"Sepertinya aku harus mengabari Papa," gumam Zsalsya sembari memegang ponsel di tangannya. Tetapi, Endrick segera merebut ponsel di tangan Zsalsya itu sambil berkata. "Daripada menelepon Papa, sebaiknya kita datang langsung ke rumah dan memberinya kejutan," ucap Endrick dengan santainya.Zsalsya yang kala itu tetap ingin menghubungi pun kemudian mencoba merebut kembali ponsel yang ada di tangan suaminya tersebut. "Sini, Mas, ponselnya! Biar kita hubungi saja. Aku mau mengabari Papa kalau sudah pulang!" ujarnya sembari berusaha meraih ponsel yang kini ada di tangan Endrick.Tetapi, ponsel itu malah dijauhkan dari Zsalsya. Ia mengangkatnya ke atas dan tidak membiarkan Zsalsya mengambil itu."Kamu siap-siap, kita ke rumah Papa sekarang!" ajaknya. Ia memasukkan ponsel Zsalsya ke dalam saku celana dan lalu melangkah pergi."Ya sudah deh," sahut Zsalsya dengan nada lemas.Endrick memandangi wajah Zsalsya dan kemudian melangkah pergi menuju kamar mandi. " Aku duluan, ya, mandinya!" ujar En
"Cobain, Ma. Sengaja aku beli ini buat Mama sama Papa Zsalsya. Waktu itu Papanya minta belikan oleh-oleh katanya, jadi beli banyak saja supaya semuanya kebagian!" jelas Endrick."Kalau begitu bawa ke sana saja!" sahut Rosmala sebelum mencoba oleh-oleh dari Gorontalo itu.Namun, karena Rosmala belum mencobanya, Endrick terus mendekat Ibunya itu untuk mencoba terlebih dahulu apa yang sudah ia beli tersebut. Dirinya tidak mau jika Rosmala sampai melewatkan camilan itu.Endrick membuka plastik makanan itu dan kemudian menyodorkannya kepada Rosmala. Rosmala memandangi makanan itu sejenak. "Kenapa Mama harus mencobanya? Sepertinya tidak ada yang berbeda dari kue pada umumnya," kata Rosmala dengan nada agak meremehkan.Ia tidak tahu jika apa yang hendak ia tolak itu rupanya sangat enak, walau dengan tampilan yang tampak biasa.Karena penasaran, Rosmala coba mengambilnya satu dan begitu ia menggigit kue tersebut. Tampaknya memang biasa, tetapi rasanya sangat enak. Rosmala kini setuju denga
Perjalanan pun tidak memakan waktu lama, menjadi sebuah keberuntungan bagi mereka sebab tidak ada kemacetan. Sehingga, mereka dapat dengan cepat sampai di tempat tujuan.Mobil menepi. Endrick dengan barang bawaannya kemudian keluar dari mobil itu. Zsalsya yang sudah sekian lama tidak berada di sana pun langsung bergegas keluar."Semoga Papa ada di rumah," ucap Zsalsya dengan antusiasnya.Suara mobil yang berhenti di depan rumah, membuat Mariana yang kala itu sedang duduk santai dengan teh yang sesekali ia teguk itu pun langsung menghentikan waktu santainya.Di balik gorden, ia sembunyi dan melihat ke arah luar. Begitu melihat mobil kuning, ia pun membukanya karena penasaran."Siapa yang datang?" gumamnya.Mariana tidak melihat keberadaan Zsalsya dan Endrick karena keduanya berdiri tepat di depan pintu. Dan mobil kuning itu jarang sekali Endrick pakai, bahkan hanya di waktu tertentu saja.Tentu saja, Mariana pun tidak bisa menebak siapa yang datang kecuali ia membuka sendiri pintu rum
"Kalau begini acaranya, aku tidak punya alasan lagi untuk tetap berada di sini!" gumamnya dengan perasaan sesak sekaligus kesal dalam dada. Perasaan tidak karuan itu bercampur dalam dirinya.Mariana yang sebelumnya pergi ke dapur pun kemudian kembali ke ruang tamu lagi. Tidak lain dan tidak bukan, tentu saja untuk cari muka sebelum Firman datang."Maaf, tadi Mama ada yang keluapaan," ucap Mariana, lalu ia pun duduk di sofa yang terdapat di ruang tamu sana.Zsalsya menyungging dan Endrick bersikap tidak peduli dengan Mariana yang dari wajahnya terlihat jelas bahwa sapaan itu palsu."Tidak apa-apa, Ma," sahut Zsalsya dengan santainya.Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar jelas dari arah luar. Sontak, Zsalsya pun langsung menoleh ke arah suara itu berasal -- ke arah pintu."Papa?!" seru Zsalsya dengan antusiasnya.Zsalsya berdiri dan langsung bergegas memeluk Ayahnya yang baru datang itu. Dirinya memang serindu itu untuk bertemu Ayahnya."Papa sehat, kan?" tanya Zsalsya sembar
Minah membawa nampan dengan dua gelas jus di atasnya. Ia menyajikannya di atas meja yang ia taruh sedemikian rupa."Silakan, Nona, Tuan!" kata Minah sembari tersenyum.Mengenai kejadian sebelumnya, Zsalsya masih memikirkan untuk menanyakan langsung kenapa Minah. Saat itu, ia tidak tahu di mana keberadaan pembantu di rumahnya tersebut. Hari itu, ia tak melihat Minah sama sekali. Entah apa alasan di balik semua kejadian yang masih menyisakan tanya dalam benaknya itu."Mbok, mau bicara sebentar. Bisa?!" seru Zsalsya. Ia berdiri dan Minah menghentikan langkahnya kala wanita paruh baya itu sudah melangkah hendak pergi ke dapur."Baiklah," sahut Minah.Zsalsya berjalan mengikuti langkah kaki Minah yang lambat. Ada tanya yang membuat Minah terheran-heran mengapa Zsalsya ingin berbicara kepadanya.Sesekali, Minah melihat ke belakang -- tepatnya ke arah Zsalsya.Namun, Firman yang saat itu sekitar lima hari penuh berada di rumah sakit, membuatnya juga merasa penasaran mengenai apa yang akan di
Perasaan bercampur aduk menjadi satu. Minah menelan ludah dalam diam. Perutnya panas seolah terus bergejok dengan segala macam pikiran dalam kepala yang membuatnya sekian pusing. Apa yang harus aku katakan? Seperti itulah sikap Minah yang tak kunjung menjawab pertanyaan dari Zsalaya itu.Padahal, itu adalah sesuatu hal yang penting, bahkan snagat penting. Zsalsya dan terutama Firman perlu mengetahuinya.Sebelumnya, Zsalsya sudah menduga bahwa pelakunya hari itu pasti adalah Mariana, Nana dan Arzov. Tetapi, ia tidak bisa asal menuduh begitu saja tanpa adanya bukti yang kuat. Ia perlu bukti dan hanya Minah sajalah yang dijadikan sebagai saksi atas kejadian itu hingga bukti nyata pun dapat dipercaya oleh Firman."Jawab, Mbok. Aku tidak mau kalau sesuatu terjadi lagi di rumah ini. Tenang saja, aku akan bersamamu kalau memang kamu mau jujur," kata Zsalsya. Ia berusaha tenang di kala pikirannya terus mengarah ke sana kemari memikirkan sesuatu dalam hidup."Non, waktu itu saya ... saya ....
"Aku juga dikurung dalam kamar dan saat kabur, aku melihat Nana juga ada di sana!" ungkap Zsalsya. Apapun itu, menurutnya memang harus diungkap dengan sedemikian rupa. Tidak boleh disisakan satu pun benalu dalam rumah itu.Parasit yang hanya mengganggu ketenangan dalam hidup memang perlu diusir jauh dari dalam keluarga yang awalnya dalam ketenangan.Sontak sana Firman pun menoleh. Raut matanya langsung tertuju pada Zsalsya yang langsung berkata demikian."Nana tidak mungkin melakukannya! Dia bukan bagian dari pelaku ataupun rencana Arzov!" bantah Mariana yang melakukan pembelaan besar atas Anaknya.Zsalsya menoleh ke arah Mariana dan langsung membalas perkataannya. "Memangnya siapa yang bilang Nana pelakunya?!" pungkas Zsalsya.Dilihat dari cara Mariana bicara saja seolah sudah memberi petunjuk kecil bahwa Nana memang bagian dari rencana itu. Zsalsya sendiri sudah tidak aneh, karena ia tahu bahwa Nana pun terlibat di dalamnya. Hanya saja, sekali lagi, ia butuh bukti yang nyata. Diriny
Firman menunggu cukup lama agar Zsalsya bercerita tentang kejadian yang menimpa anaknya waktu itu. Kini, Zsalsya yang sudah mendapat kesempatan yang baik itu pun langsung bercerita."Pa, sebenarnya aku curiga kepada Nana yang juga pelakunya. Soalnya, saat mau kabur, aku melihat Nana ada di sana."Muka Mariana langsung memerah malu sekaligus khawatir jika dirinya pun terseret dalam hal itu.Firman mengingat-ngingat hari di mana saat dirinya hendak pulang, tetapi saat itu Mariana seolah menahannya agar tidak pulang lebih awal."Kapan terjadi itu?" tanya Firman. Ia ingin memastikan sesuatu mengenai kecurigaan yang kian muncul dalam benaknya."Satu hari sebelum pernikahan."Endrick yang mendengarnya pun langsung memegang tangan Zsalsya. Ia menoleh ke arah istrinya dan kemudian berkata. "Kenapa kamu tidak menelepon? Aku akan selalu ada buat kamu kalau kamu menghubungi," bisik Endrick.Zsalsya menaruh tangannya pada punggung Endrick yang saat itu juga tengah menggenggam."Semua sudah lewat.
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe