Share

Bab 70 Gule Kepala Ikan

Author: yukitahepi
last update Last Updated: 2022-11-22 07:00:43
Hari ini matahari kota Madinah bersinar cerah. Hangat tidak terlalu panas. Membuat hati penghuninya ikut cerah. Kulihat Ummi Maimunah ditemani putri tercinta tengah duduk di ruang keluarga. Di depan mereka televisi layar datar super besar tengah menayangkan kajian langsung kuliah dluha dari masjid Nabawi. Menonton televisi tak lengkap tanpa ditemani camilan, kali ini Ayu sahabatku yang jago masak itu menyajikan Um Ali. Makanan yang dipanggang mirip pudding dengan wangi rempah khas Timur Tengah. Minumnya susu kambing hangat nan lezat.

“Hei, senyum-senyum sendiri. Hati-hati lho!” Gadis Jawa bertubuh tinggi langsing itu mengagetkanku yang tengah mengintip kedua majikan.

“Aku itu suka berkhayal masa tuaku akan seperti Ummi Maimunah. Tak perlu memikirkan lagi mencari nafkah, sehari-harinya hanya melakukan ibadah dan bersantai. Nikmat sekali kelihatannya.”

Aku berkata sambil menerawang. Membandingkan kehidupan majikanku yang serba menyenangkan dengan Ibuku yang serba kesusahan. Di usia senj
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 71 Permintaan Mang Dasep

    “Hahaha kena kamu!” teriakan tertahan Ayu membuatku kaget. Rupanya dia tengah asyik dengan ponselnya. Matanya terus fokus pada layar henpon, sesekali tawanya keluar. Lagi apa sih dia, seru banget kayaknya? Sebenarnya aku penasaran, apa dia lagi main game atau lagi chat sama orang. Tapi rasanya selama kami berteman Ayu tak pernah maen game, berarti kemungkinan kedua.Kuabaikan rasa penasaran pada perilaku sahabatku karena di layar ponsel terlihat nomor kontak adikku. Mungkin dia akan ngasih kabar perkembangan persiapan kuliahnya. Setelah salam aku langsung memberondongnya dengan pertanyaan.“Jadi kamu memutuskan kuliah di mana? Ibu setuju tidak?terus beasiswanya udah dapat belum?”Adik semata wayang yang tingginya melebihiku itu terkikik. “Sabar dong Tetehku sayang. Aku bukan mau ngasih kabar soal kuliah, tapi ada hal lain. Oh iya Ibu sama Yusril sehat, anakmu senang sekali setiap ontinya yang cantik ini mengajak dia ke madrasah. Dia jadi banyak teman dan mulai tertarik membaca IQRO.” L

    Last Updated : 2022-11-23
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 72 Kabar Buruk dari Adik

    Tak terasa sudah setahun aku berada di kota Madinah sebagai perawat. Pekerjaanku berjalan lancar, Ummi Maimunah terbilang sehat untuk ukuran perempuan sepuh seusianya. Nafsu makannya lumayan stabil, beliau juga rajin minum madu dan air zamzam untuk menjaga kesehatannya. Secara berkala dokter keluarga mengecek kesehatan beliau.Lina juga sudah mulai kuliah di jurusan Manajemen Bisnis sesuai cita-citanya. Alhamdulillah guru BK nya berhasil membantu adikku mendapatkan beasiswa. Keadaan Lina yang dari keluarga kurang mampu dan berprestasi membuatnya mudah mendapatkan beasiswa. Warung Ibu juga katanya selalu ramai pembeli sehingga Ibu memiliki kesibukan yang membuatnya melupakan musibah yang menimpanya. “Ibu tak ada waktu untuk menangis, Teh, pembeli datang silih berganti ke warung Ibu, apalagi saat Ibu menjual masakan.” Lina terkekeh.Yusril, anakku kata Lina makin pintar, dia hampir menyelesaikan IQRO 1. “Kecerdasannya menurun dari Ibunya,” kata Lina membuatku tersenyum dikulum. Penjuala

    Last Updated : 2022-11-23
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 73 Malu

    Tak lama kemudian sebagian khadimat keluarga Ummi datang mendahului majikan mereka. Dapur yang luas jadi terasa sesak karena banyaknya orang dan perabotan besar yang keluar. Aroma aneka macam kudapan dengan rempah khas Arab memanjakan penciuman kami. Anehnya meski aromanya beda-beda tapi tak membuat penciuman kami mual. Masya Allah sungguh Maha Kuasa Sang pencipta hidung manusia.Seperti biasa saat berkumpul sesama khadimat, suasana ramai dengan obrolan dan gelak tawa. Seolah melepas rindu dengan kerabat yang sudah lama tak bertemu. Tak perlu jaim alias jaga imej yang membuat pegal.“Paling seneng kalau ngumpul kayak gini, bisa menyalurkan hobi becanda dan membanyol. Setiap hari ngomong Bahasa Arab sama majikan pegal juga haha ….” Celetukan seorang khadimat yang disambut komentar setuju dari yang lain.Ayu sebagai kepala koki sibuk sekali membagi tugas pada pasukannya. Kami menurut karena semua tahu meski usianya muda tadi keahliannya dalam memasak tak perlu diragukan lagi.“Yu, coba k

    Last Updated : 2022-11-24
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 74 Cerita Sahabatku

    Untuk menutupi rasa malu aku masuk toilet meski tak ada hajat yang ingin kutunaikan. Di toilet aku berdiri dan berusaha menetralkan detak jantungku yang tak karuan. Untung saja toilet di rumah majikanku sangat nyaman sehingga aku tak tersiksa harus diam di dalamnya.Jadi ingat anekdot mencari toilet di negaraku. “Buat nyari toilet jangan pakai mata tapi pakai hidung, pasti lebih mudah ketemunya.” Ada-ada aja.Kututup mukaku dengan dua telapak tangan saat sekilas tadi melihat Ummi Maimunah tersenyum geli yang cepat-cepat ditutup tangannya. Beliau pasti tadi melihat kegugupanku. Aduh kayak anak abg aja. Hingga acara berakhir aku selalu berusaha menyibukkan diri di dapur. Entah nyuci piring atau beres-beres. Lebih baik mencuci peralatan yang berat-berat, dari pada harus ke ruangan para majikan dan bertemu Baba Halim atau istrinya. Untunglah teman-teman tak ada yang menyadari masalahku.Malam ini kami tidur larut malam setelah acara selesai dan membereskan semuanya setelah semua tamu pulan

    Last Updated : 2022-11-24
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 75 Firasat

    Pada dasarnya aku penggemar novel, maka tanpa disuruh langsung kudonlot aplikasi menulis incaran sahabatku itu. Bedanya dia akan menjadi penulis sedangkan aku cukup jadi pembaca saja. Bagi-bagi tugas, lumayan buat hiburan selepas lelah bekerja.Ayu merekomendasikan beberapa cerita yang lucu dan menghibur hingga kami terpingkal-pingkal membacanya. Setelahnya lumayan syaraf-syarafku agak mengendur dan siap bekerja melayani majikan.“Udah seger kan sekarang? Mau mulai cerita kenapa kemarin punya mata panda?” Ayu menatapku lembut setelah kami selesai melayani para majikan sarapan dan mereka kembali beristirahat.Aku mengangguk dan menceritakan apa yang Lina sampaikan padaku. Sahabatku menyimak dengan penuh perhatian seolah tengah menimbang kebenaran berita tersebut.“Kamu sebagai istrinya punya firasat seperti apa? Firasat seorang istri itu kan biasanya tajam ya.”Aku menghela napas berat. “Terus terang aku merasa terpuruk karena merasa itu sebuah kebenaran. Tapi aku bingung karena Mas Agi

    Last Updated : 2022-11-25
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 76 Kabar Buruk dari Mertua

    “Sebaiknya Teteh bicara lagi sama Mama. Khawatir lain kali susah nyari waktu yang pas lagi.” Lalu suara Lina berganti suara Mama mertua.. “Maafkan Mama ya, Nak yang tak bisa mendidik anak dengan baik. Mama sungguh malu sama kamu.”“Sebenarnya ada apa ini, Ma? Apa ada rahasia yang Mama ingin sampaikan?” Aku menguatkan diri bertanya hal ini. Khawatir ipar kembar keburu pulang ke rumahnya sebelum Mama bicara.Mama menarik napas panjang, “Iya, La. Suamimu menikah lagi.”Duar!!!Suara Mama yang pelan justru bagai dentuman di telingaku. Bahuku terkulai dan tubuhku melorot ke lantai. Ternyata ini akhir perjuangan dan penantianku. Ayu yang sedari tadi bersamaku langsung memelukku agar tak jatuh. Tangannya mengusap-usap punggungku lembut mencoba menyalurkan kekuatan.“Lala … Lala Sayang … kamu yang kuat ya, Nak. Agi bilang dia sama sekali tak ada niat menyakitimu. Dia melakukan ini justru untuk kehidupan kalian. Kamu tahu kan Agi sulit mendapat pekerjaan setelah di PHK. Suatu saat dia tak seng

    Last Updated : 2022-11-25
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 77 Janji Hati (POV Agi)

    Setelah menganggur setahun akhirnya aku mendapat pekerjaan yang sesuai berkat Mas Adil iparku. Aku merasakan ketulusannya sebagai saudara. Tak pernah dia menghina atau meremehkanku seperti saudara yang lain karena aku menumpang hidup pada mereka. Yang ada setiap bertemu dia mengajak diskusi dan memotivasiku untuk bangkit dari keterpurukan.“Harga diri seorang suami itu ada pada tanggung jawabnya pada keluarga. Kamu harusnya bersyukur punya istri begitu sabar dalam kondisi serba kekurangan. Jangan sampai suatu saat kamu menyesal.” Kalimat bijak dari Mas Adil berhasil membuatku seolah bangun dari tidur panjang.Selama setahun ini memang aku benar-benar terpuruk, pengangguran dan menjadi benalu keluarga. Tidur numpang di rumah Mama dan makan numpang dari saudara. Membuat mentalku down, harga diriku sebagai seorang kepala keluarga rasanya hancur. Dan harga diriku makin tak berbentuk setelah Mas Doni nyaris melecehkan kehormatan Lala istriku. Emosiku sampai na

    Last Updated : 2022-11-26
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 78 Menolong Bos ( POV Agi)

    Suatu hari setelah pulang lembur aku melihat mobil bos parkir di tempat sepi. Dua orang lelaki terlihat menggedor-gedor kaca depan dengan penuh emosi. Aku yakin ada yang tak beres. Kulihat sekeliling, benar-benar sepi. Kalau berteriak pun tak yakin ada yang mendengar. Menghadapi dua penjahat itu sendirian sama saja mengantar nyawa. Otakku berputar keras. Pandanganku tertuju pada sebuah kayu yang tergeletak di jalan, lumayan berat jadi pasti mantap kalau mengenai pelipis. Dengan mengendap-endap kudekati mereka dari belakang. Teriakan minta tolong bosku makin terdengar jelas. Suaranya sarat kepanikan, aku mempercepat langkah.Setelah jarak makin dekat sekuat tenaga kupukulkan kayu itu pada mereka bergantian. Kontan mereka mendelik kaget sambil terhuyung dan berbalik menyerangku. Kini aku yang diserang rasa panik karena sebenarnya aku hanya berbekal nekat. Nuraniku tak bisa tinggal diam melihat seorang perempuan yang ketakutan. Tiba-tiba aku ingat saat Lala

    Last Updated : 2022-11-26

Latest chapter

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 138 Pesantren Gratis dari Suami Sultanku (TAMAT)

    “Aku enggak butuh tanah seluas ini, ya Habibi. Aku tahu uangmu tak berseri. Tapi jangan hamburkan untuk sesuatu yang sia-sia.” Suamiku mengusap-usap tanganku yang memegang lengannya.“Kalau aku tetap mau membelinya, gimana?” senyumnya dengan alis dinaik-turunkan untuk menggodaku.Ah, kadang-kadang sultan Arab ini nyebelin juga. Eh, tapi masa mau dibeliin tanah sepuluh hektar dibilang nyebelin. Tapi buat apa tanah seluas itu coba? Siapa yang mau ngurus?Aku menyimpan nomor ponsel yang tertera atas perintah suamiku tercinta sambil cemberut. Dia malah tertawa sambil mengecup bibirku dan membuat mataku melotot. Kan malu kalau ada orang yang melihat.“Bagaimana menurutmu bila di tempat ini kita bangun sebuah pesantren? Anak-anak akan belajar di sini dengan fasilitas yang baik tanpa dipungut bayaran sepeser pun?”Aku menatap matanya lekat. Itu adalah impian selintasku dulu sekali yang bahkan tak pernah berani kukatakan pada siapa pun. Impian yang muncul saat membaca tentang pesantren tahfidz

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 137 Ratu Sehari, Istri Sultan Selamanya

    Setelah walimah kami memutuskan tinggal di rumah baru kami dengan status visa suami sebagai wisatawan. Setelah masa berlaku bisa hampir habis baru akan kami pikirkan rencana selanjutnya, apakah memperpanjang visa suami atau kami kembali ke kota Madinah. Beliau tak perlu khawatir dengan bisnisnya karena punya beberapa orang kepercayaan. Ada orang yang khusus mengelola hotel, juga ada yang khusus mengelola kebun kurma. Istilahnya mungkin bisnis jalan tapi ownernya jalan-jalan. Ibu, Lina dan Yusril senang sekali bisa berkumpul setiap hari setelah berpisah sekian lama. Rumah kami sekarang selalu hangat dengan kasih sayang dan gelak tawa.“Ucil senang sekali sekarang Ucil bisa main sama Bubu tiap hari. Sama Baba juga Ucil suka main kuda-kudaan.”Anakku selalu riang gembira. Berpindah-pindah dari pangkuanku, ke pangkuan ayah sambungnya, lalu ke pangkuan Ibu, juga ke pangkuan Lina. Dia seolah sedang memuaskan dirinya bermain bersama semua orang yang menyayanginya. Setiap waktu salat dia aka

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 138 Bertemu Mantan Suami di Pelaminan

    Menjelang Ashar tamu masih berdatangan satu-satu. Tapi kami sudah terlalu lelah dan pamit masuk ke rumah untuk beristirahat. Di tenda luar dan ruang tamu masih ada Ibu dan Uwa yang bisa mewakili kami menerima tamu. Kecuali tamu spesial maka kami akan menemuinya sebentar.Saat masuk kamar mataku membola melihat ke arah tempat tidur kami. Besar sekali ukuran kasur ini. Lalu tiba-tiba aku menyadari sesuatu, suamiku yang berbadan lebih tinggi dari orang Indonesia pasti merasa tak nyaman saat tidur di kasurku. aku merasa bersalah tetapi dia tak protes. Subhanallah, manisnya suamiku."Ekhem, sudah tak sabar menunggu malam, ya Habibati? Lihat kasur terus." Sebuah suara dengan nada menggoda berbisik di telingaku membuat wajahku memerah. "Apaan sih, enggak kok. Aku hanya baru sadar kasur di kamarku kecil banget buatmu. Maaf ya, Habibi, aku kurang peka." Suamiku hanya tersenyum. Dia memang selalu tidur lebih akhir dan bangun lebih awal sehingga aku tak menyadarinya."Mari kubantu melepas baju

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 137 Para Gadis yang Antre

    Akhirnya tiba juga hari ini. Menjadi ratu sehari dalam pernikahan kedua. Kami duduk di pelaminan yang didekorasi indah di halaman rumah kami yang luas. Aku mengenakan gaun pengantin putih cantik yang dikirim memakai cargo dari Arab sana. Suamiku yang gagah terlihat makin memesona dalam balutan baju pengantin warna putih senada dengan gaunku. Aku di-make up minimalis saja. Ibu dan Wak Endo duduk mendampingi kami. Yusril bergabung bersama kami sebentar tapi kemudian bosan dan memilih main bersama sepupunya."Istriku cantik sekali, Masya Allah. Inginnya kusembunyikan saja di kamar," komentar suamiku saat melihatku selesai didandani."Aku juga malu sekali buat duduk di pelaminan. Betul katamu, sebaiknya aku ngumpet di kamar.""Haha aku bercanda, ya Habibati. Kita harus tetap duduk untuk menyalami tamu. Seperti adat di sini. Lagi pula kelihatannya tamu-tamu di sini sopan-sopan pakaian dan perilakunya."Panggung hiburan berdiri kokoh di sebelah kanan gerbang. Siapa pun boleh ikut berpartisi

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 136 Kehebohan di Dapur Ibu

    Hari ini merupakan salah satu hari paling bahagia dalam hidup Ibuku, dan melihat kebahagiaan beliau adalah salah satu kebahagiaan terbesarku. Sebenarnya aku malu bila harus dipajang lagi di pelaminan sebagai mempelai. Tetapi Ibu ingin berbagi kebahagiaan kami dengan seluruh warga kampung dan kerabat kami, maka aku pun memenuhi keinginannya dengan mengadakan walimah yang meriah untuk ukuran kami.Dua hari sebelum hari-H Alhamdulillah rumah baru kami sudah selesai dibangun dan siap digunakan untuk resepsi. Masjid kampung kami pun meski belum selesai dibangun tapi sudah nampak bangunan utuhnya yang megah. Sehingga kami tidak terlalu merasa bersalah bila memiliki rumah megah tapi masjid diabaikan.Kami memilih tidak memakai jasa catering, dan memberikan kesempatan pada para tetangga untuk berpartisifasi. Para tetangga pun dengan senang hati berkumpul di dapur Ibu untuk membantu memasak. Kue-kue tradisional yang lezat-lezat memenuhi ruang keluarga rumah kontrakan Ibu sejak malam. Sementara

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 135 Bertemu Mantan Ipar Kembar

    Entah berapa lama aku terjebak di sini hingga tiba-tiba semua orang terdiam dan melihat ke arah yang sama. Aku yang tengah menunduk jadi bingung dan ikut melihat arah tatapan mereka.“Masya Allah Nabi Yusuf lewat.”“Masya Allah ada malaikat di kampung kita.”"Lihat punggungnya, jangan-jangan dia punya sayap."Pria macho dengan wajah ganteng itu kaget sebentar saat melihat gerombolan ibu-ibu, tapi kemudian dengan tenang melewati mereka. Tanpa memandang dan tanpa senyum hanya mengucapkan assalamualaikum dengan suara tegas penuh kharisma. Di Arab sana pasti tak pernah ditemuinya gerombolan ibu-ibu nangkring sore-sore. Aku geleng-geleng kepala saat para ABG putri diam-diam mengambil foto Mister Halim.Menjelang Jum'atan aku sudah siap berangkat bersama Lina menuju rumah mantan mertua. Mengantarkan kartu undangan sebagai alasanku untuk bersilaturahim dengan beliau. Sebenarnya aku kangen sekali dengan mantan mertua yang baik hati itu. Tapi hati selalu bimbang setiap mengingat kemungkinan aka

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 134 Ada Nabi Yusuf di Kampung Kita

    “Jodoh kan takdir. Yang namanya takdir kan kita bisa berikhtiar enggak pasrah gitu aja. Kayaknya enggak mungkin sultan Arab itu tiba-tiba jatuh hati pada, maaf ya, seorang pembantu.”Jleb! Meski benar aku pembantu di negeri orang, tapi tak usahlah sampai ditegaskan begitu. Pembantu juga manusia yang punya hati. Rasanya malas sekali menghadapi tamu tak diundang ini. Sudah mah minta tips yang aneh-aneh eh malah menghina yang diminta tipsnya pula.“Eh, ada de Linda sama Melin, tumben ke mari. Ada hal penting ya?” Ibu masuk dari warung dan langsung menyapa. “Iya nih, Teh, ada yang mau ditanyakan sama Lala, tapi Lalanya kayak enggak mau berbagi ilmu yang dia punya.” Eh, Bi Linda malah ngadu.“Ooh mau minta ilmu jualan kurma mungkin ya? Kasih tahu atuh, Teh.” Aku jadi ingin ketawa lihat ekspresi melongo Bi Linda.“Sebentar ya, Uwa ambilin rujak, Melin suka rujak, kan?’ Ah, ibu yang selalu baik sama semua orang meski orang itu tak pernah menganggapnya.Setelah Ibu ke warung, Bi Linda dan

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 133 Bagi Tips Biar Dinikahi Sultan Arab, Dong!

    “Anak Ibu sama ponakan Ibu sama-sama cantiknya. Apalagi cantiknya keluar dari hati, makinlah keluar aura cantiknya.” Ibu menepuk-nepuk lengan kami. Kulihat Wak Yati tertawa dengan wajah berseri meski juga tak dapat menyembunyikan kelelahan setelah seharian keliling kota.Ucil yang tertidur dalam pelukan Wak Yati menggeliat-geliat. Sepertinya dia kelelahan dan merasa kurang nyaman tidurnya. Akhirnya kami memutuskan untuk segera pulang. Tak lupa mampir sebentar membeli ikan bakar untuk makan malam di rumah. Rasanya hari ini banyak orang bertingkah lucu. Dimulai dengan pagi-pagi ada tamu teman sekolahku. Sebenarnya kami dulu tidak bisa dibilang dekat, dia yang lumayan kaya bergaul dengan teman selevelnya. Entah angina apa yang membawanya kemari. Dia tak sendiir, membawa dua orang temannya yang tinggal di desa sebelah juga katanya. Dan kedua temannya itu masing-masing membawa dua temannya juga. Jadilah pagi ini aku menerima tamu rombongan dadakan yang sebenarnya tak kukenal. Ibu yang men

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 132 Jalan-jalan ke Kota

    Kami sepakat untuk menggunakan jasa WO temannya Lina. Setelah itu kami mengobrolkan banyak hal seputar persiapan walimah. Sebenarnya aku malu harus walimahan yang kedua kali, cukup syukuran keluarga. Tapi suamiku tetap pada pendiriannya ingin mengadakan walimahan sekalian mengenal handai tolan kami katanya. Betul juga sih, kalau mengunjungi satu-satu kapan waktunya. Hari ini kami akan berbelanja kebutuhan walimah ke kota. Aku, Ibu, Lina, Yusril, Wak Yati, dan Imah, Kami menggunakan jasa rental mobil plus sopirnya. Sengaja kami menggunakan mobil yang agak besar karena nanti akan berbelanja cukup banyak. Suamiku yang kaya dan baik hati itu memberikan uang rupiah dalam kartu ATM-ku.“Ajak Ibu dan siapa pun yang Adik mau untuk berbelanja ke kota. Terserah mau belanja apa pun yang Adik inginkan dan butuhkan terutama untuk walimah kita. Kalian bersenang-senanglah sesekali. Makan di restoran, perawatan di salon, apa pun. Abang ingin Adik bahagia dengan keluarga. Seharian ini Abang akan sibu

DMCA.com Protection Status