*****
Leanne sudah turun dari mobil Damian dan masuk ke dalam toko bunganya begitu mobil Damian sudah melaju pergi kembali. "Halo Bos, tendangan mu membuat para lelaki meringis." Ucap Justin ketika Leanne baru saja masuk dan saat ini toko sedang tidak ada pelanggan. Mendengar ucapan Justin tidak heran lagi jika mereka sudah tahu kejadian beberapa saat lalu. Tidak mengherankan dengan zaman sekarang alat komunikasi begitu cepat untuk menyebar luaskan suatu kejadian. Yang membuat Leanne tidak habis pikir di saat hal segenting itu ada saja para oknum yang sempat sempatnya merekam kejadian berbahaya itu. "Harusnya Kakak lebih keras lagi tendangnya. Bila perlu sampai pingsan itu lebih bagus." Sahut Kenny menggebu-gebu yang baru saja keluar dari belakang ruangan sambil membawa pot bunga kecil di tangannya. "Perkataan mu terlalu kejam. Asal kau tau 'itu' adalah kehidupan utama bagi se***** Sebuah mobil baru saja memasuki halaman rumah Damian, yang di mana mobil itu adalah mobil Damian. Setelah memasukkan mobilnya ke garasi mobil-mobilnya. Damian keluar dari mobil setelah mematikan mesin mobilnya. Rapat yang mendadak di adakan hingga membuat Damian harus lembur. Apalagi pekerjaannya bertambah di karenakan ada sedikit permasalahan di perusahaan cabangnya membuat Damian jam 8 malam baru bisa pulang. Damian yang baru memasuki rumahnya merasa heran, karena keadaan rumahnya gelap dan sepi. Ia tahu jika para pekerjanya akan pulang saat jam 5 sore, tapi setelahnya akan ada Leanne yang berada di rumah. Tetapi ini, keadaan rumah seperti tidak ada seorang pun. Sedikit rasa penasarannya Damian muncul ia pun berjalan naik ke arah tangga, lalu melangkahkan kakinya di mana kamar Leanne berada. Tok! Tok! "Leanne, apa kamu di dalam?" Tok! Tok! "Leanne?" Karena tidak ada jawaban dari dalam, dengan memberanikan diri Damian mencoba membuka pintu kamar Leanne yang tidak
***** Damian yang tengah berkutat dengan ponselnya terhenti saat melihat Leanne yang keluar dari kamar mandi dengan kondisi tubuh yang sudah terlihat segar sehabis mandi. Untungnya sebelum masuk ke kamar mandi tadi Leanne sempat membawa pakaian gantinya. Di ruangan ini bukan hanya dia saja seorang tapi sedang ada Damian. "Kamu belum makan 'kan? Ini ku bawakan untuk mu." Ucap Damian mengeluarkan makanan yang tadi ia beli di restoran. "Hm, kebetulan aku sangat lapar." Ucap Leanne dengan tanpa ragu mengambil sekotak makanan dari tangan Damian. "Thank you." Ucap Leanne dan tanpa banyak kata lagi Leanne pun melahap makanannya. Sadar jika dirinya di perhatikan terus Leanne menghentikan suapannya. "Apa dengan melihat ku terus akan membuat mu kenyang, dan makanan mu apa tidak akan kamu makan?" Tanya Leanne sedikit sarkas sambil menunjuk ke arah kotak makan bagian Damian. "Mama menelpon ku menanyakan kabar mu tentang kejadian tadi siang, karena kamu tidak bisa di hubungi dan
MARKAS KODAM lll PUSAKA Udara pagi yang sejuk dari pohon-pohon serta bunga-bunga yang terawat menyegarkan lingkungan area sekitar Kodam lll Pusaka. Meski udara terasa sejuk nan tenang, akan tetapi berbeda halnya untuk satu orang anggota TNI yang saat ini tengah berjalan tergesa-gesa menuju kantornya. Suatu kejadian kecelakaan saat di perjalanan membuat jalan raya menjadi macet tak terkendali dan dirinya harus terlambat masuk ke kantor karena harus menertibkan keadaan sehingga dapat terkondisikan kembali. Padahal hari ini kantornya akan kedatangan tamu dari negara lain. "Mohon lapor Kapten, Danjen dan anggota lainnya sudah berada di ruang rapat." Seorang Lettu yang bername tag Lettu Sakha itu melapor membuat langkahnya terhenti sejenak, sebelum mereka berdua melangkah kembali ke ruang rapat. "Pasti saya sudah terlambat. Apakah tamunya sudah datang?" Tanya Kapten dengan mereka masih berjalan lurus menatap ke arah depan. "Rapat baru saja akan di mulai Kapten. Sudah, Kapte
***** "Agent Athena atau biasa ku panggil Lele?" Sejak kapan kamu menjadi seorang agent?" Mendengar panggilan Sultan yang di lencengkan membuat suasana yang tadi canggung kini terasa menjengkelkan bagi Leanne. "Sudah lama Bang, sejak a—" Ucapan Leanne terhenti saat tangan Sultan yang memberi tanda stop di hadapannya. "Tunggu dulu Le, sebelum kamu menjelaskan kamu yang tiba-tiba aku tahu seorang agent lebih baik kamu jawab pertanyaan Abang." Sela Sultan dan Leanne menepis tangan Sultan, karena di singkirkan membuat Sultan terkekeh malu. "Kenapa ponsel mu sampai sekarang tidak aktif setelah kejadian di mall waktu itu?" Tanya Sultan. "Ponsel ku rusak saat terjatuh di mall, dan yaa aku belum sempat beli." Jelas Leanne. "Ah begitu. Bagaimana jika sekarang kita beli ponsel mu biar Abang yang belikan. Sekalian kamu harus jelaskan pada Abang kenapa kamu bisa jadi seorang agent." Ucap Sultan dengan tiba-tiba saja ia merangkul Leanne dan mengajaknya berjalan keluar dari area mark
***** Leanne dan Sultan saat ini tengah berada di mall dengan Leanne yang sudah membeli ponselnya yang baru. Sebenarnya Leanne tidak begitu membutuhkannya, sebab soal pekerjaan dan panggilan dari orang-orang tertentu saja ia memiliki alat komunikasi lainnya. Namun begitu ia harus membelinya sebagai alat komunikasi dengan mertua, orang tuanya atau Damian dan sekarang Sultan. Apalagi tadi Sultan memaksa Leanne agar ponselnya ia yang belikan saja, namun di tolak Leanne. Sebab Leanne masih mampu hanya sekedar untuk membeli ponsel saja. Mereka yang sudah keluar dari counter ponsel dengan raut wajah Sultan yang terlihat kesal membuat Leanne tersenyum tipis tanpa di sadari Sultan. "Lebih baik uang itu gunakan saja untuk pernikahan Abang. Lagian aku mampu membeli sepuluh ponsel yang seperti ini." Ucap Leanne sedikit sombong membuat Sultan memberikan jentikan jari pada keningnya. "Pernikahan apanya? Pacar saja enggak punya, apalagi calon untuk di nikahi. Kamu itu sudah Abang anggap s
****** Ketika Sultan sudah keluar dari ruangan, Arya menatap Leanne begitu pun sebaliknya tatapan Leanne yang seolah berkata 'ada apa?' "Aku masih tidak percaya jika kamu seorang agent Leanne." Dan ucapan Arya membuat Leanne memasang wajah datarnya karena kejengkelannya pada Arya. "Apa yang membuat mu tidak percaya? Apa perlu aku tunjukkan kartu identitas ku?" Tanya Leanne sarkas karena melihat raut wajah Arya yang seperti menuduhnya berbohong. "Nah itu, mana sini aku mau lihat?" Dan Jawaban Arya membuat Leanne mendengus kesal. Leanne menatap jam tangannya dan ia mulai mengotak atik jam tangan itu yang di mana jam itu bukan hanya jam tangan biasa atau benda itu bisa di bilang semacam smartwatch dengan kecanggihan fitur yang lebih tinggi. Karena Arya yang sejak awal melihat keseriusan Lanne terhadap smartwatch itu di buat berdecak kagum. Ketika sebuah cahaya sensor dari smartwatch itu Leanne arahkan pada kedua bola matanya. Arya yang sudah di buat kagum oleh smartwatch L
***** Liberté Bar tempat di mana saat ini Leanne, Sultan serta tim lainnya sedang melaksanakan misi untuk penangkapan target narkoba serta target bisnis jual beli manusia. Anggota tim A yang beranggotakan Leanne, Sultan dan Lettu Sakha kini mereka tengah melakukan penyamaran sebagai pelanggan bar itu. Mereka sudah masuk layaknya pelanggan yang sering keluar masuk bar itu, meski sempat di tahan oleh penjaga bar karena harus memperlihatkan identitas mereka yang palsu. Lettu Sakha yang sudah terlebih dahulu masuk dan membaur dengan orang-orang lainnya, Sedangkan Leanne dan Sultan mereka berdua duduk di kursi tinggi di depan seorang bartender. "Vodka and cocktail sour apple, please?" Permintaan Leanne dengan suara lembutnya membuat si bartender pria pirang itu semakin terpesona sejak Leanne memasuki bar. Tampilan Leanne yang bisa di bilang sexy dan memukau. Gaun hitam panjang semata kaki yang bertali spaghetti yang terdapat belahan di kaki bagian kanan hingga paha. Membuat ta
***** Damian baru saja tiba di kediamannya pukul 11 malam. Pekerjaan dan masalah perusahaannya membuat ia harus lembur lagi. Suasana rumah yang temaram membuat Damian berpikir jika Leanne sudah tidur. Damian melangkahkan kakinya ke arah tangga berjalan pergi ke kamarnya. Ingin segera membersihkan diri serta langsung merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Damian yang hendak masuk ke kamarnya terhenti saat ia melewati pintu kamar Leanne. Ia ingin melihat Leanne meski Leanne sudah tidur pun. Damian mengetuk pelan pintu sebanyak dua kali memastikan jika Leanne sudah tidur. Tidak ada jawaban sama sekali. Dengan hati-hati Damian membuka pintu dengan pelan agar Leanne tidak mengetahuinya masuk. Ruangan yang sangat gelap membuat Damian heran, meski lampu utama kamar di matikan setidaknya lampu tidur akan menyala dan itu membuat Damian heran karena keadaan ruangan terasa sunyi. Tiba-tiba saja Damian juga merasakan seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Dengan segera Damian