***** Liberté Bar tempat di mana saat ini Leanne, Sultan serta tim lainnya sedang melaksanakan misi untuk penangkapan target narkoba serta target bisnis jual beli manusia. Anggota tim A yang beranggotakan Leanne, Sultan dan Lettu Sakha kini mereka tengah melakukan penyamaran sebagai pelanggan bar itu. Mereka sudah masuk layaknya pelanggan yang sering keluar masuk bar itu, meski sempat di tahan oleh penjaga bar karena harus memperlihatkan identitas mereka yang palsu. Lettu Sakha yang sudah terlebih dahulu masuk dan membaur dengan orang-orang lainnya, Sedangkan Leanne dan Sultan mereka berdua duduk di kursi tinggi di depan seorang bartender. "Vodka and cocktail sour apple, please?" Permintaan Leanne dengan suara lembutnya membuat si bartender pria pirang itu semakin terpesona sejak Leanne memasuki bar. Tampilan Leanne yang bisa di bilang sexy dan memukau. Gaun hitam panjang semata kaki yang bertali spaghetti yang terdapat belahan di kaki bagian kanan hingga paha. Membuat ta
***** Damian baru saja tiba di kediamannya pukul 11 malam. Pekerjaan dan masalah perusahaannya membuat ia harus lembur lagi. Suasana rumah yang temaram membuat Damian berpikir jika Leanne sudah tidur. Damian melangkahkan kakinya ke arah tangga berjalan pergi ke kamarnya. Ingin segera membersihkan diri serta langsung merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Damian yang hendak masuk ke kamarnya terhenti saat ia melewati pintu kamar Leanne. Ia ingin melihat Leanne meski Leanne sudah tidur pun. Damian mengetuk pelan pintu sebanyak dua kali memastikan jika Leanne sudah tidur. Tidak ada jawaban sama sekali. Dengan hati-hati Damian membuka pintu dengan pelan agar Leanne tidak mengetahuinya masuk. Ruangan yang sangat gelap membuat Damian heran, meski lampu utama kamar di matikan setidaknya lampu tidur akan menyala dan itu membuat Damian heran karena keadaan ruangan terasa sunyi. Tiba-tiba saja Damian juga merasakan seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Dengan segera Damian
***** Sadar dirinya sudah tiba di depan rumah dan masih di dalam mobil. Leanne segera keluar dan ia merasakan sedikit perih di kakinya. Melihat luka di betisnya yang sudah terlilit kain kasa membuat Leanne teringat kembali. Jika saja Sultan tidak memberitahu jika ia terluka juga, mungkin sampai saat ini dirinya tidak akan tahu. Keinginannya yang ingin menangkap si target tapi harus gagal serta amarahnya yang melihat anak-anak di sekap untuk di jadikan budak seks membuat Leanne tidak merasakan sakit pada kakinya yang terluka. Leanne berjalan ke arah pintu serta membuka kuncinya dengan pelan. Ia yakin jika Damian sudah pulang dan juga sudah tidur apalagi sekarang sudah jamnya orang tertidur pulas. Leanne yang baru saja masuk ke dalam rumah serta mengunci pintu kembali. Sedikit di buat terkesiap dengan kehadiran Damian yang berada di ujung tangga bawah. Meski ruangan sedikit remang karena cahaya dari lampu accent lighting Leanne tahu jika Damian menatap tajam ke arahnya. Suara tep
***** Damian menghela napas kasarnya, akhirnya ia mengalah. Ia mulai membersihkan, mensterilkan luka di kaki Leanne dengan air hangat yang ia bawa tadi. "Tahan sebentar jika terasa perih." Ucap Damian sambil mengelap kaki Leanne yang terdapat bercak darah. Meski darahnya sudah tidak keluar, tapi tetap saja luka Leanne harus di jahit. "Hm." Gumam Leanne yang masih tidak mau menatap Damian. "Kamu keras kepala Leanne." Ucap Damian sambil menatap Leanne, begitu pun sebaliknya Leanne yang kini menatap Damian. "Aku hanya mencetuskan keinginan ku saja Regan." Ucap Leanne. "Keinginan yang dapat membuat ku khawatir." Gumam Damian dengan ia sudah kembali fokus pada luka Leanne. Meski gumaman Damian terdengar pelan, akan tetapi dapat terdengar oleh Leanne. Dan itu membuat Leanne merasa tidak nyaman. "Jam berapa kamu pulang dari kantor?" Tanya Leanne mengalihkan pembicaraan mereka. Apalagi suasana yang terasa canggung membuatnya tidak nyaman. "Jam 11 malam." Jawab Damian. "
***** Pagi hari Damian sudah siap untuk pergi bekerja ke kantor. Pagi hari ini ada yang berbeda di mana dirinya alih-alih melihat Leanne yang menyiapkan sarapan pagi, akan tetapi ia tidak melihat Leanne. Yang menyiapkan sarapan pun pelayan rumahnya hal itu membuat ia bertanya-tanya. "Di mana Nyonya?" Tanya Damian pada Lastri pembantu paruh baya itu. Tidak heran bagi Lastri kenapa majikannya bertanya seperti itu, karena yang tahu Damian dan Leanne pisah kamar adalah Lastri dan beberapa pelayan yang di mana mereka harus tutup mulut akan hal itu. "Nyonya berada di kamarnya Tuan. Tadi sudah saya antarkan sarapan atas permintaan Nyonya ke kamarnya." Jelas Lastri sopan. Mendengar hal itu Damian terdiam dan Lastri pun undur diri dari hadapannya. Hingga Damian selesai sarapan dan ia pergi ke kantornya pun tak lepas soal memikirkan Leanne. Apalagi setelah pembicaraan mereka yang belum jelas arahnya. Damian yang sudah berada di dalam ruangannya pun tidak dapat berkonsentrasi dengan p
***** NAKARI HOSPITAL UNIVERSITY Rumah sakit mewah bergengsi dengan kecanggihan alat kedokterannya yang terbukti, serta salah satu rumah sakit terbesar di kota ini. Saat ini di mana ada seorang wanita yang tengah berjalan masuk ke gedung berlantai-lantai itu. Setelan kaos putih polos yang di balut dengan kemeja abu kotak-kotak yang di padukan celana denim pendek biru pudar dan juga di lengkapi dengan ankle boot warna hitam. Di mana saat ini gaya berpakaian Leanne seperti itu, tengah berjalan memasuki rumah sakit. Rambut brunette nya di biarkan tergerai indah. Serta kacamata hitam yang bertengger manis pada hidung mancungnya. Kedatangannya ke rumah sakit sudah membuatnya menjadi pusat perhatian. Seorang wanita blasteran yang berpakaian santai serta cara berpakaiannya yang simple tidak menampik jika parasnya di balik sedikit tertutupi kacamata hitam itu sangat cantik. Daya tarik Leanne sangat memikat bagi orang yang menatapnya. Dan tidak sedikit dari mereka yang bertanya-ta
***** Tak berselang lama suara nada dering ponsel pun terdengar. Dimana suara itu berasal dari ponsel Kenny. "Big Boss." Ucap Kenny saat melihat siapa yang meneleponnya sambil menatap ke arah Leanne memberitahukan. 'Big Boss' yang di maksud Kenny itu adalah panggilan kepada Adam. Kenny yang sudah mengangkat panggilan itu dan berbicara dengan Adam, tidak lama Kenny menjauhkan ponsel dari telinganya serta memberikan benda persegi panjang itu ke arah Leanne. Leanne menerima ponsel itu lalu ia pun berkata pada Adam. "Ya?" Tanya Leanne datar. "Jadwalkan hari mu untuk datang ke Amerika." Ucap Adam. "Ada apa?" Tanya Leanne lagi masih dengan raut datarnya. "Ada hal penting yang harus kamu tahu, tentang penyelidikan yang kamu minta waktu itu." Jawab Adam. Mendengar jawaban Adam membuat Leanne terdiam dengan penuh pikiran. Semua itu tidak luput dari pandangan Sultan dan Kenny. "Oke, akan aku kabari kapan aku kesana." Ucap Leanne dan panggilan pun terputus. Leanne mengembalikan
***** Setelah pertemuan tidak terduga di halaman rumah sakit, kini Leanne tengah berada di restoran seberang rumah sakit, duduk berhadapan dengan seseorang yang sudah lama Leanne tunggu kehadirannya sejak dulu. Dan kini Leanne duduk satu meja dengan pria atau lebih tepatnya kekasih Leanne yang telah lama menghilangkan diri. Kehadiran pria di hadapannya membuat Leanne bahagia karena telah di pertemukan kembali setelah sekian lamanya. Namun pertemuan ini juga bersamaan dengan rasa kecewa Leanne dengan kenyataan pahit yang baru Leanne ketahui. Tidak jauh dari meja Leanne, di sana mereka Ayumi serta Naomi ibu dan anak itu duduk satu meja. Membuat Leanne tersadarkan akan kenyataan bahwa mereka adalah bagian hidup dari pria di hadapannya. Yang saat ini menatapnya dalam diam. Pria yang Leanne cintai yang dia tunggu selama ini ternyata sudah berkeluarga. Memiliki kehidupan baru tanpa ada dirinya. Sia-sia selama ini Leanne menunggu pria itu untuk kembali padanya lagi, nyatanya pria i