Aku mengusap wajahku frustasi. Tangisanku terus mengema di dalam kamar. Aku bingung harus berbuat apa. Sampai pukul lima sore, Mas Bayu belum meneleponku. Ibu mertuaku pun belum juga pulang. Apa dia mengetahui hal ini?“Atau ibu mertuaku bersama perempuan sialan itu?” Aku terus menerka-nerka. Bayangan Mas Bayu sedang bercinta terus terputar di memori otakku. Dadaku terasa sesak hingga aku sulit bernapas. Aku mencoba menghubungi Yuni. Aku butuh teman cerita saat ini. Aku butuh teman untuk menemaniku. “Halo.”“Bulan, ada apa? Mengapa suaramu berbeda?” Yuni panik mendengarkanku. Aku terus menangis di dalam sambungan telepon. Yuni semakin panik. “Bulan, tenang dulu. Ada apa?” serunya lagi. Aku mencoba menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Memberikan sedikit udara di kerongkonganku yang terasa sesak.“Mas Bayu, dia selingkuh Yuni!” “Bulan, kau percaya Mas Bayu selingkuh?” tukasnya. Hanya isak tangisanku yang menjadi jawabanku. Aku benar-benar sakit. Aku tidak bisa
Aku berusaha untuk tenang selama di dalam mobil. Air mataku terjatuh. Sesampai di rumah, aku melihat mobil Mas Bayu. Rupanya Mas Bayu sudah pulang. Aku berjalan menghampirinya. Mas Bayu tersenyum menatapku. Aku tidak membalas senyumannya. Lelaki itu berpura baik-baik saja padahal aku hampir mati memikirkan semua ini. “Bulan,” panggilnya. “Duduk di sini, ada yang mas mau katakan,” jawabnya kemudian. Aku duduk di depan Mas Bayu. Dia terus menatapku. Sesekali Mas Bayu menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia memandangiku dengan serius. “Maafkan mas.”Kata pertama yang keluar dari mulut manisnya. Sama seperti janji manisnya saat itu. “Mas tidak ingin kamu terluka lebih banyak lagi, Bulan.”“Mas sama sekali tidak bisa menahan godaan ini, mas khilaf.” Mas Bayu menunduk ke bawah. Ku kepal tanganku dengan kuat. Aku berusaha tenang mendengarkan ucapannya. “Mas tidak bisa meninggalkan Zara, sama sepertimu.”“Mas tidak bisa memilih diantara kalian berdua,” jawabnya. Aku
Aku sulit terlelap tidur. Aku terus menangis di bawah tumpukan bantal. Dadaku terasa sesak. Ini adalah mimpi buruk. Mimpi buruk yang sama sekali tidak aku harapkan.“Bulan, kamu harus berjuang. Jangan pernah maafkan Mas Bayu, dia bercinta dengan perempuan lain!”“Dia bercinta dengan perempuan lain!” Aku berusaha menguatkan diriku sendiri malam ini.Mas Bayu benar-benar kurang ajar. Apa dia tidak tahu bagaimana perasaanku saat ini? Aku hancur, aku terluka. Aku benar-benar tidak bisa berpikir apapun sekarang. Dadaku terasa sesak bahkan aku sangat sulit untuk bernapas.Dari tadi sore, ibu dan ayah berusaha menghubungiku. Namun, aku belum mengangkat telepon dari mereka. Aku tidak kuasa menjelaskan bagaimana Mas Bayu menghianatiku.Klek~Pintu tiba-tiba terbuka. Aku spontan menutup seluruh tubuhku dengan selimut. Langkah kaki itu jelas terdengar. Perlahan, Mas Bayu naik di atas tempat tidur.“Bulan?” panggilnya. Aku tidak bersuara. Aku ingin berteriak di depannya namun aku tidak punya tenag
Apa rasanya melihat sang suami sedang bercinta dengan perempuan lain? Bagaikan mimpi buruk. Aku tidak pernah berpikir jika Mas Bayu akan melakukan hal itu. Tapi, kenyataan menyadarkanku. Di depan mataku sendiri, aku melihatnya. Saling mendesah dalam kenikmatan cinta yang semu.Dia berselingkuh. Air mataku terjatuh lagi. Dadaku terasa sesak. Di ruangan serba putih itu, aku terus menangis.Hening.Tidak ada yang menghampiriku. Siapa yang membawahku ke sini? Apa yang terjadi? Otakku bahkan tidak bekerja dengan baik lagi. Aku rasa, sekarang aku sudah gila.“Bulan!” Dari arah pintu, Yuni berlari menghampiriku. Aku membuang pandangan. Aku tidak ingin menatapnya. Dia dan Mas Bayu sama saja. Para penghianat yang menutupi aksi bejat ini.“Aku nggak tahu jika Bayu berselingkuh sejauh ini.”“Aku hanya tahu jika dia menyukai perempuan lain. Aku sudah melarangnya. Aku sudah berusaha untuk menasehatinya. Dia akan datang ke sini.”“Tadi kamu pingsan, secepat mungkin aku bawah ke sini.”Yuni berusaha
Dua hari tidak bertemu Mas Bayu, aku merasa lebih baik seperti ini. Melihatnya membuatku marah.“Bulan, apa kamu sudah siap menyandang status janda?” tanya ibu. Dia tiba-tiba berdiri di depan pintu. Menatapku dengan ekspresi nanar. Penuh tanda tanya di wajahnya.“Aku sudah siap ibu, apa salahnya?” jawabku.Aku mengambil ponsel. Ku lihat ada sepuluh panggilan tidak terjawab dari Mas Bayu. Ah, lelaki itu masih punya nyali untuk menghubungiku saat ini.“Apa tidak malu?”Aku menggelengkan kepala. Untuk saat ini, semua orang akan menertawaiku. Semua orang akan menghinakan statusku. Bahkan saat aku keluar rumah, beberapa tetangga sudah mulai bertanya.“Aku tidak malu, dari pada aku harus bersama Mas Bayu dalam kebohongan. Aku tidak mau!” ucapku segera. Air mataku terjatuh. Namun secepat mungkin aku menyekanya. Aku tidak ingin ibu melihatku menangis. Aku tidak ingin!“Tapi Bulan, kamu masih muda. Semua orang akan bertanya-tanya, bahkan beberapa tetangga sudah bertanya mengenai semua ini.“Aku
Mengakhiri semuanya adalah pilihan terbaik. Aku tidak mampu berdiri dan mengatakan aku kuat menghadapi semua ini. Sejatinya, aku sedang rapuh. Aku hanya berpura-pura kuat.Aku menyendiri di Bogor. Tidak bertemu siapa pun adalah pilihan terbaik. Aku tidak bisa menghadapi semua ini sendiri.Yuni menemaniku. Dia meminta maaf atas perbuatannya. Dari dulu, dia ingin menjelaskan kepadaku mengenai perilaku Mas Bayu yang menyimpang.Ah, semua sudah terjadi. Membentak dan memarahinya itu akan sia-sia saja.“Apa kamu masih marah, Bulan?” tanyanya. Wajahnya sedikit cemas. “Aku hanya kecewa dengan Mas Bayu. Jika kita lihat ke belakang, aku sudah melakukan banyak hal untuknya. Bahkan aku memutuskan untuk tidak bekerja demi dirinya. Aku terlalu berharap kepadanya. Tanpa tahu, dia bermain di belakangku.”Aku menunduk, bola mataku kembali memanas.“Sudah, jangan dipikirkan lagi. Sebaiknya kamu mulai menata hidup."“Iya, tapi aku bingung, harus memulai apa? Aku tidak memiliki keahlian.”Membayangkan a
“Bulan?”“Bulan sayang?”Suara itu samar-samar mengema. Aku membuka mataku perlahan. Ibu menatapku dengan serius. Wajahnya terlihat sedih. Aku menyesal telah membuatnya seperti ini. “Bulan, tenangkan dirimu.”“Aku tahu ini sangat menyakitkan, namun kesehatanmu lebih baik dari segalanya. Kamu tidak ingin ayahmu terluka lebih jauh lagi, bukan?” Aku mengangguk. Aku sangat sulit berbicara. Dadaku sesak. Ku pejamkan mataku, butiran bening itu seakan tumpah seketika. Rasanya sangat sakit dan aku dipaksa untuk menikmatinya.“Yuni dan dokter Dimas sudah memeriksamu tadi.”“Ibu cemas, ibu cemas dengan hasilnya.” Ibu terus mengengam tanganku. Dia menangis di depanku. Rasanya sangat berat seperti ini. Mas Bayu harus bertanggung jawab. Dia harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah dilakukan kepadaku. Yuni segera masuk. Dia menunduk ke bawah. Wajahnya terlihat panik. Aku memandanginya dengan sorot mata tajam. Kuharap dia memberitahukan berita gembira saat ini. Yuni duduk di sampingku. Dia
Tangan kekar itu menarikku secara paksa dan membuat tubuhku terjatuh begitu saja. “Kenapa berdiri di sini?”“Saya berlari dari mobil untuk menarikmu, kamu bisa terjatuh ke bawah!”Aku terus menangis dan tidak peduli apapun yang dikatakan lelaki itu. Dia sangat cerewet.“Aku mau jatuh saja!” rancauku. Aku frustasi. Aku tidak bisa berpikir apapun saat ini. “Terserah jika ingin jatuh di bawah sungai itu, saya tidak masalah tapi jangan bunuh diri dihadapan saya!” Aku bisa merasakan dia memundurkan tubuhnya setelah mengengamku dengan erat.“Pergi saja!” bentakku. Lelaki itu menggeleng. Dia berjalan menuju mobil hitamnya yang diparkir lumayan jauh dari jembatan. “Saya berniat baik, menyelamatkan kamu. Apa ada masalah? Tidak sepatutnya terjun bebas ke situ!” “Aku tidak peduli!” teriakku. Lelaki itu masuk ke dalam mobil dan bergegas pergi. “Terserah!” ucapnya dengan nada yang sangat rendah hampir tidak terdengar di telinganku.Tubuhku ambruk. Aku duduk di depan jembatan sambil menunduk d