***** Setelah pertemuan tidak terduga di halaman rumah sakit, kini Leanne tengah berada di restoran seberang rumah sakit, duduk berhadapan dengan seseorang yang sudah lama Leanne tunggu kehadirannya sejak dulu. Dan kini Leanne duduk satu meja dengan pria atau lebih tepatnya kekasih Leanne yang telah lama menghilangkan diri. Kehadiran pria di hadapannya membuat Leanne bahagia karena telah di pertemukan kembali setelah sekian lamanya. Namun pertemuan ini juga bersamaan dengan rasa kecewa Leanne dengan kenyataan pahit yang baru Leanne ketahui. Tidak jauh dari meja Leanne, di sana mereka Ayumi serta Naomi ibu dan anak itu duduk satu meja. Membuat Leanne tersadarkan akan kenyataan bahwa mereka adalah bagian hidup dari pria di hadapannya. Yang saat ini menatapnya dalam diam. Pria yang Leanne cintai yang dia tunggu selama ini ternyata sudah berkeluarga. Memiliki kehidupan baru tanpa ada dirinya. Sia-sia selama ini Leanne menunggu pria itu untuk kembali padanya lagi, nyatanya pria i
***** Setelah mendengar perkataan Rai di mana Leanne harus melupakan Raigan saudara kembarnya sendiri. Leanne segera beranjak dari restoran tanpa mau mendengar hal-hal lainnya lagi yang akan membuat hatinya hancur. Dan sekarang, saat ini Leanne sudah berada di toko bunganya sedang berada di ruang kerjanya. Leanne memegang sebuah figura yang baru saja ia keluarkan dari laci. Di mana figura itu ada sepasang kekasih yang terlihat bahagia di balik sebuah potret kamera, Leanne dan Raigan. Foto itu memperlihatkan kemesraan Leanne yang tengah duduk di pangkuan Raigan sambil mengecup rahang tegas Raigan yang menawan. Raigan sendiri memeluk Leanne begitu erat, serta senyum Raigan yang cerah nan hangatnya yang sangat menggetarkan hati, ia tampilkan ke arah kamera. Pelukan hangat itu terasa Leanne rasakan hingga saat ini. Foto itu di ambil setelah 10 bulan lamanya mereka menjadi sepasang kekasih. Di balkon apartemen Leanne dulu. Saat musim semi yang saat itu mereka tengah menikmati masa c
***** Sarah begitu terbuai dengan perlakuan Damian, dan Sarah pikir Damian sangat mempercayainya. Namun semua itu hanya sejenak, sebab setelahnya suara pekikan keras keluar dari bibir Sarah. "AAARRRGGGGHHHHHH!!! DAMIAN SAKIT!!" Pekikan sakit itu karena rambut Sarah yang di cengkeram oleh Damian sangat kuat sehingga membuat wajah Sarah mendongak ke atas. "Sudah ketahuan kau masih saja mengelak. Kau pikir aku bodoh, heh?!! Jangan kau pikir aku yang selalu lembut padamu, hingga tidak akan bisa menyakiti mu. Kau salah Sarah. Justru aku akan membuat hidupmu menderita karena sudah mengkhianati ku. Kau tidak tahu siapa aku sebenarnya. Kau hanyalah wanita pengeruk harta yang tidak tahu diri. Menginginkan harta ku agar bisa hidup bahagia dengan kekasih mu yang lain. Kau lebih hina dari seorang pelacur." Ucapan sadis Damian sangat menusuk hati Sarah. Damian melepaskan cengkeramannya pada rambut Sarah dengan kasar, sehingga membuat Sarah jatuh terduduk ke lantai dengan begitu keras.
***** Sudah dua puluh menit berlalu, sambil menunggu Leanne bersiap-siap Damian masih di ruang kerjanya tengah mengecek beberapa dokumen. Sampai sebuah ketukan pintu dari luar terdengar membuat Damian menghentikan pekerjaannya. "Masuk." Sahut Damian, lalu setelah itu pintu pun terbuka. Di mana saat ini menampilkan Leanne yang sudah fresh sehabis mandi. Untuk beberapa saat Damian di buat bergeming dengan penampilan Leanne saat ini. Leanne yang mengenakan dress selutut bermotif bunga-bunga hitam biru yang tanpa lengan kini sangat terlihat feminim. Karena tidak biasanya Leanne memakai dress jika bukan karena acara formal. Namun saat ini cara berpakaian Leanne yang sederhana namun terlihat anggun membuat Damian terpesona dengan kecantikan Leanne yang memancar. Meski Leanne memoleskan make up nya secara natural. Namun harus Damian akui tanpa polesan make up pun Leanne sudah terlihat sangat cantik. Leanne yang berada di ambang pintu berucap. "Oh, apa kamu sedang bekerja?"
***** Leanne pun mulai makan makanannya tanpa harus mengajak Damian terlebih dahulu, karena ia sendiri sudah lapar sejak tadi. Damian yang melihat hal itu pun segera ikut melahap makanannya juga. Meski perutnya lapar, akan tetapi pikirannya melalang buana dengan niatnya yang akan ia ucapkan nanti. Suara dentingan dari alat makan yang menemani keheningan mereka saat makan hingga selesai. Hingga Leanne selesai minum serta membersihkan sudut bibirnya dengan serbet kecil. Begitupun dengan Damian yang sudah menyelesaikan makanannya juga. Mereka saling bertatapan, saling menelisik dari mata satu sama lain untuk mengetahui apa yang tengah di pikirkan. Hingga suara Damian yang mulai memecahkan suasana keheningan di antara mereka terlebih dahulu. "Pertanyaan ku hampir sama seperti sebelumnya, namun saat ini aku akan memperjelas keinginan ku. Leanne, bisakah kita memulai semuanya dari awal membuat rumah tangga kita yang sesungguhnya tanpa adanya batas pernikahan lagi?" Ucapan Dami
***** Tidak ada pembicaraan lagi di antara mereka. Suasana mobil kembali hening. Melihat sikap Leanne yang tidak ingin di ajak berbicara pun membuat Damian harus menelan kata-katanya. Damian tidak ingin jika memaksakan keinginannya malah terjadi sesuatu yang akan membuat mereka canggung. Mereka pun tiba di rumah dan ke kamar masing-masing. Hari sudah tengah malam, namun Leanne masih belum memejamkan matanya dan malah berdiri di dekat jendela dengan begitu banyaknya pikiran-pikiran yang masih terlintas di kepalanya. Sehingga ia masih terjaga walau hari sudah mau masuk dini hari. Leanne mengakhiri lamunannya, ia berbalik ke arah ranjangnya dan berniat mengambil air minum yang berada di atas nakas, namun sayang airnya telah habis ia minum. Leanne pun beranjak keluar dari kamarnya untuk mengambil air minum ke dapur. Lampu rumah yang sebagian sudah di matikan tidak membuat Leanne menyalakannya, ia masih bisa melihat dari lampu dinding yang di buat redup. Setibanya Leanne d
***** Gerakan menarik Leanne ke dalam pelukannya begitu cepat serta mencium Leanne dengan tempo yang terburu-buru. Leanne yang syok dengan pergerakan Damian yang begitu cepat membuatnya membatu. Pikirannya kosong masih mencerna apa yang saat ini tengah terjadi. Namun saat tengkuknya di tekan untuk memperdalam ciuman, ia sadar dan menjauhkan diri hingga ciuman sepihak itu terlepas. "Apa yang kau—emm...... Regan." Namun belum usai Leanne berkata Damian sudah menyosor bibirnya kembali. Leanne berusaha berucap yang nyatanya sia-sia saja. Pelukan Damian yang erat hingga mengunci kedua tangannya membuat Leanne berhenti berontak. Hingga lama kelamaan jika dirinya mulai terbawa arus oleh ciuman Damian hal itu di sadari olehnya. Leanne tidak bisa menampik dan berbohong jika ia mulai menikmatinya dan perlahan mulai membalas ciuman Damian. Damian tersenyum di sela-sela ciuman mereka, karena merasakan Leanne yang membalas ciumannya. Sehingga tanpa ragu lagi Damian mulai memperdalam ciuman
***** Leanne mengalihkan pandangannya saat Anita berbicara kembali. "Ibu sudah tidak sabar menunggu kehadirannya." Harap Anita yang langsung mendapatkan elusan di punggung tangannya oleh Harris. "Anne," Suara Harris yang memanggilnya membuat Leanne menatap ke arahnya. "Mungkin ini terlalu cepat untuk Ayah katakan, tetapi Ayah harap kamu bisa menerimanya dan juga mengelolanya de—" "Apa itu?" Sela Leanne yang memotong ucapan Harris karena Leanne sendiri enggan untuk berbelit-belit. "Ayah ingin kamu meneruskan perusahaan Ay—" "Tidak bisa." Dan lagi-lagi Leanne menyela ucapan Harris untuk yang kedua kalinya membuat Damian menatap istrinya untuk memperingati sebab Leanne sudah bertindak tidak sopan kepada orangtuanya. Namun Leanne tetaplah Leanne ia tidak memperdulikan tatapan peringatan dari Damian. "Kenapa? Kamu anak ku satu-satunya Anne. Siapa lagi yang akan meneruskan perusahaan Ayah kalau bukan kamu." Tanya Harris sedikit kecewa dan ia tidak mempermasalahkan Lean