Endrick memegang tangan Zsalsya, seolah sebuah kode tanya alasan dibalik Zsalsya yang mau memaafkan orang seperti itu."Wanita ini memang bodoh! Gampang sekali ternyata membodohinya. Dia mudah iba, dan aku yakin sekarang pria tua ini juga tidak akan bisa berbuat apa-apa jika anaknya mau memaafkanku!" umpat Mariana dalam batinnya.Mariana memang tidak pernah jera. Karakternya yang licik memang sulit diubah. Ia sudah menjadi wanita yang haus harta serta kekuasaan yang menyelimuti hatinya sampai gelap mata sampai tidak pedulikan apapun lagi selain kekayaan yang bisa ia nikmati seumur hidupnya.Namun, rupanya Mariana belum mengenal Zsalsya yang dengan perubahan barunya. Zsalsya bukan lagi wanita bodoh seperti yang ia kira. Ia sudah cukup tangguh menghadapi para manusia palsu yang hanya memaafkan keluarganya saja."Aku memaafkan semua kesalahanmu, asal jangan pernah sekalipun menunjukkan dirimu pada keluarga ini!" tegas Zsalsya.Kalimat singkat yang cukup menohok bagi Mariana. Ia langsung
Arzov menekan bel pintu yang terdapat di sana. Namun, tak seorang pun ada yang mau membukanya. Firman berpikir bahwa yang menekan bel pintu itu adalah Mariana."Jangan dibuka! Biarkan saja!"Tok Tok Tok!Kini susulan ketukan pintu. Arzov yang berada di luar pun dengan sabar tetap menunggu. Mariana yang sudah tahu bahwa usaha Arzov akan sia-sia untuk bertemu keluarga itu pun dirinya hanya menyeringai. Tetapi, sengaja ia tidak memberitahukan apapun. Ia ingin melihat pertunjukkan seperti apa setelah yang dialami sebelumnya."Tolong buka pintunya, aku datang!" ujar Arzov.Firman yang mendengar apa yang terlontar dari mulut Arzov itu membuatnya langsung menyeringai."Buka saja!" pinta Firman kepada Minah.Dengan cepat, Minah pun langsung bergegas membuka pintu. Ia melihat sosok Arzov di sana yang dengan percaya dirinya, bahkan tak dipersilakan masuk pun masih tetap masuk ke dalam rumah itu."Mau apa kamu ke sini?!" tanya Firman dengan nada ketus.Semenjak tahu bahwa Arzov pun terlibat dala
Setelah sekian lama Zsalsya mengalami tekanan dengan kehidupan yang terus diikuti oleh parasit. Dicampuri urusannya oleh Nana dan Mariana, kini ia bisa menyingkirkan para benalu yang ada di dalam rumah Firman tersebut. "Mas, maaf kalau pada akhirnya kamu harus tahu sesuatu," ucap Zsalsya. Zsalsya menghela nafas lega. Ia memeluk Endrick dan suaminya itu membalas pelukan tersebut. "Kenapa harus minta maaf. Apapun yang sudah terjadi di masa lalu, jangan dipikirkan. Jangan lupa meminta maaf karena itu. Jalani dan syukuri saja apa yang terjadi pada masa kini," sahut Endrick berusaha membuat Zsalsya nyaman dengan dirinya dan juga dalam pelukan hangatnya. Firman yang merasa bersalah atas dirinya yang kurang memperhatikan Zsalsya pun membuat pria itu langsung mengutarakan isi hatinya. Ia tidak mau menyesal di kemudian hari hanya karena telat menyadari sesuatu. "Nak, Papa mau minta maaf sama kamu," ucap Firman dengan nada lirih Zsalsya langsung melepas pelukan Endrick, ia pun kemud
Hari berganti menjadi gelap, sudah waktunya untuk pulang. Endrick pun kemudian menghampiri Zsalsya yang saat itu tengah duduk di dapur dengan secangkir teh. Di rumah Ayahnya, ia sudah cukup nyaman. Bisa menikmati teh tanpa ragu dengan anggota keluarga lain, karena hanya ada Firman dan Minah, lalu Endrick yang sudah memahami dan memang selalu memahami serta menghargai segala hal yang dilakukannya.Endrick duduk di samping Zsalsya dan kemudian berbicara perlahan padanya. "Kita pulang sekarang, yuk, sebelum semakin malam!" ajak Endrick dengan nada lembut. Ia menatap wajah Zsalsya yang tengah menikmati teh manis hangat.Zsalsya menghentikan dirinya menyesap teh yang ada di tangannya. Ia menaruh cangkir teh itu di meja dan kemudian mendengarkan suaminya yang berbicara kepadanya saat itu.Ia membalas pandangan Endrick yang mengarah padanya saat itu. Bibirnya tersenyum merekah, dan tangannya kemudian meraih tangan Endrick. "Iya, kita pulang! Tapi, ini belum terlalu malam, kok, Mas," sahut Z
Usai berkata begitu, mereka pun langsung menyerang Endrick. Sedangkan Zsalsya, ia berlindung di belakang Endrick dengan ketakutan."Mas, bagaimana ini? Kita di antara para penjahat itu, apa mungkin bisa kabur?" ucapnya dengan nada gemetar ketakutan.Namun, Endrick tidak bisa menenangkan Zsalsya. Saat ini ia sedang fokus melawan dari berbagai serangan yang ditujukan padanya.Rasa lelah membuat Endrick kewalahan. Ia yang sendirian harus melawan sepuluh orang, yang mana sepertinya bukan hanya preman biasa."Kalian pengecut!" umpat Endrick sembari terus melawan."Pengecut atau tidak itu bukan masalah, yang terpenting dari semuanya adalah kemenangan! Tidak peduli jika kenyataannya harus dengan banyak orang!" balas Arzov.Endrick dan Zsalsya tidak terlalu memperhatikan suara itu, sehingga mereka tidak ada yang sadar bahwa salah seorang di antaranya adalah Arzov -- Pria licik yang berambisi untuk mendapatkan sesuatu. Sekalipun itu dengan cara yang tidak benar dan sangat merugikan orang lain
Zsalsya membuka matanya perlahan. Kepalanya masih terasa berat, tangannya sulit digerakkan dengan bebas, bahkan kakinya pun ....Ia melihat ke lantai -- tepatnya ke arah kakinya tersebut. "Siapa yang mengikatku di sini?"Di waktu yang bersamaan, seorang wanita yang sangat ia kenal jelas wajahnya datang ke tempat itu. Itu adalah Kyora. Wanita itu melangkah berlenggak-lenggok dengan pandangan ke arah Zsalsya dan tangan yang terlipat di dada.Ia membungkukkan tubuhnya di depan Zsalsya sampai dua wajah itu saling memandang satu sama lain. "Bagaimana rasanya merebut pria yang seharusnya menjadi milikku?" ucap Kyora.Kedua alisnya bertautan dengan bibir melancip menahan rasa kesal yang menyesakkan dada. "Kamu!? Apa yang kamu mau dariku? Kenapa kamu malah menculikku?!" balas Zsalsya.Dengan segala kebebasan berbicara tanpa ada yang menghalangi, Zsalsya membalas perkataan Kyora yang membuatnya ingin muntah kala melihat wajah wanita yang melakukan hal jahat itu. Zsalsya sendiri pun tidak tahu
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod