap tajam Alena.
“Nggak mau! Aku sudah janji sama teman aku. Lebih baik, kamu pergi saja sendiri,” ucap Alena yang langsung berdiri lalu berjalan ke arah kamar untuk mengambil tasnya.
Devin mengikuti Alena ke dalam kamar dan langsung mengunci pintunya. Devin mendekati Alena dan memeluknya dari belakang.
“Devin, bisa lepasin, nggak?” tanya Alena sambil berusaha melepaskan pelukan Devin.
“Aku bakal lepasin jika kamu mau temani aku ketemu Mama,” ucap Devin sambil mencium tengkuk Alena.
Karena Alena sudah tidak tahan dengan perlakuan Devin, akhirnya ia pun mengiakan. Dari pada harus berakhir dengan bergulat sama lelaki itu, jelas Alena tak mau.
“Oke, aku bakal temani kamu ketemu sama mama kamu, tapi lepasin dulu,” ucap Alena.
Devin pun melepaskan Alena lalu menggandeng tangan Alena keluar dari kamar.
**
Sepanjang perjalanan, Alena hanya menatap ke jendela, melihat pemandangan di luar. Banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Mungkin karena hari libur. Akan tetapi, tidak semuanya, bisa jadi hanya sebagian dari mereka yang berlibur.
Devin juga hanya diam. Akan tetapi, lama-lama ia sangat bosan karena di diamkan oleh Alena. “Alena kamu kenapa diam saja?” tanya Devin.
“Kamu bawel banget, Dev. Bisa diam, nggak, sih? Lagian aku males jalan sama kamu ditambah lagi kamu ngajak aku untuk bertemu dengan mama kamu,” ucap Alena.
“Iya, soalnya aku nggak mau nanti kalau Mama ngenalin aku sama anak temannya. Nanti yang ada malah aku di jodohin,” ucap Devin.
“Terus, apa masalahnya dengan aku? nggak ada, ‘kan? Kenapa malah aku yang diajak ke masalah kamu, sih, Dev?” ucap Alena yang sangat kesal dengan Devin.
Tak butuh waktu lama, Devin dan Alena sudah sampai di pusat perbelanjaan. Mereka menunggu mama Devin di lobby. Sebenarnya, mama Devin sudah sampai terlebih dahulu, cuma Devin disuruh menunggu di lobby.
Mama Devin pun datang. Ia datang dengan seorang gadis yang cantik dan berjalan beriringan dengannya.
“Devin, kamu sama siapa?” tanya Stevani.
“Oh, kenalkan, Ma. Ini pacar Devin, Ma. Namanya Alena,” ucap Devin. Alena pun memberi salam kepada Stevani, mama Devin.
“Alena, Tante,” ucap Alena dengan sangat gugup karena Devin memperkenalkannya sebagai pacar. Memang dasar Devin, biang kerok! Bikin masalah saja.
“Oh, iya. Alena, nama Tante, Stevani dan yang di samping Tante ini Belinda, teman sejak kecilnya Devin. Ia baru saja datang dari Amerika,” ucap Stevani.
Alena pun memperkenalkan dirinya dengan Belinda dan setelah itu, mereka berempat mencari restoran yang berada di dalam mall. Mereka sudah berada di dalam restoran dan sedang menunggu pesanan mereka.
“Alena, kamu bertemu dengan Devin di mana?” tanya Stevani.
“Di mall, Tante. Saat bertemu dengan teman Alena, ternyata Devin juga sahabatan dengan teman Alena. Devin juga bos di kantor tempat Alena bekerja,” ucap Alena.
“Jadi, kamu kerja di perusahaan kami, tapi kalau dilihat-lihat, kamu mirip seseorang ... tapi, siapa. Tante lupa dan kamu bukan warga asli Jerman, kan?” tanya Stevani.
“Alena asli orang Korea Selatan, Tante,” ucap Alena.
“Pantes. Ngomong-ngomong, Tante juga punya teman di Korea, tapi sekarang kami sudah los kontak dan nggak tahu kabarnya bagaimana,” ucap Stevani.
Makanan yang mereka pesan sudah datang. Mereka berempat tampak menikmati makanannya dengan disertai mengobrol ringan.
Setelah selesai makan, Stevani mengajak Alena dan Belinda belanja sedangkan Devin entah ke mana. Tiba-tiba ia pamit pergi sebentar, katanya ada yang mau diurus. Memang dasar Devin, seenaknya pergi tanpa mengajak Alena dan terpaksa Alena ikut mamanya Devin serta Belinda belanja.
Devin menjemput Alena ke rumah orang tuanya karena tadi Devin sudah berpesan kepada mamanya agar membawa pulang Alena ke rumahnya terlebih dahulu kalau Devin belum datang menjemputnya.Kini, Alena sedang berada di ruang tamu bersama dengan Belinda. Sedangkan Stevani, mama Devin, masuk ke kamarnya untuk memasukkan barang belanjaannya tadi.“Kamu sudah kenal Devin berapa lama?” tanya Belinda. Ia memulai pembicaraan.“Belum lama. Kenapa memangnya?” tanya balik Alena.“Nggak apa-apa cuma tanya saja. Soalnya selama ini, aku nggak pernah lihat Devin sedekat itu dengan cewek, kecuali sama aku,” ucap Belinda.“Oh begitu. Memang kamu sahabatnya dari kecil? Kok, bisa, sih, kenal Devin, cowok nyebelin yang suka seenaknya saja,” ucap Alena.“Iya, dulu Devin sering tolongin aku, saat aku digangguin sama anak cowok di s
Sekitar pukul 10.00 pagi, Alena terbangun dari tidurnya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia melihat suasana di kamarnya, tetapi berbeda. Ini bukan kamar apartemennya. Akan tetapi, ini di mana? Alena merasa bingung.Saat Alena menoleh ke samping, ada Devin yang masih tertidur dengan bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana boxer.“Aaaaaaaaaaa,” teriak Alena dengan sangat kencang, sehingga membuat Devin terbangun karena suara itu bisa bikin budek kuping siapa saja yang mendengarnya.“Ada apa, sih? Kenapa teriak-teriak pagi-pagi?” tanya Devin sambil menguap.“Kenapa aku bisa di sini?” tanya Alena dengan sangat panik. Ia juga mengecek baju di tubuhnya, tetapi sayangnya tubuhnya yang ditutupi selimut itu telanjang dan tidak memakai apa-apa. 
Hari berganti hari danbegitu jugadengan bulan yangturutberganti. Pagiini,Alena bangunterlaluawalkarena ia harus berangkat ke kantor pagi. Alena merasakan mual yang amat sangat lalu ia pergi ke kamar mandi dan memuntahkannya dikloset.Alena hanyamuntahair.entah kenapa kepalanya juga sangat pusing sekali.Alena membasuh mukanya di wastafel dan mengambil minum terlebih dahulu.Alena menganggap bahwa dirinya hanya masuk anginbiasa.Makanyaia memaksakan mandi dan harus berangkat ke kantor karena hari ini adameeting
Alena sampai di ApartemennyaAlena langsung masuk ke dalam kamarnya, ia hari ini pulang dengan naiktaxsiAlena memang sengaja tak membawa mobil karenamemang badanyanggakenak.Alena merebahkan badannya ia meraba perutnya yang masihterlihat rata,Alena menangis diam kenapa semuanya jadi begini.Sedangkan di lain tempat Devin yangtadi siang saat baru saja keluar dari ruangan Alena mendapatkan telepon dari papanya bahwa ia harus pergi ke Jepang malam ini.Devin yang masihgelisah memikirkan keadaan Alena menjadi dilema, namun pekerjaan ini sangat penting jugabegitupunjuga dengan Alena
SelamasatuminggusudahDevintidakmemperlihatkanbatanghidungnyasamasekali, dansaatitupula AlenamerasakehilanganDevinentahkenapasejahhamiliaselaluingindekat-dekatdenganDevinnamunAlenaselalusajamengenyahkanpikirannyaitu.HariinijugahariterakhirAlenamasukkantordandikantordevisikeuanganmempersiapkanacaraperpisahanuntukAlenamerekamemangsengajamembuatacarainikarenaAlenaakankeluardarikantoruntukselamanya.
Kini Alenasudahtibadi Bandara IaberjalankeluarBandarasambilmencarieommanyakatanyaeommanyasudahmenunggunyadiluar. Alenabenar-benarberuntungpunyaeommayangbaikdanpengertiansamaanaknya.“Alenasayang,”teriakSahirakepadaAlenaiamelambaikantangannyaagar Alenatahu, Alena punmembalaslambaiantanganeommanyalaluberlarikearaheommanya. AlenamemelukmamanyadengansangateratsungguhAlenabenar-benarkangenterhadapmamanya.
SaatAlenasedangduduksendiritiba-tibaadaorang yang duduk disampingnyaseoranglaki-laki,laki-lakiitumenyapaAlena dan Alenahanyaterdiamsajatakmenjawabnya.LelakiituterusmengajakAlenabicarapadahaltakkenalsudahmengajakbicarasaja, Alenahanyadiam danhanyamendengarkanomonganlaki-lakiitusaja.“Haykokdiamsaja? OyakenalinnamagueSuhonamaloesiapa?”tanyaS
Alenasedangtermenungsendirianditamanbelakangrumah,appanyamasihbelumterimasemuainidanmasihmendiamkanAlena. Alenatidaktahuharusbagaimanalagisemuanyasudahterjadi,sedangkaneommanyamasihberusahamembujukappanyaagarbisamenerimanya.SungguhAlenamerasabersalahbesardenganapayangiabuatdirumahini,pastikalaukeluarganyayang laintahupastipadamalu. Alenabenar-benarterpukulmenurutnyainijalanterbaiknamunkenyataannyatidak, Alena salahbesar.
Hari ini Alice dan Evan kembali ke Seoul, mereka kembali ke rumah Alena dan Devin, sebenarnya Evan sudah menyiapkan apartemen dan rumah, nantinya Alice tinggal memilih mau tinggal dimana, itu semua terserah Alice. Akan tetapi saat ini Alice dan Evan ke rumah Alena dan Devin karena Alice sudah diberitahu oleh Alena jika mama dan adiknya tinggal di rumahnya, saat itu juga Alice langsung kaget bahkan dia juga ingin cepat sampai di rumah, entah kenapa dia sangat khawatir mengetahui mama dan adik tirinya berada di sana. Alice langsung masuk ke dalam rumah diikuti oleh Evan di belakangnya, Alice langsung mencari keberadaan Alena.“Eonie!” teriak Alice.Alena yang merasa di panggil namanya langsung berjalan ke sumber suara, dan dia melihat Alice yang berada di ruang keluarga langsung menghampirinya. “Kenapa kamu teriak-teriak Alice?”Alice pun tersenyum langsung memeluk Alena dengan erat, “Aku merindukan eonie.”“kamu baru satu bulan meninggal eonie, dan bahkan kita juga saling bertukar
Alice dan Evan saat ini berada di Tokyo, mereka berdua sedang berjalan-jalan dan mereka berdua juga akan makanan khas Jepang. Alice sangat bahagia saat ini, dirinya bisa memiliki Evan untuk selamanya, walau pun di awal dia harus merasakan sakit hati dan terkadan dia juga harus bertengkar dengan Evan dan pertengkaran mereka juga tidak jelas karena memang semuanya diawali oleh Alice yang marah lebih dulu tanpa Evan tahu.Evan menggandeng tangen Alice dengan erat, dia tidak ingin terpisah jauh dari Alice, dia ingin selalu berada di samping Alice. “Sayang masih lamakah?” tanya Alice pada Evan, mereka berjalan sudah jalan sedikit jauh, Alice merasa sedikit lelah saja karena memang dia sudah lama tidak berjalan jauh.“Sedikit lagi baby, kamu sudah sangat lelah?” tanya Evan.“Aniyo, hanya saja aku sudah lapar,” ucapnya dan tentu saja Alice berbohong, sedangkan Evan hanya tersenyum dan mengajak jalan Alice lebih cepat agar cepat sampai.Akhirnya mereka sampai di restoran Jepang, mereka duduk
Malam ini Mareta dan Sania keluar rumah secara diam-diam agar penghuni rumah ini tidak melihat mereka, mereka bahakan berjalan mengendap-endap agar tidak diketahui oleh pelaya atau pun bodyguard karena kalau sampai ketahuan rencana bisa gagal semuanya hanya kecerobohan mereka. Akhirnya mereka pun sampai di depan pagar dan langsung masuk ke dalam taksi untuk mengantarkan mereka ke club malam, karena memang mala mini mereka akan bersenang-senang.“Kita mau kemana ma?’ tanya Sania.Mareta menoleh dan hanya tersenyum, “Nanti kamu juga akan tahu dan kamu juga akan menikmatinya, dan selanjutnya kamu harus terbiasa dengan kehidupan seperti itu Sania karena kehidupan seperti itulah yang nantinya kamu memiliki banyak uang.”Sungguh Sania tidak mengerti akan maksud sang mama, namun tetap saja dia menuruti perkataan mamanya, dirinya tidak ingin berdosa dengan membantah perkataan mamanya, dirinya ingin menjadi anak baik untuk mama, sedari kecil dia hanya hidup bersama dengan mama saja. Bahkan san
Pagi ini Sania dan Mareta datang ke rumah Alena dan Devin, mereka berencana untuk berpura-pura mencari keberadaan Alice yang ternyata tinggal di rumah mereka, mereka juga akan mengaku sebagai keluarga Alice yang selama ini Alice menghilang dan hanya mengirimkan uang saja ke mereka. Mereka berencana ingin tinggal bersama Alice nantinya dan itu memang sudah rencana Mareta dari awal, dia bahkan juga menyuruh Sania nantinya untuk mendekati Evan agar rumah tangganya mengalami sedikit perpecahan.Mereka sudah berada di depan pintu rumah Alena dan Devin, bahkan mereka juga memencet bel pintu rumah Alena dan Devin. Sampai akhirnya pintu terbuka dan memperlihatkan seorang pelayan.“Maaf mencari siapa ya?” tanya seorang pelayan wanita.“Saya mau mencari Alice, apa benar dia tinggal di sini? Saya mama dan ini adik Alice,” ucapnya.“Oh, nona Alice. kalau begitu silahkan masuk lebih dulu,” ucap pelayan wanita, bahkan pelayan itu juga menyuruh Mareta dan Sania untuk duduk lebih dulu, pelayan itu me
Hari ini adalah hari bahagia dimana Alice akan menikah bersama dengan Evan, pernikahan mereka memang dipercepat lebih awal. Mereka sudah sepakat dengan keputusan mereka jika mereka sudah siap, bahkan mama dan adik tiri Alice pun juga menghadiri pernikahan ini, sebenarnya dipernikahan ini mereka adalah orang yang tidak terlalu menyukainya. Bahkan mereka juga berpikir akan merencanakan suatu hal yang nantinya rumah tangga akan penuh dengan huru-hara dan mereka berdua sudah menantikannya.“Alice, aku bahkan tidak akan pernah menyangka jika kamu akan menikah secepat ini, dan nanti siapa uang akan mengurus perusahaan?” tanya Alena, dirinya baru saja masuk ke kamar Alice yang sedang di make up, Alena membawa anaknya yang masih bayi itu dalam gendongannya.Alice hanya bisa tersenyum melihat eonienya yang sedang merajuk, “Eonie enggak perlu khawatir, bukankah masih ada oppa dan nantinya aku juga hanya akan sebentar saja bulan madunya dan kembali bekerja.”Alena segera menggelengkan kepalanya,
Dua bulan sudah atas kelahiran anak kedua Alena dan Devin, bahkan kini Devin yang sudah aktif kembali bekerja di kantor dan terkadang dia pulang malam karena banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan di kantor. Bahkan dia juga hanya tertidur beberapa jam karena anaknya menangis di malam hari yang terkadang dia tidak ingin membangunkan Alena, dia merasa kasihan pada Alena karena telah mengurus anaknya seharian.Seperti mala mini Devin menggendong anaknya dan menyusuinya, ya, bahkan Devin kini sudah pandai melakukan semuanya, seperti membuat susu untuk anaknya. Devin tersenyum saat melihat anaknya tertidur dan tidak menangis lagi, Devin menidurkan anaknya kembali di tempat tidurnya. Sedangkan Devin berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan badannya terlebih dahulu dan istirahat.Saat Devin naik ke atas ranjang dan memeluk Alena membuatnya terusik dan Alena pun terbangun. "Dev, kamu baru pulang ya?""Sudah dari tadi honey, maafkan aku jika aku membangunkan dirimu," ucapnya.Alena pun mem
Saat ini Katty bersama dengan Gladwin sedang duduk di taman melihat banyak orang yang sedang melakukan aktivitas weekend mereka dengan olahraga atau hanya berjalan kaki bersama dengan keluarga atau pasangan mereka. Begitu juga yang dilakukan oleh Katty dan Gladwin, mereka saat ini sedang beristirahat di tempat duduk yang sudah di sediakan di taman.“Terima kasih sudah mau menemaniku,” ucap Gladwin menoleh kea rah Katty, sedanglkan Katty hanya tersenyum tanpa menoleh kearah Gladwin. Tatapan lurus ke depan melihat sepasang kekasih yang sedang bergandengan tangan dan sesekali mereka melakukan ciuman dan itu terlihat sangat romantis sekali.“Aku baru kali ini dekat dengan wanita yang bahkan bisa aku ajak kemana saja, karena biasanya aku hanya menggunakan mereka menemaniku di atas ranjang. Aku lelaki brengsek bukan?” tanya Gladwin pada Katty.Katty segera menggelengkan kepalanya dan di berkata, “Aniyo, bukankah itu sudah hal wajar Glad, nanti kalau lelaki sudah mendapatkan wanita yang di c
Mereka sungguh bahagia dengan kelahiran anak kedua mereka, dimana anak mereka terlihat sangat sehat dan menggemaskan, bahkan Kaendra sering berantem dengan Devin karena ingin menggendong adiknya. Kaendra adalah tipe anak yang cuek dan lebih menghabiskan waktunya dengan kesendiriannya, namun saat kelahiran adiknya dia lebih memilih menghabiskan waktu bersama dengan adiknya, sudah dua hari ini Kaendra selalu menemani adiknya dan ujung-ujungnya berantem dengan Devin. Alena hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak dan papanya, kalau sudah berantem tidak bisa di pisahkan.Alena sudah kembali ke rumahnya, saat ini rumahnya ramai dengan orang tua dan mertuanya, mereka sedang berkumpul untuk melihat cucu mereka. “Sayang, aku mau makan masakan kamu, kamu mau masakin buat aku,” ucap Alena. Devin sedari tadi yang sedang bermain dengan anaknya kini pun dia segera beranjak dan berjalan mendekati Alena, “Kamu mau makan apa honey?” “Hm, bagaimana kalau ramyeon, aku ingin sekali maka
Pulang dari rumah sakit Evan mengajak Alice untuk kembali ke apartemennya lebih dulu, akan tetapi Evan di apartemennya tidak akan lama, dia akan kembali ke kantor untuk mengurus pekerjaannya. Sedangkan Alice memang akan ke apartemen Evan dan menunggu Evan sampai sore nanti, lalu malamnya mereka akan makan malam bersama. Walau mereka sering di sibukkan dengan pekerjaan akan tetapi mereka akan tetap meluangkan waktu untuk bersama, “Aku sempat merasa cemburu saat kamu tadi bertemu denganmu.” “Kenapa? Bukankah aku sudah menjadi milikmu dan selamanya juga akan menjadi milikmu baby,” ucap Evan, dengan satu tanganya mengusap punggung tangan Alena lalu menciumnya. “Entahlah, hanya saja aku merasa takut,” ucapnya kembali, Alice hanya takut, bagaimana nantinya jika Evan akan kembali pada mantanya, padahal mereka sudah bertunangan dan sebentar lagi akan menikah. “Sudahlah, janagan memikirkan hal yang tidak-tidak karena selamanya aku akan menjadi milikmu selamanya,” ucap Evan, karena dia tidak