Seperti biasa, pagi ini, Alena bersiap untuk pergi ke kantor. Saat ia mau mengambil tasnya yang berada di dalam kamar, tiba-tiba bunyi bel apartemen milik Alena berbunyi. Alena pun segera membukakan pintu. Betapa sangat terkejutnya Alena melihat Devin yang datang ke apartemennya sepagi ini.
“Pagi, Sayang! Aku nggak disuruh masuk dulu ini?” tanya Devin yang dengan Pede-nya bilang seperti itu. Tanpa persetujuan Alena, Devin langsung masuk ke apartemen Alena. Ia mendudukkan bokongnya di sofa.
“Buat apa kamu sepagi ini datang ke apartemenku?” tanya Alena dengan menampakkan muka kesalnya.
“Ya, tentu saja menjemput kamu, Sayang. Tapi, ini masih pagi ... bagaimana kalau kita melakukan sesuatu terlebih dahulu?” tanya Devin dengan senyuman jahilnya.
“Maksud kamu apa?” tanya Alena.
“Masa kamu nggak tahu, Sayang. Kita, kan, pernah melakukannya,” ucap Devin dengan jawabannya yang sangat blak-blakan.
“Devin, lebih baik kamu diam! Dan, aku mau berangkat kerja sekarang. Jadi, kamu bisa keluar dari apartemenku,” ucap Alena dan berlalu pergi ke kamarnya untuk mengambil tasnya. Tak lama kemudian, Alena datang dengan membawa tasnya seperti biasanya.
“Sayang, tunggu! Aku ke sini, kan, untuk jemput kamu. Jadi, ayo, kita berangkat bareng!” ajak Devin.
“Cukup, Devin! Aku bukan pacar kamu! Jadi, jangan panggil aku sayang. Mengerti!” ucap Alena dan berjalan ke arah pintu keluar dan diikuti Devin di belakangnya.
Ya, pagi ini, Devin dan Alena berangkat bareng dengan menggunakan mobil Devin. Sepanjang perjalanan, Alena hanya diam dan menatap keluar jendela. Ia melihat jalanan yang sudah mulai banyak mobil yang berlalu-lalang, serta orang-orang yang berjalan kaki.
Devin yang merasa didiamkan saja oleh Alena, merasa geram sendiri. Kenapa wanita di sampingnya ini sangat cuek dan menyebalkan? Akan tetapi, kalau dilihat-lihat, ia cantik dan menggemaskan.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di perusahaan Devin, mereka berdua keluar dari mobil. Untung saja belum banyak karyawan yang datang. Jadi, tidak ada yang melihat Alena turun dari mobil Devin. Kalau ada yang lihat, bisa jadi bahan gosip dan tak akan pernah hilang dalam waktu tertentu. Alena tidak mau itu terjadi.
Alena langsung masuk ke ruangannya. Akan tetapi, Devin tetap mengikutinya dari belakang. Entahlah, apa maunya bos ini yang suka berbuat semaunya sendiri. Alena kesal melihat Devin yang bolak-balik jalan di depannya. Kenapa juga Devin di sini, bukan ke ruangannya?
“Bapak bisa diam, tidak? Dari tadi saya lihat Bapak ke sana ke mari, saya jadi pusing lihat Bapak begitu. Sebaiknya, Bapak ke ruangan Bapak,” ucap Alena dengan sangat ketus. Alena tidak mau melihat Devin lama-lama di ruangannya.
“Saya tidak mau ke ruangan saya. Saya maunya di sini, lihatin kamu yang sedang duduk dan bekerja. Kamu terlihat sangat cantik kalau lagi serius,” ucap Devin dengan senyuman mautnya yang biasa dilihat wanita di luaran sana. Namun, Alena tak tergoda dengan senyuman Devin itu, malah Alena sangat muak dan ingin rasanya menendang bosnya ini keluar angkasa.
“Bapak, kan, juga harus kerja, bukan lihatin saya. Nanti kalau ada karyawan lain yang tahu Bapak ada di sini, pasti mereka akan berkata yang tidak-tidak tentang saya. Jadi, saya tidak mau itu terjadi,” ucap Alena yang fokus kembali dengan pekerjaannya.
“Kamu tenang aja! Saya jamin, tidak akan pernah ada yang menghina kamu ataupun ngomongin kamu di belakang. Satu lagi, kamu akan segera menjadi milikku,” ucap Devin sambil mendudukkan bokongnya di kursi depan Alena.
“Bapak sangat percaya diri sekali,” ucap Alena menatap dingin Devin.
“Ya, karena aku yakin kamu bakal mengandung darah dagingku dan aku akan menikahimu. Oke, kalau begitu, saya pergi dulu ke ruangan saya,” ucap Devin lalu ia berdiri berjalan ke arah pintu keluar.
“Cihh! Seenaknya sendiri. Amit-amit, dah. Jangan sampai gue suka sama bos mesum. Apalagi kalau sampai benar gue ngandung anaknya ... jangan sampai, gue nggak mau,” teriak Alena sambil mengacak-acak rambutnya.
Tokkk! Tokkk! Tokkk!
“Masuk!” suruh Alena.
“Alena, ini ada berkas yang perlu kamu tanda tangani. Dan, yang satu ini laporan mingguan keuangan perusahaan. Yang bulanan, sudah aku kasihkan ke kamu, 'kan?” tanya Aneta.
“Iya, sudah, Neta. Ta, ntar kita makan siang bareng, ya,” ucap Alena.
“Iya, boleh. Emangnya kamu mau makan di mana?” tanya Aneta.
“Gimana kalau kita ke tempat makanan seafood di restoran dekat kantor? Katanya di situ menu barunya seafood. Kamu nggak ada alergi seafood, kan?” tanya Alena.
“Tenang! Gue, mah, nggak ada alergi seafood. Tapi, nanti kamu yang traktir aku, ya,” ucap Aneta.
“Siap, deh. Ya, sudah, kamu bisa balik ke ruangan kamu. Aku masih ada kerjaan numpuk,” ucap Alena yang kembali fokus ke laptopnya.
“Oke, gue pergi, ya,” ucap Aneta yang langsung berjalan menuju pintu keluar.
Di ruangan lain, Devin masih santai saja duduk di sofanya sambil memejamkan matanya. Entah kenapa, hari ini, rasanya ia sangat malas untuk bekerja. Untung saja hari ini tak ada jadwal meeting atau bertemu dengan klien, jadi ia agak bisa bersantai.
Evan masuk ke ruangan Devin sambil membawa berkas yang harus ditandatangani oleh Devin. Evan juga akan menyampaikan, bahwa ia baru saja mendapat telepon dari mamanya Devin agar Devin segera pulang.
“Siang, Tuan. Ini ada berkas yang harus Anda tandatangani. Setelah nanti Tuan tidak ada pekerjaan lagi, Tuan disuruh pulang oleh Nyonya Besar,” ucap Evan.
“Mama suruh saya pulang. Memangnya ada apa?” tanya Devin.
“Saya sendiri juga tidak tahu, Tuan. Karena Nyonya Besar juga tidak memberi tahu saya,” ucap Evan.
“Hemmm,” gumam Devin lalu Devin mengambil berkas yang dibawa oleh Evan dan menandatanganinya.
Setelah selesai, Evan berpamit untuk keluar ruangan. Devin pun langsung keluar ruangan dan menuju ruangan Alena. Ia akan memberitahukan kepada Alena bahwa ia akan pulang terlebih dahulu. Padahal Devin bisa mengirim pesan lewat HP, tetapi ia malah jauh-jauh pergi ke ruangan Alena.
Memang dasarnya Devin lagi bucin dengan Alena. Padahal sudah jelas-jelas Alena menolaknya mentah-mentah. Ya, namanya Devin! Ia tak akan menyerah begitu saja jika keinginannya belum tercapai.
Devin langsung masuk begitu saja ke ruangan Alena tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. “Sayang, kamu masih sibuk?” tanya Devin berjalan ke arah meja Alena.
“Bapak bisa, nggak, kalau masuk ruangan orang, itu harus ketok pintu terlebih dahulu,” ucap Alena menatap mata Devin dengan tajam.
“Ini, kan, perusahaan saya, jadi suka-suka saya, dong! Oh, ya, hari ini, aku pulang duluan karena tadi mamaku menelepon dan nyuruh pulang. Jadi, kamu jangan macam-macam, apa lagi dekat dengan laki-laki lain,” ucap Devin memperingati Alena.
“Lah, Bapak ini bukan siapa-siapa saya, kenapa Bapak ngatur-ngatur saya?” tanya Alena ketus.
“Pokoknya, saya nggak mau dengar ocehan kamu. Kalau kamu sampai ketahuan dekat-dekat dengan laki-laki lain, akan aku pastikan hidup kamu nggak tenang. Aku pergi dulu, ya ingat ya Alena,” ucap Devin meninggalkan ruangan Alena.
“Dasar, Devin gila! Seenaknya saja dia ngatur-ngatur gue,” omel Alena lalu ia pun melanjutkan pekerjaannya.
Sampai tak terasa, jam makan siang pun sudah tiba. Alena dan Aneta makan siang di restoran dekat kantor. Mereka memesan makanan seafood yang katanya adalah menu terbaru restoran ini. Jadi, Alena tidak perlu pergi jauh-jauh. Lagian, ia juga tidak membawa mobil karena tadi pagi, ia berangkat bareng bos gilanya itu.
Alena sampai di apartemen sekitar jam 10.00 malam. Ia langsung masuk ke kamar. Alena bergegas mandi karena ia sudah sangat lelah dan ingin segera cepat-cepat tidur sehabis membersihkan badan.Tak butuh waktu lama, Alena sudah selesai mandi. Ia keluar kamar mandi dengan menggunakan baju tidur, lalu ia ke meja rias untuk membersihkan mukanya dan memakai krim malam.Saat ia akan tidur, tiba-tiba bunyi bel apartemen membuatnya terganggu. Alena sangat kesal! Sudah jam berapa ini, kok, masih ada tamu saja. Apa tidak tahu kalau ini waktunya untuk tidur? Alena terpaksa membuka pintu dan ternyata yang datang, lagi-lagi bos tengilnya itu.Devin langsung masuk ke apartemen milik Alena tanpa menunggu pemiliknya menyuruh. Itu sangat menyebalkan! Ingin sekali Alena menendang bokong Devin dan membuatnya melayang sampai planet alien sana, tetapi itu tak akan pernah terjadi.Devin langsung dud
Hari ini, weekend. Rencananya, Alena ingin jalan-jalan mengajak Aneta pergi ke pusat perbelanjaan. Ingin rasanya Alena sekali-kali memanjakan dirinya dengan berbelanja banyak baju dan yang lainnya. Maklum, selama beberapa tahun ini, Alena harus irit, tidak boleh boros. Takutnya nanti, tiba-tiba ada kejadian yang tidak diinginkan dan memerlukan banyak uang.Mungkin karena mood Alena lagi bagus, jadi tidak apalah membelanjakan uangnya sedikit. Lagian, selama ini, ia juga sudah bekerja keras. Selain itu, ia juga sering mendapatkan bonus dari kantornya karena pekerjaannya sangat bagus.Alena bukan tipe wanita yang suka menghambur-hamburkan banyak uang dengan teman-temannya, meski ia anak orang kaya. Alena sangat bagus dalam menata keuangannya.Alena sudah bersiap-siap untuk ke rumah Aneta. Ia sengaja tidak memberi tahu Aneta terlebih dahulu karena Alena tahu Aneta pasti lagi tiduran kalau sedang libur. Bias
Devin menjemput Alena ke rumah orang tuanya karena tadi Devin sudah berpesan kepada mamanya agar membawa pulang Alena ke rumahnya terlebih dahulu kalau Devin belum datang menjemputnya.Kini, Alena sedang berada di ruang tamu bersama dengan Belinda. Sedangkan Stevani, mama Devin, masuk ke kamarnya untuk memasukkan barang belanjaannya tadi.“Kamu sudah kenal Devin berapa lama?” tanya Belinda. Ia memulai pembicaraan.“Belum lama. Kenapa memangnya?” tanya balik Alena.“Nggak apa-apa cuma tanya saja. Soalnya selama ini, aku nggak pernah lihat Devin sedekat itu dengan cewek, kecuali sama aku,” ucap Belinda.“Oh begitu. Memang kamu sahabatnya dari kecil? Kok, bisa, sih, kenal Devin, cowok nyebelin yang suka seenaknya saja,” ucap Alena.“Iya, dulu Devin sering tolongin aku, saat aku digangguin sama anak cowok di s
Sekitar pukul 10.00 pagi, Alena terbangun dari tidurnya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia melihat suasana di kamarnya, tetapi berbeda. Ini bukan kamar apartemennya. Akan tetapi, ini di mana? Alena merasa bingung.Saat Alena menoleh ke samping, ada Devin yang masih tertidur dengan bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana boxer.“Aaaaaaaaaaa,” teriak Alena dengan sangat kencang, sehingga membuat Devin terbangun karena suara itu bisa bikin budek kuping siapa saja yang mendengarnya.“Ada apa, sih? Kenapa teriak-teriak pagi-pagi?” tanya Devin sambil menguap.“Kenapa aku bisa di sini?” tanya Alena dengan sangat panik. Ia juga mengecek baju di tubuhnya, tetapi sayangnya tubuhnya yang ditutupi selimut itu telanjang dan tidak memakai apa-apa. 
Hari berganti hari danbegitu jugadengan bulan yangturutberganti. Pagiini,Alena bangunterlaluawalkarena ia harus berangkat ke kantor pagi. Alena merasakan mual yang amat sangat lalu ia pergi ke kamar mandi dan memuntahkannya dikloset.Alena hanyamuntahair.entah kenapa kepalanya juga sangat pusing sekali.Alena membasuh mukanya di wastafel dan mengambil minum terlebih dahulu.Alena menganggap bahwa dirinya hanya masuk anginbiasa.Makanyaia memaksakan mandi dan harus berangkat ke kantor karena hari ini adameeting
Alena sampai di ApartemennyaAlena langsung masuk ke dalam kamarnya, ia hari ini pulang dengan naiktaxsiAlena memang sengaja tak membawa mobil karenamemang badanyanggakenak.Alena merebahkan badannya ia meraba perutnya yang masihterlihat rata,Alena menangis diam kenapa semuanya jadi begini.Sedangkan di lain tempat Devin yangtadi siang saat baru saja keluar dari ruangan Alena mendapatkan telepon dari papanya bahwa ia harus pergi ke Jepang malam ini.Devin yang masihgelisah memikirkan keadaan Alena menjadi dilema, namun pekerjaan ini sangat penting jugabegitupunjuga dengan Alena
SelamasatuminggusudahDevintidakmemperlihatkanbatanghidungnyasamasekali, dansaatitupula AlenamerasakehilanganDevinentahkenapasejahhamiliaselaluingindekat-dekatdenganDevinnamunAlenaselalusajamengenyahkanpikirannyaitu.HariinijugahariterakhirAlenamasukkantordandikantordevisikeuanganmempersiapkanacaraperpisahanuntukAlenamerekamemangsengajamembuatacarainikarenaAlenaakankeluardarikantoruntukselamanya.
Kini Alenasudahtibadi Bandara IaberjalankeluarBandarasambilmencarieommanyakatanyaeommanyasudahmenunggunyadiluar. Alenabenar-benarberuntungpunyaeommayangbaikdanpengertiansamaanaknya.“Alenasayang,”teriakSahirakepadaAlenaiamelambaikantangannyaagar Alenatahu, Alena punmembalaslambaiantanganeommanyalaluberlarikearaheommanya. AlenamemelukmamanyadengansangateratsungguhAlenabenar-benarkangenterhadapmamanya.
Hari ini Alice dan Evan kembali ke Seoul, mereka kembali ke rumah Alena dan Devin, sebenarnya Evan sudah menyiapkan apartemen dan rumah, nantinya Alice tinggal memilih mau tinggal dimana, itu semua terserah Alice. Akan tetapi saat ini Alice dan Evan ke rumah Alena dan Devin karena Alice sudah diberitahu oleh Alena jika mama dan adiknya tinggal di rumahnya, saat itu juga Alice langsung kaget bahkan dia juga ingin cepat sampai di rumah, entah kenapa dia sangat khawatir mengetahui mama dan adik tirinya berada di sana. Alice langsung masuk ke dalam rumah diikuti oleh Evan di belakangnya, Alice langsung mencari keberadaan Alena.“Eonie!” teriak Alice.Alena yang merasa di panggil namanya langsung berjalan ke sumber suara, dan dia melihat Alice yang berada di ruang keluarga langsung menghampirinya. “Kenapa kamu teriak-teriak Alice?”Alice pun tersenyum langsung memeluk Alena dengan erat, “Aku merindukan eonie.”“kamu baru satu bulan meninggal eonie, dan bahkan kita juga saling bertukar
Alice dan Evan saat ini berada di Tokyo, mereka berdua sedang berjalan-jalan dan mereka berdua juga akan makanan khas Jepang. Alice sangat bahagia saat ini, dirinya bisa memiliki Evan untuk selamanya, walau pun di awal dia harus merasakan sakit hati dan terkadan dia juga harus bertengkar dengan Evan dan pertengkaran mereka juga tidak jelas karena memang semuanya diawali oleh Alice yang marah lebih dulu tanpa Evan tahu.Evan menggandeng tangen Alice dengan erat, dia tidak ingin terpisah jauh dari Alice, dia ingin selalu berada di samping Alice. “Sayang masih lamakah?” tanya Alice pada Evan, mereka berjalan sudah jalan sedikit jauh, Alice merasa sedikit lelah saja karena memang dia sudah lama tidak berjalan jauh.“Sedikit lagi baby, kamu sudah sangat lelah?” tanya Evan.“Aniyo, hanya saja aku sudah lapar,” ucapnya dan tentu saja Alice berbohong, sedangkan Evan hanya tersenyum dan mengajak jalan Alice lebih cepat agar cepat sampai.Akhirnya mereka sampai di restoran Jepang, mereka duduk
Malam ini Mareta dan Sania keluar rumah secara diam-diam agar penghuni rumah ini tidak melihat mereka, mereka bahakan berjalan mengendap-endap agar tidak diketahui oleh pelaya atau pun bodyguard karena kalau sampai ketahuan rencana bisa gagal semuanya hanya kecerobohan mereka. Akhirnya mereka pun sampai di depan pagar dan langsung masuk ke dalam taksi untuk mengantarkan mereka ke club malam, karena memang mala mini mereka akan bersenang-senang.“Kita mau kemana ma?’ tanya Sania.Mareta menoleh dan hanya tersenyum, “Nanti kamu juga akan tahu dan kamu juga akan menikmatinya, dan selanjutnya kamu harus terbiasa dengan kehidupan seperti itu Sania karena kehidupan seperti itulah yang nantinya kamu memiliki banyak uang.”Sungguh Sania tidak mengerti akan maksud sang mama, namun tetap saja dia menuruti perkataan mamanya, dirinya tidak ingin berdosa dengan membantah perkataan mamanya, dirinya ingin menjadi anak baik untuk mama, sedari kecil dia hanya hidup bersama dengan mama saja. Bahkan san
Pagi ini Sania dan Mareta datang ke rumah Alena dan Devin, mereka berencana untuk berpura-pura mencari keberadaan Alice yang ternyata tinggal di rumah mereka, mereka juga akan mengaku sebagai keluarga Alice yang selama ini Alice menghilang dan hanya mengirimkan uang saja ke mereka. Mereka berencana ingin tinggal bersama Alice nantinya dan itu memang sudah rencana Mareta dari awal, dia bahkan juga menyuruh Sania nantinya untuk mendekati Evan agar rumah tangganya mengalami sedikit perpecahan.Mereka sudah berada di depan pintu rumah Alena dan Devin, bahkan mereka juga memencet bel pintu rumah Alena dan Devin. Sampai akhirnya pintu terbuka dan memperlihatkan seorang pelayan.“Maaf mencari siapa ya?” tanya seorang pelayan wanita.“Saya mau mencari Alice, apa benar dia tinggal di sini? Saya mama dan ini adik Alice,” ucapnya.“Oh, nona Alice. kalau begitu silahkan masuk lebih dulu,” ucap pelayan wanita, bahkan pelayan itu juga menyuruh Mareta dan Sania untuk duduk lebih dulu, pelayan itu me
Hari ini adalah hari bahagia dimana Alice akan menikah bersama dengan Evan, pernikahan mereka memang dipercepat lebih awal. Mereka sudah sepakat dengan keputusan mereka jika mereka sudah siap, bahkan mama dan adik tiri Alice pun juga menghadiri pernikahan ini, sebenarnya dipernikahan ini mereka adalah orang yang tidak terlalu menyukainya. Bahkan mereka juga berpikir akan merencanakan suatu hal yang nantinya rumah tangga akan penuh dengan huru-hara dan mereka berdua sudah menantikannya.“Alice, aku bahkan tidak akan pernah menyangka jika kamu akan menikah secepat ini, dan nanti siapa uang akan mengurus perusahaan?” tanya Alena, dirinya baru saja masuk ke kamar Alice yang sedang di make up, Alena membawa anaknya yang masih bayi itu dalam gendongannya.Alice hanya bisa tersenyum melihat eonienya yang sedang merajuk, “Eonie enggak perlu khawatir, bukankah masih ada oppa dan nantinya aku juga hanya akan sebentar saja bulan madunya dan kembali bekerja.”Alena segera menggelengkan kepalanya,
Dua bulan sudah atas kelahiran anak kedua Alena dan Devin, bahkan kini Devin yang sudah aktif kembali bekerja di kantor dan terkadang dia pulang malam karena banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan di kantor. Bahkan dia juga hanya tertidur beberapa jam karena anaknya menangis di malam hari yang terkadang dia tidak ingin membangunkan Alena, dia merasa kasihan pada Alena karena telah mengurus anaknya seharian.Seperti mala mini Devin menggendong anaknya dan menyusuinya, ya, bahkan Devin kini sudah pandai melakukan semuanya, seperti membuat susu untuk anaknya. Devin tersenyum saat melihat anaknya tertidur dan tidak menangis lagi, Devin menidurkan anaknya kembali di tempat tidurnya. Sedangkan Devin berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan badannya terlebih dahulu dan istirahat.Saat Devin naik ke atas ranjang dan memeluk Alena membuatnya terusik dan Alena pun terbangun. "Dev, kamu baru pulang ya?""Sudah dari tadi honey, maafkan aku jika aku membangunkan dirimu," ucapnya.Alena pun mem
Saat ini Katty bersama dengan Gladwin sedang duduk di taman melihat banyak orang yang sedang melakukan aktivitas weekend mereka dengan olahraga atau hanya berjalan kaki bersama dengan keluarga atau pasangan mereka. Begitu juga yang dilakukan oleh Katty dan Gladwin, mereka saat ini sedang beristirahat di tempat duduk yang sudah di sediakan di taman.“Terima kasih sudah mau menemaniku,” ucap Gladwin menoleh kea rah Katty, sedanglkan Katty hanya tersenyum tanpa menoleh kearah Gladwin. Tatapan lurus ke depan melihat sepasang kekasih yang sedang bergandengan tangan dan sesekali mereka melakukan ciuman dan itu terlihat sangat romantis sekali.“Aku baru kali ini dekat dengan wanita yang bahkan bisa aku ajak kemana saja, karena biasanya aku hanya menggunakan mereka menemaniku di atas ranjang. Aku lelaki brengsek bukan?” tanya Gladwin pada Katty.Katty segera menggelengkan kepalanya dan di berkata, “Aniyo, bukankah itu sudah hal wajar Glad, nanti kalau lelaki sudah mendapatkan wanita yang di c
Mereka sungguh bahagia dengan kelahiran anak kedua mereka, dimana anak mereka terlihat sangat sehat dan menggemaskan, bahkan Kaendra sering berantem dengan Devin karena ingin menggendong adiknya. Kaendra adalah tipe anak yang cuek dan lebih menghabiskan waktunya dengan kesendiriannya, namun saat kelahiran adiknya dia lebih memilih menghabiskan waktu bersama dengan adiknya, sudah dua hari ini Kaendra selalu menemani adiknya dan ujung-ujungnya berantem dengan Devin. Alena hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak dan papanya, kalau sudah berantem tidak bisa di pisahkan.Alena sudah kembali ke rumahnya, saat ini rumahnya ramai dengan orang tua dan mertuanya, mereka sedang berkumpul untuk melihat cucu mereka. “Sayang, aku mau makan masakan kamu, kamu mau masakin buat aku,” ucap Alena. Devin sedari tadi yang sedang bermain dengan anaknya kini pun dia segera beranjak dan berjalan mendekati Alena, “Kamu mau makan apa honey?” “Hm, bagaimana kalau ramyeon, aku ingin sekali maka
Pulang dari rumah sakit Evan mengajak Alice untuk kembali ke apartemennya lebih dulu, akan tetapi Evan di apartemennya tidak akan lama, dia akan kembali ke kantor untuk mengurus pekerjaannya. Sedangkan Alice memang akan ke apartemen Evan dan menunggu Evan sampai sore nanti, lalu malamnya mereka akan makan malam bersama. Walau mereka sering di sibukkan dengan pekerjaan akan tetapi mereka akan tetap meluangkan waktu untuk bersama, “Aku sempat merasa cemburu saat kamu tadi bertemu denganmu.” “Kenapa? Bukankah aku sudah menjadi milikmu dan selamanya juga akan menjadi milikmu baby,” ucap Evan, dengan satu tanganya mengusap punggung tangan Alena lalu menciumnya. “Entahlah, hanya saja aku merasa takut,” ucapnya kembali, Alice hanya takut, bagaimana nantinya jika Evan akan kembali pada mantanya, padahal mereka sudah bertunangan dan sebentar lagi akan menikah. “Sudahlah, janagan memikirkan hal yang tidak-tidak karena selamanya aku akan menjadi milikmu selamanya,” ucap Evan, karena dia tidak