Share

Apa Mas Boleh Nikah Lagi?

“Ada apa Mas?”

“Mengapa Mas bertanya begini? Apa yang terjadi?” 

Suaraku hampir saja tidak terdengar. Semuanya bercampur dengan tangisan. Dadaku sangat sakit. Aku tidak bisa merasakan apapun. Segala sakit ini menguasai tubuhku. Aku bingung harus berbuat apa, aku bingung harus berkata apa.

“Maafkan aku, Bulan!”

Mas Bayu memelukku. Aku terus menangis di dalam pelukannya. Tidak ada senyuman terukir di wajahku. Aku sangat ketakutan sekarang.

“Ada apa Mas?”

Aku segera mendekatkan wajahku. Mas Bayu terdiam membisu. Dia mengecup keningku lalu bergegas untuk terlelap tidur. Dia memunggungiku tanpa menjawab pertanyaanku lagi.

Aku ingin menunjukan pakaian terindah yang selalu aku gunakan untuk memanjakan matanya. Namun, malam ini menjadi malam yang kalud. Tidak ada yang bisa aku lakukan. 

Aku terus menangis sambil mengigit bibir bawahku. Aku berusaha menahan sesak di dada. Aku tidak ingin tangisanku terdengar olehnya. Aku berusaha untuk menahan semua sesak di dada sambil menangis secara diam-diam.

“Mengapa dia meminta menikah lagi?”

“Apa yang terjadi dengan Mas Bayu?” pikirku.

Aku terlelap tidur dan paginya, kepalaku sakit. Saat aku terbangun, Mas Bayu sudah tidak ada di sampingku. Aku bergegas menuju dapur dan menatap bibi Sri yang sedang menyediakan sarapan untuk kami.

“Mas Bayu ke mana?” tanyaku. 

“Tidak tahu, Non Bulan,” jawabnya. Aku menghela napas panjang. Aku kemudian kembali ke dalam kamar. Aku menatap tubuhku dari pantulan cermin. Malam kemarin, aku memakai piyama pink kesukaan Mas Bayu. Tapi, entah mengapa lelaki itu tampak tidak tertarik lagi.

“Apa yang terjadi?”

“Mas Bayu selingkuh?”

Aku berusaha menepis semua hal itu. Tidak mungkin, tidak mungkin suamiku selingkuh. Mungkin saja Mas Bayu sedang membuat kejutan kepadaku. Seminggu lagi adalah hari ulang tahunku dan Mas Bayu selalu membuat kejutan untukku.

Aku berjalan ke dalam kamar, di dalam kamar aku duduk di depan meja rias sambil menatap wajahku. Umur 28 tahun, sudah lima tahun pernikahan kami. Apa Mas Bayu bosan kepadaku? Pikirku kemudian.

“Tidak, tidak, mungkin saja dia sedang membuat kejutan, Bulan!” batinku. 

Aku menanamkan di dalam diriku bahwa Mas Bayu tidak mungkin selingkuh. Dia lelaki setia dan bahkan setiap hari dia mengatakan bahwa dia berbahagia bersamaku. Mas Bayu sering terang-terangan meminta haknya dan membuat kami merasakan kehangatan cinta. Pergulatan panas itu menyatukan kami berdua.

Dring!

Suara ponsel itu berbunyi. Aku segera mengambil ponselku dan meletakkan di samping telinga. Mas Bayu meneleponku dan aku segera mengangkatnya.

“Mas!” ucapku.

“Bulan, maafkan mas tadi pagi tidak membangunkanmu, mas tadi segera ke kantor, sayang."

“Kemarin malam kenapa Mas mengatakan hal itu?” tanyaku. Kepalaku dihantui kata-kata Mas Bayu. Lelaki itu terdiam cukup lama.

“Bulan, maafkan mas yah,” ucapnya.

“Maaf karena apa Mas?” 

Aku butuh jawaban dari Mas Bayu secepatnya. Aku ingin menghilangkah segala kecurigaan di hatiku.

“Mas akan jelaskan malam ini, mas janji denganmu!”

***

Seharian di rumah, aku sama sekali tidak tenang. Aku berjalan mondar-mandir di depan cermin kamar sambil memikirkan Mas Bayu. Apa benar dia selingkuh?

Aku menghubungi sahabatku Yuni, dia adalah sahabat Mas Bayu. Yuni sangat mengenal kami. Dari dulu, Yuni yang tahu jalan cerita kami. Yuni penghubung antara aku dan Mas Bayu saat masih kuliah dulu.

“Halo, Bulan?”

“Ada apa?”

“Kebetulan sekali kamu menelepon?” tanyanya segera. Aku duduk di depan jendela kamar sambil memikirkan kata-kata yang tepat.

“Yuni, aku bingung.”

“Ada apa? Mas Bayu lagi?” tebaknya.

“Dia keluar dinas lagi? Dia kan arsitektur, jadi Mas Bayu memang punya proyek yang besar. Kamu kenapa sih?"

Aku menghela napas panjang. Bukan, bukan karena ditinggal pergi lagi. Tapi, lebih dari itu.

“Yuni, Mas Bayu minta nikah lagi?” ucapku pelan.

“APA?”

“NIKAH?”

“Kamu nggak salah dengarkan, Bulan?”  

Yuni sama kagetnya denganku. Aku menghela napas kasar di udara. Aku mengusap wajahku sambil terus menenangkan diri.

“Iya,” jawabku memperjelas.

“Ah, mungkin saja Mas Bayu itu lagi iseng, kan dia selalu membuat kejutan untukmu. Ingat kan, waktu kita mau ke Paris, dia juga selalu godain kamu lalu bilang dia terjatuh dan nggak bisa ikut denganmu di Paris.”

“Nggak mungkin Mas Bayu bilang begitu, dia sangat cinta denganmu, Bulan!” ucap Yuni.

Siapa pun yang menjadi sahabat Mas Bayu akan mengatakan demikian. Aku ingat waktu di depan kelas kampus, Mas Bayu berteriak dan mengatakan bahwa tidak ada yang boleh mendekati Bulan selain dirinya.

Aku juga ingat saat Alex mendekatiku dan Mas Bayu segera menghampiri lelaki itu dan mengatakan bahwa aku miliknya. Aku juga ingat waktu saat Mas Bayu berusaha mendapatkan restu ayahku. Dia berdiri di depan rumah saat ayahku mengusirnya.

“Uhft!”

Aku menghela napas panjang. Semua memori itu tiba-tiba terputar di kepalaku. Aku yakin, Mas Bayu tidak sejahat itu menduakanku. Mungkin saja ada kejutan indah setelah ini.

“Tenang dulu, Bulan. Aku yakin dia tidak akan macam-macam!”

“Kamu tenang yah dan ceritakan apa masalahnya. Pokoknya nanti malam, kamu dandan yang cantik dan segera tanyakan kepada Mas Bayu!” ucap Yuni.

“Oke,” jawabku.

“Jangan panik dulu yah, aku yakin Mas Bayu hanya iseng saja.”

“Aku sudah dulu yah, mau kerja lagi!” ucap Yuni. Aku menghela napas lega saat mendengarkan suara Yuni. Yuni adalah sahabat Mas Bayu dan dia sangat tahu tentang Mas Bayu.

Aku meletakkan ponselku di atas meja rias. Aku memeriksa tas kerja Mas Bayu. Aku mencoba mencari beberapa hal. “Tidak mungkin, tidak mungkin Mas Bayu selingkuh!” batinku lirih.

Aku menatap beberapa berkas dan tampak tidak mencurigakan. Tidak ada barang-barang aneh di dalam tas Mas Bayu. Aku selalu membaca novel mengenai suami yang berselingkuh, tetapi di tas Mas Bayu, tidak ada yang menunjukan ke arah perselingkuhan.

Aku meletakkan tas kerja itu lagi sambil duduk di meja kerja Mas Bayu dan mencari beberapa hal. Aku membuka lemari Mas Bayu, tidak ada hal yang mencurigakan. Tidak ada tanda bekas lipstick di baju suamiku. Tidak ada bau parfum wanita lain.

“Tapi apa? Apa yang membuat Mas Bayu ingin menikah lagi?”

Pukul lima sore, aku menunggu Mas Bayu di depan rumah. Aku ingin menunjukan wajah ceria kepadanya. Aku berusaha menepis pikiran buruk yang bersarang di kepalaku sejak semalam.

Beberapa menit kemudian, mobil Mas Bayu masuk ke dalam garasi. Aku segera memeluk Mas Bayu saat suamiku itu turun dari mobil.

“Tumben nunggu mas di sini?”

Mas Bayu segera memelukku. Aku hanya mencoba tersenyum. “Mas, Bulan mau bicara beberapa hal.”

“Apa?” tanyanya. Aku mengengam tangannya menuju ruang keluarga. Rumah kami cukup luas sehingga Mas Bayu membuat satu ruangan khusus untuk anak-anak kami kelak.

Mas Bayu duduk di depanku. Dia menatapku dengan intens. “Bulan, mas minta maaf!”

“Mas selingkuh?” tanyaku segera. Aku bergegas mengatakan hal itu. Aku tidak ingin lagi menerka-nerka. Mas Bayu menundukan kepala ke bawah. Aku semakin takut, darahku berdesir dan tubuhku menegang. Namun, jika tidak mendapatkan jawaban hari ini, apa yang akan terjadi?

“Mas selingkuh?” ulangku. Mas Bayu terdiam, mataku tiba-tiba panas dan beberapa detik kemudian, butiran bening itu meluncur tanpa komando.

“Bulan …,”

“Maafkan mas, mas tidak bisa menahannya!”

Bagai tersambar petir, aku menangis sejadi-jadinya. Mas Bayu menatapku dan spontan memelukku. Aku menepis pegangan tangannya. Kaget, syok dan semua bercampur menjadi satu.

“Maafkan mas Bulan, mas tidak akan mengulangi hal itu lagi. Mas …,”

Mas Bayu terus memberikan penjelasan. Aku tidak bisa mendengarkannya lagi. Aku duduk sambil memeluk lututku. Dadaku sangat sakit. Air mataku terus mengalir. Ya, dia selingkuh. Mas Bayu selingkuh. Lelaki yang berjanji akan setia kepadaku ternyata menghianatiku.

“Mas sudah lakukan apa saja?”

“Siapa dia?”

Mas Bayu menghela napas panjang. Dia menyenderkan tubuhnya di sofa sambil memijit pelipisnya. 

“Mas!” hardikku. Aku hampir gila!

Aku menunggu jawabannya. Siapa perempuan yang menjadi tempatnya bersingga selama ini?

“Namanya Zara."

“Dia adalah rekan bisnis mas dan mas …,” kata-katanya terjeda. 

Aku mencoba menguatkan diri. Aku mengepal tangaku dengan kuat. Aku berusaha terlihat kuat meskipun saat ini aku rapuh. Perempuan mana yang tidak sakit mendengarkan perselingkuhan suaminya? Lelaki yang sangat dicintainya. Lelaki yang menemaninya selama puluhan tahun.

“Bulan …,”

“Zara adalah teman mas, sahabat mas juga sebelum bertemu denganmu di Bandung dulu."

Dia melanjutkan kata-katanya. Aku terus menangis. Mas Bayu ingin memelukku namun aku bergegas menepis setiap sentuhannya. Bibi Sri pasti mendengarkan keributan di ruang keluarga. Tangisanku dan teriakanku mengelegar di ruangan ini.

“Mas hanya dekat, nggak sampai berbuat aneh!”

“Makanya mas minta maaf, karena mas sempat bersama Zara dan membohongimu,” jelasnya lagi. 

Mas Bayu berusaha memelukku walaupun aku memberontak.

“Mas tidak ingin jahat denganmu, Bulan.”

“Saat aku dan Zara berdua, aku mengingatmu.”

“Makanya, mas jujur sekarang!” 

Aku terisak menangis di dalam pelukannya. Aku mencoba mewaraskan pikiranku. “Aku dan dia hanya berpegangan tangan. Aku dan dia tidak melakukan yang lain,” sambungnya lagi.

“Makanya mas ingin menikahi dia? Begitu?” teriakku. Mas Bayu menggelengkan kepala. Dia terus memelukku dengan erat dan aku memberontak.

“Maafkan mas yah, mas tidak ingin melukaiku!”

Perlahan suaranya serak. Tanpa sadar, Mas Bayu menangis. Dia memelukku dan terus meminta maaf. Aku tiba-tiba iba kepadanya. Dia terus memelukku dan suara tangisannya begitu jelas terdengar. Aku pernah melihat Mas Bayu menangis saat aku sakit, dan kini aku melihatnya lagi.

“Maafkan mas Bulan, mas tidak akan melukaimu lagi,” ucapnya dalam isak tangisan.

Bersambung …

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
yakin hubungan suami mu belum terlalu jauh?? kamu ngapain cuman di rumah saja dan melipat ijazahmu jadi g berguna. kenapa g kamu ikuti suami mu tugas keluar kota?? percuma ijazah magister mu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status