"Aku juga dikurung dalam kamar dan saat kabur, aku melihat Nana juga ada di sana!" ungkap Zsalsya. Apapun itu, menurutnya memang harus diungkap dengan sedemikian rupa. Tidak boleh disisakan satu pun benalu dalam rumah itu.Parasit yang hanya mengganggu ketenangan dalam hidup memang perlu diusir jauh dari dalam keluarga yang awalnya dalam ketenangan.Sontak sana Firman pun menoleh. Raut matanya langsung tertuju pada Zsalsya yang langsung berkata demikian."Nana tidak mungkin melakukannya! Dia bukan bagian dari pelaku ataupun rencana Arzov!" bantah Mariana yang melakukan pembelaan besar atas Anaknya.Zsalsya menoleh ke arah Mariana dan langsung membalas perkataannya. "Memangnya siapa yang bilang Nana pelakunya?!" pungkas Zsalsya.Dilihat dari cara Mariana bicara saja seolah sudah memberi petunjuk kecil bahwa Nana memang bagian dari rencana itu. Zsalsya sendiri sudah tidak aneh, karena ia tahu bahwa Nana pun terlibat di dalamnya. Hanya saja, sekali lagi, ia butuh bukti yang nyata. Diriny
Firman menunggu cukup lama agar Zsalsya bercerita tentang kejadian yang menimpa anaknya waktu itu. Kini, Zsalsya yang sudah mendapat kesempatan yang baik itu pun langsung bercerita."Pa, sebenarnya aku curiga kepada Nana yang juga pelakunya. Soalnya, saat mau kabur, aku melihat Nana ada di sana."Muka Mariana langsung memerah malu sekaligus khawatir jika dirinya pun terseret dalam hal itu.Firman mengingat-ngingat hari di mana saat dirinya hendak pulang, tetapi saat itu Mariana seolah menahannya agar tidak pulang lebih awal."Kapan terjadi itu?" tanya Firman. Ia ingin memastikan sesuatu mengenai kecurigaan yang kian muncul dalam benaknya."Satu hari sebelum pernikahan."Endrick yang mendengarnya pun langsung memegang tangan Zsalsya. Ia menoleh ke arah istrinya dan kemudian berkata. "Kenapa kamu tidak menelepon? Aku akan selalu ada buat kamu kalau kamu menghubungi," bisik Endrick.Zsalsya menaruh tangannya pada punggung Endrick yang saat itu juga tengah menggenggam."Semua sudah lewat.
Zsalsya dengan senang hati menunjukkannya langsung kepada mereka. "Mana yang katanya bisa membuka pintu yang terkunci dengan kawatlah, apalah!" ujar Mariana dengan kedua tangan terlipat di dada. Zsalsya yang mendengar tantangan tidak jelas untuknya itu pun kemudian langsung menoleh, tetapi ia tidak menyahut perkataannya sama sekali."Lihat saja, Ma, jangan banyak bicara!" kata Firman. Yang mana pikirnya, Mariana hanya mengganggu saja, sebab saat itu Zsalsya memang hendak memasukkan kawat yang telah ia bentuk sedemikian rupa itu ke dalam lubang pintu.Tanpa banyak bicara, Zsalsya dengan kecerdikannya berhasil membuka pintu yang mana sebelumnya kemampuannya dianggap remeh oleh sang Ibu tiri. Namun, Zsalsya tidak mengambil hati soal itu, ia tahu bahwa Mariana sangat tidak penting dalam hidupnya. Untuk itulah ia perlu membuat Firman sadar mengenai apa yang selama ini dilakukan oleh Mariana dan Nana terhadapnya."Sekarang Papa percaya sama kamu!" ujar Firman.Pernyataan Firman itu membua
Endrick memegang tangan Zsalsya, seolah sebuah kode tanya alasan dibalik Zsalsya yang mau memaafkan orang seperti itu."Wanita ini memang bodoh! Gampang sekali ternyata membodohinya. Dia mudah iba, dan aku yakin sekarang pria tua ini juga tidak akan bisa berbuat apa-apa jika anaknya mau memaafkanku!" umpat Mariana dalam batinnya.Mariana memang tidak pernah jera. Karakternya yang licik memang sulit diubah. Ia sudah menjadi wanita yang haus harta serta kekuasaan yang menyelimuti hatinya sampai gelap mata sampai tidak pedulikan apapun lagi selain kekayaan yang bisa ia nikmati seumur hidupnya.Namun, rupanya Mariana belum mengenal Zsalsya yang dengan perubahan barunya. Zsalsya bukan lagi wanita bodoh seperti yang ia kira. Ia sudah cukup tangguh menghadapi para manusia palsu yang hanya memaafkan keluarganya saja."Aku memaafkan semua kesalahanmu, asal jangan pernah sekalipun menunjukkan dirimu pada keluarga ini!" tegas Zsalsya.Kalimat singkat yang cukup menohok bagi Mariana. Ia langsung
Arzov menekan bel pintu yang terdapat di sana. Namun, tak seorang pun ada yang mau membukanya. Firman berpikir bahwa yang menekan bel pintu itu adalah Mariana."Jangan dibuka! Biarkan saja!"Tok Tok Tok!Kini susulan ketukan pintu. Arzov yang berada di luar pun dengan sabar tetap menunggu. Mariana yang sudah tahu bahwa usaha Arzov akan sia-sia untuk bertemu keluarga itu pun dirinya hanya menyeringai. Tetapi, sengaja ia tidak memberitahukan apapun. Ia ingin melihat pertunjukkan seperti apa setelah yang dialami sebelumnya."Tolong buka pintunya, aku datang!" ujar Arzov.Firman yang mendengar apa yang terlontar dari mulut Arzov itu membuatnya langsung menyeringai."Buka saja!" pinta Firman kepada Minah.Dengan cepat, Minah pun langsung bergegas membuka pintu. Ia melihat sosok Arzov di sana yang dengan percaya dirinya, bahkan tak dipersilakan masuk pun masih tetap masuk ke dalam rumah itu."Mau apa kamu ke sini?!" tanya Firman dengan nada ketus.Semenjak tahu bahwa Arzov pun terlibat dala
Setelah sekian lama Zsalsya mengalami tekanan dengan kehidupan yang terus diikuti oleh parasit. Dicampuri urusannya oleh Nana dan Mariana, kini ia bisa menyingkirkan para benalu yang ada di dalam rumah Firman tersebut. "Mas, maaf kalau pada akhirnya kamu harus tahu sesuatu," ucap Zsalsya. Zsalsya menghela nafas lega. Ia memeluk Endrick dan suaminya itu membalas pelukan tersebut. "Kenapa harus minta maaf. Apapun yang sudah terjadi di masa lalu, jangan dipikirkan. Jangan lupa meminta maaf karena itu. Jalani dan syukuri saja apa yang terjadi pada masa kini," sahut Endrick berusaha membuat Zsalsya nyaman dengan dirinya dan juga dalam pelukan hangatnya. Firman yang merasa bersalah atas dirinya yang kurang memperhatikan Zsalsya pun membuat pria itu langsung mengutarakan isi hatinya. Ia tidak mau menyesal di kemudian hari hanya karena telat menyadari sesuatu. "Nak, Papa mau minta maaf sama kamu," ucap Firman dengan nada lirih Zsalsya langsung melepas pelukan Endrick, ia pun kemud
Hari berganti menjadi gelap, sudah waktunya untuk pulang. Endrick pun kemudian menghampiri Zsalsya yang saat itu tengah duduk di dapur dengan secangkir teh. Di rumah Ayahnya, ia sudah cukup nyaman. Bisa menikmati teh tanpa ragu dengan anggota keluarga lain, karena hanya ada Firman dan Minah, lalu Endrick yang sudah memahami dan memang selalu memahami serta menghargai segala hal yang dilakukannya.Endrick duduk di samping Zsalsya dan kemudian berbicara perlahan padanya. "Kita pulang sekarang, yuk, sebelum semakin malam!" ajak Endrick dengan nada lembut. Ia menatap wajah Zsalsya yang tengah menikmati teh manis hangat.Zsalsya menghentikan dirinya menyesap teh yang ada di tangannya. Ia menaruh cangkir teh itu di meja dan kemudian mendengarkan suaminya yang berbicara kepadanya saat itu.Ia membalas pandangan Endrick yang mengarah padanya saat itu. Bibirnya tersenyum merekah, dan tangannya kemudian meraih tangan Endrick. "Iya, kita pulang! Tapi, ini belum terlalu malam, kok, Mas," sahut Z
Usai berkata begitu, mereka pun langsung menyerang Endrick. Sedangkan Zsalsya, ia berlindung di belakang Endrick dengan ketakutan."Mas, bagaimana ini? Kita di antara para penjahat itu, apa mungkin bisa kabur?" ucapnya dengan nada gemetar ketakutan.Namun, Endrick tidak bisa menenangkan Zsalsya. Saat ini ia sedang fokus melawan dari berbagai serangan yang ditujukan padanya.Rasa lelah membuat Endrick kewalahan. Ia yang sendirian harus melawan sepuluh orang, yang mana sepertinya bukan hanya preman biasa."Kalian pengecut!" umpat Endrick sembari terus melawan."Pengecut atau tidak itu bukan masalah, yang terpenting dari semuanya adalah kemenangan! Tidak peduli jika kenyataannya harus dengan banyak orang!" balas Arzov.Endrick dan Zsalsya tidak terlalu memperhatikan suara itu, sehingga mereka tidak ada yang sadar bahwa salah seorang di antaranya adalah Arzov -- Pria licik yang berambisi untuk mendapatkan sesuatu. Sekalipun itu dengan cara yang tidak benar dan sangat merugikan orang lain