Share

Aku Reza

Author: Anana-chan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Reza POV

Namanya Bulan Mawarni. Aku bertemu dengannya saat dia hampir saja mengakhiri hidupnya. Tatapan matanya sayu dan penuh kesedihan. Sama sepertiku. Aku datang ke jembatan itu untuk merenung dan meninggalkan kegaluanku.

Aku frustasi karena Mardiah -mantan istriku- tidak ingin melihat putri kami. Aku juga sudah lelah harus berbohong kepada Hannah mengenai ibunya. Aku tidak ingin berbohong lagi.

Aku merasa jika aku sosok lelaki yang gagal. Pernikahan pertamaku bersama Mardiah harus gagal di tengah jalan. Mardiah adalah cinta pertamaku namun dengan teganya dia pergi meninggalkan aku dan Hannah.

Sambil merenung di mobil saat itu, ku pandangi seorang wanita yang berdiri di depan jembatan sambil menangis. Langkah kaki Bulan membuat aku segera keluar dari mobil dan menarik tangannya dengan cepat. Untung saja, aku berhasil menyelamatkan sebelum tubuhnya jatuh dan dibawah oleh arus sungai yang deras.

Dia marah, marah sekali. Aku tidak tahu alasannya apa. Tapi yang aku pahami, saat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Tatapan Mata

    Reza Pov Aku memandanginya dengan sangat lama. Dia sedang bermanja di sampingku. “Tadi yang nelepon siapa Mas?” tanyanya tiba-tiba. “Nggak tahu, nomor asing.” “Kok nggak diangkat?” “Nggak perlu sayang. Takutnya penipu.” Bulan berbaring di sampingku dan aku mengelus kepalanya dengan pelan. Ku tatap wajahnya dengan sangat lama dan ku rebut ciumanku sekali lagi. Pipinya merona berseri. Sangat manis dan sangat cantik. Dia adalah wanita cantik yang pernah aku lihat selama ini. “Ihh Mas!” ucapnya kesal namun aku yakin, dia sedang bahagia. Wajahnya sudah semerah tomat. “Mas mau!” Aku sangat menginginkannya malam ini. Dia mengangguk dan ku susuri nikmatnya aroma cinta di malam yang syahdu. Kami berenang di dasar samudra cinta yang indah. Di tengah penyatuan yang panjang itu, ku pandangi wajahnya. “Mas mencintaimu,” bisikku sambil mencium pipinya. Kami terlelap tidur sambil berpelukan bersama. Aku mencintainya dan tidak ku biarkan dirinya pergi dari sisiku. Tidak peduli bagaiman

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Cinta

    Bulan Pov Hari ini, aku menemani Hannah jalan-jalan di pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari rumah. Ibu Sandi sibuk dengan tanaman hiasnya. Semenjak tidak bekerja lagi, perempuan paruh baya itu lebih memilih di rumah saja. Dia sangat bahagia tinggal di Indonesia bersama kami. Katanya, dia lebih hidup karena ada Reza dan Hannah. Di tambah ada aku yang menjadi teman ceritanya sekarang. “Ummi nanti mau beli cokelat.” “Abi sudah izinkan kita belum?” Gadis cantik itu menggelengkan kepala sejenak. “Abi nggak mau kita makan cokelat.” Wajahnya cemberut seketika. “Beli yang lain aja yah sayang,” sahutku. Dia mengambil cokelat isi strawberry dan ku temani dia menuju kasir. “Bulan?” suara itu mengagetkanku. Aku spontan menoleh ke belakang. “Kamu di sini? Dia siapa?” Lelaki itu memandangi Hannah. Dengan cepat aku membayar roti itu dan segera pergi. “Bulan.” “Hai, Bulan!” “Ummi, kok kita jalan cepat sih? Om itu siapa?” “Bulan. Aku tahu kamu sudah menikah, tapi apa kamu nggak sud

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Bertemu Mardiah

    Kami bertemu dengan Mardiah di sebuah restoran. Dia menginginkan pertemuan dengan Hannah namun mas Reza sepertinya tidak mengizinkan dia bertemu dengan Hannah dulu. “Anakku mana?” Itu kata pertama yang diucapkan Mardiah. Seakan tidak terima karena kami hanya datang berdua. Wanita itu sangat cantik. Dia terlihat glamor dengan riasan wajah yang menawan. Aku mencoba tersenyum ke arahnya meskipun dia tidak membalas senyumanku. “Reza.” “Aku datang ke sini untuk bertemu dengan Hannah dan kamu.” “Putriku mana?” Aku duduk dan mas Reza pun ikut duduk. “Mardiah, tenang dulu,” ucap mas Reza menenangkannya. Wanita itu terlihat tidak suka denganku. Sesekali dia membuang pandangan saat pandangan kami bertemu. Sebuah kertas di sodorkan ke arah mas Reza. “Lihat ini!” ucapnya. Aku dan mas Reza memperhatikan surat itu secara cermat. “Surat cerai kita?” Mardiah mengangguk. “Reza, aku rindu dengan Hannah. Aku mengaku salah. Tapi, apa kamu nggak mau mempertemukan aku dengan Hannah?” Dia me

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Cinta Yang Usai

    Reza Pov Aku mencintai Mardiah seutuhnya, tapi itu dulu sebelum hatiku dilukai oleh dirinya. Tiada cinta tersisa. Dia membawah perasaanku, mengangkatnya dengan tinggi dan menjatuhkannya begitu saja. Bahkan sampai sekarang, aku berusaha untuk menyakinkan putriku -Hannah- bahwa Bulan adalah ibu kandungnya. Terkesan jahat, tapi itu lah hukuman yang ingin aku berikan kepada Mardiah. Aku melihat Bulan yang terlelap tidur di sampingku. Dia sangat sabar menghadapi rumitnya hidupku. Kehadiran Mardiah setelah kami menikah mampu membuat aku sedikit cemas. Bulan madu akan dilaksanakan beberapa hari lagi. Seluruh keperluan sudah disiapkan asistenku. “Sayang?” Aku membangunkannya untuk sholat tahajud bersama. Salah satu amalan yang aku lakukan sejak dulu yaitu bangun pukul 3 subuh. Perlahan, dia membuka kelopak matanya. Dia tersenyum. Satu hal yang membuatku tidak tenang yaitu, saat Bulan mengatakan ingin bertemu dengan mantan suaminya, mas Bayu. Aku sama sekali tidak setuju dan ku katakan

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Cinta Yang Berlabuh

    Reza Pov Mardiah kecelakaan dan entahlah, apa dia membohongiku atau tidak. Aku pun tidak mengerti. Dengan cepat ku lajukan mobil sedan itu membelai dinginnya malam. Aku ingat benar bagaimana wajah khawatir dari Bulan dan aku merasa bersalah meninggalkannya sekarang. Entah mengapa, aku malah menuju rumah sakit untuk menemui wanita yang telah menghianatiku. Sesampai di loby, suster Dira menghampiriku. “Nyonya Mardiah …,” “Ya, aku tahu!” ucapku. Dengan cepat aku menuju ruang UGD. Ada dokter Dimas yang sedang menangganinya. Aku menunggu di luar. Beberapa saat, dokter Dimas keluar. Dia tersenyum memandangiku. “Dia terjatuh di kamar mandi.” “Terjatuh?” Bola mataku terbelalak. Bukannya dia kecelakaan? Dokter Dimas berlalu, dengan cepat aku masuk ke ruang UGD sebelum dirinya dipindahkan ke ruang perawatan. Senyuman terukir di wajahnya. Seperti biasa, dia terlihat tenang. “Sorry, Rez.” “Aku bingung harus ngabarin kamu seperti apa.” “Aku panik di kamar mandi, eh malah jatuh.” Aku berd

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Kenangan di Hati

    Bulan Pov Mas Reza sangat menyukai ikan bakar dan hari ini, dibantu ibu mertua yang sangat baik, aku membuatkan ikan bakar untuknya. Seperti biasa, Hannah akan duduk tenang di meja makan sambil memandangiku. “Ummi hebat, pintar masak,” pujinya. Entah sudah berapa kali dia mengatakan hal itu kepadaku. “Bulan, kamu kan mau ke rumah sakit. Nggak usah ajak Hannah. Nggak baik. Kamu pergi sendiri yah.” “Nggak mau ibu kalo Mardiah dan Hannah bertemu. Ibu nggak suka loh,” gumamnya. Aku mengangguk. “Ya, Bu.” Aku bersiap diri berangkat ke rumah sakit. Karena hari ini mas Reza akan lembur, makanya aku menyiapkan makanan yang banyak untuknya. Dia juga mengirimkan pesan romantis. Aku senang menerima pesan cintanya setiap saat. Aku berangkat ke rumah sakit Bunda ditemani supir keluarga bernama pak Eman. Dia sudah bekerja di rumah ini selama 6 tahun. “Non tuh perhatian banget sama bapak.” “Beda banget sama bu Mardiah, selalunya sibuk,” ucapnya. Aku hanya bisa tersenyum sambil memandang

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Perasaan Bimbang

    Entah mengapa aku menjadi takut seketika. Wanita itu meminta kembali. Rasanya mimpi burukku seakan terwujud. Aku pernah gagal dan mas Reza adalah bagian terpenting di hidupku yang sangat sempurna. Aku tidak akan membiarkannya bersama wanita yang sejak awal tidak menerima putrinya sendiri. Aku terus memikirkan hal itu hingga aku berdiri di kursi tempat mas Reza berada tadi. Aku memandanginya. “Apa kamu mendengarkannya?” Aku mengangguk. “Ya.” Dia menunduk sambil menyeka air mata yang menetes. “Maafkan aku.” “Buat apa?” balasku dengan cepat. Dia tidak memiliki salah kepadaku. Namun, dia memiliki salah kepada mantan suaminya dan putrinya. Setelah bertahun-tahun pergi dan kini datang dalam keadaan yang terpuruk, dia meminta kembali. Oh Tuhan, apa dia tidak pernah berpikir? Bagaimana mas Reza bersusah payah mencarinya selama ini? Aku duduk dengan tenang, mencoba menguasai diriku yang ingin marah kepadanya. “Aku masih mencintainya.” “Tapi dia tidak mencintaimu lagi Mbak,” balasku deng

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Menginginkan Anakku Kembali

    Setelah makan malam bersama, aku meminta izin kepada mas Reza untuk mengunjungi Hannah di kamarnya. Aku memandangi gadis itu. Dia sedang bermain. Aku berjalan mendekatinya. “Ummi kemana saja?” tanyanya. Dia menatapku dengan sangat lama. Tadi, sebelum mengantarnya ke kamar, aku berjanji akan menemaninya bermain. Namun mas Reza mengajakku untuk berbicara sebentar mengenai Mardiah. “Ummi bisa bicara dengan Hannah?” Gadis kecil itu terlihat bingung. “Bicara aja ummi, tidak masalah.”Aku duduk di sampingnya. Ku pandangi dia dengan sangat lama. “Besok, ummi mau ajak Hannah ke rumah sakit, apa boleh?” Aku tersenyum sambil mengusap pipinya yang lucu. Melihat Hannah, gadis itu seperti pak Reza.“Loh, kok Hannah di bawah ke rumah sakit? Kan Hannah nggak sakit.” “Apa abi sakit?” sambungnya. Kami duduk di tepi ranjang berdua. Aku mengendongnya. “Nggak, abi sehat-sehat aja.”“Ummi mau mempertemukan Hannah dengan seseorang, apa boleh? Ummi minta izin nih,” kekehku. Dia masih terlihat bingun

Latest chapter

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Akhir Kehidupan

    Sebulan lebih di Turkey untuk perawatan lanjutan, akhirnya kami diizinkan untuk pulang ke Indonesia. Alhamdulillah, Mas Reza sudah lebih baik. Mertuaku sudah pulang lebih dahulu dan kami akan menyusulnya dua hari lagi. Mas Reza menatapku dengan sangat lama. Suasana di taman terasa sejuk. Sejak tadi, kami duduk di taman berdua saja. “Bulan?” panggilnya. Tangan mas Reza bergerak dengan sangat lambat menyentuh pipiku. Aku tersenyum. Pandangan kami bertemu. “Kamu capek?” Suaranya hampir tidak terdengar. “Nggak sayang,” jawabku. Demi dia, aku tidak pernah merasakan capek sedikit pun. Mas Reza adalah suamiku, dia adalah harapanku. Aku tidak pernah lelah untuk merawatnya. Aku meletakkan secangkir air mineral di samping kursi roda miliknya. “Bulan, a-aku mau tinggal di Jerman selama setahun. Aku ingin menenangkan pikiranku dan beristirahat sejenak di sana, bagaimana?”Aku menganggukan kepala setuju. “Mau Mas,” seruku. Swiss adalah kota impian kami berdua. Pertama kali bertemu mas R

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Mas Reza Sudah Sadar

    Satu bulan berada di Turkey, tidak ada yang berubah. Aktivitas kami masih saja sama. Berada di rumah sakit dan berusaha untuk merawat mas Reza. Meskipun harapan itu semakin hari semakin redup dan sangat nyata. Dokter mengatakan kepadaku jika mas Reza kemungkinan tidak akan bangun lagi. Jika dilihat dari bulan pertama dia koma, kondisinya semakin menurun. Beruntung, Mas Reza kuat dan dia masih bertahan hingga dua bulan ini. Aku tidak bisa berbuat apapun kecuali berdoa untuknya.“Mas?” bisikku. “Bangun sayang, Bulan sebentar lagi lahiran. Masa mas nggak ada di sini.”Sama seperti hari-hari sebelumnya, mas Reza tidak meresponku. Aku hanya bisa menangis lagi dan lagi. Setelah puas berbicara dengannya, aku keluar dari ruangan. Ibu Sandi mengajakku makan siang di restoran samping rumah sakit. Hal ini menjadi aktivitas kami selama satu bulan ini. “Dua bulan lagi kamu lahiran. Apa sudah menyiapkan mentalnya?”Ibu Sandi menatapku. “Insyallah Bu!” jawabku. Untuk sementara ini, kami tin

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Berjuang Kembali 2

    “Bagaimana kalo mas Reza pada akhirnya tidak bisa bangun?”“Kamu bicara apa sih?” tegurku dengan cepat.Sali memberikanku satu buku dan dia mengajakku untuk jalan-jalan di sekitar masjid biru. Kami sedang duduk di pelantaran masjid. Aku memandangi wajahnya dengan terheran.“Kamu nggak lagi berdoa agar mas Reza nggak bangun kan?”Sali menepuk pundakku dengan lembut.“Kamu mikir apa sih Bulan? Nggak lah. Aku hanya nanya saja. Tadi aku dengar beberapa pembicaraan dari tim medis mas Reza. Ya, mereka kayak menyerah gitu. Aku nggak lagi nakut-nakutin mu loh.”Aku menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Empat bulan lagi aku akan melahirkan. Jika mas Reza belum sadarkan diri. Maka hariku akan sangat menyedihkan.Ibu Sandi berencana akan datang seminggu lagi. Dia ingin menemaniku di sini. Aku setuju, aku butuh dia. Lagi pula, jika dia berada di Turkey. Maka ibu Sandi bisa bertemu dengan Hannah. Dia akan bahagia.Kami berjalan keluar dari masjid.“Aku yakin, Mardiah sudah tidak peduli

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Perjuangan Kembali

    “Apa kamu merencanakan semua ini? Maksudku, mengapa menganti nama mas Reza sebagai Hufo?”Aku memberanikan diri bertanya. Mardiah mengambil lipstick merah dari dalam tasnya. Dia membenarkan lipstick di bibirnya yang berantakan. Mardiah lalu tersenyum ke arahku.Beberapa saat, dia mengambil ponselnya lagi. Sepertinya dia baru saja selesai memperbaiki nail artnya.Aku masih menunggu jawabannya.Dia terlihat sombong sekarang, seakan dia mampu untuk melukaiku. Tapi tidak, aku tidak akan membiarkan dia melukaiku seperti ini. Tidak, dia tidak akan bisa melakukannya!“Aku tidak merencanakan ini. Mas Reza sendiri yang ingin berlibur bertiga denganku. Yah, mungkin saja sebelum anakmu lahir,” ucapnya terasa ringan.Dia tampak tidak peduli dengan semua kekhawatiranku. Sama seperti yang dikatakan ibu Sandi. Mardiah licik. Dia sangat licik. Orang-orang tidak akan pernah tahu bagaimana sifatnya sebelum kita berbicara dengannya.Aku mengelus perutku dengan pelan.Mas Reza masih berada di ruang ICU,

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Alasan

    Aku memeluk tubuh mas Reza. Sali berusaha menahanku namun mas Gani berseru.“Biarkan saja!”Pandanganku mulai kabur. Aku sangat kelelahan. Dengan pelan, aku menyentuh tangan mas Reza. Beberapa alat medis memenuhi tubuhnyaApa? Apa yang sebenarnya terjadi kepadanya? Aku bertanya-tanya.“Bulan, hanya ada satu orang yang bisa berada di ruangan ini. Sebaiknya, kita keluar dulu. Aku akan menjelaskan kepadamu, apa yang sebenarnya terjadi,” ucap mas Gani.Aku menganggukan kepala mengikutinya.Aku segera keluar dari ruangan dibantu oleh Sali. Tubuhku lemas. Air mata terus terjatuh di pipiku.Kami menuju ruang tunggu khusus untuk keluarga pasien. Aisha dan mas Ahmad sudah duduk lebih dahulu. Saat aku berada di ruang itu, dokter masuk ke ruangan mas Reza.Sepertinya mereka ingin memeriksa keadaan mas Reza.“Gini,” ucap mas Gani memulai pembicaraan. Dia menarik napas dalam-dalam lalu memghembuskan dengan pelan.“Reza ditemukan oleh tim di rumah sakit ini. Sampai sekarang, orang-orang belum tahu

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Petunjuk

    Aku segera berlari ke arah gadis kecil itu. Aku yakin, Hannah melihatku tadi. Aku yakin, dia menungguku.“Hannah!”“Hannah!” teriakku.Beberapa orang memandangiku. Beberapa di antara mereka mengatakan kepadaku untuk berhati-hati.Aku terus memanggil nama Hannah. Gadis kecil itu di sini!“Bulan!”“Bulan!” teriak Sali dari belakang.Aku menoleh ke belakang. Rupanya Sali berlari ke arahku. Wajahnya mendadak panik. “Are you oke?” tanyanya. Dia memegang kedua tanganku dan menatapku dengan cemas.“Sali, aku melihat Hannah di sini. Tapi dia tiba-tiba menghilang. Aku tidak melihatnya lagi. Dimana dia? Kita harus mencarinya, Sali!” ucapku.Aku melepaskan gengaman tangan Sali dan berlari. Sali terus mengejarku dari belakang.“Bulan, stop. Kita akan mencari Hannah. Tapi hati-hati. Jangan berlari!” panggil Sali.Aku tidak bisa berdiam diri. Hannah di dekatku sekarang. Aku yakin, dia ingin menemuiku.Aku berdiri di sebuah danau yang dikelilingi bunga tulip. Aku memegang sebuah pagar kayu yang meng

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Mereka di Turkey

    Pagi hari, Sali dan Aisha mengajakku untuk menenangkan diri di taman. Hotel tempat kami tinggal berdekatan dengan masjid biru. Di sana, ada taman indah. Lebih tepatnya spot untuk menikmati teh. Lokasinya tidak begitu luas. Ada beberapa kursi dan meja berjejeran dan dipenuhi oleh orang-orang yang menginap di sekitar hotel.“Are you oke?” tanya Sali. Dia menatapku.Semalam, aku menangis. Aku tidak tahu kenapa aku tiba-tiba menangis sampai berteriak.Aisha dan Sali ketakutan melihatku. Aku tahu kalo aku sangat merepotkan. Bahkan sekarang, aku berniat untuk terus menangis saja.Apakah aku wanita pembawah sial, mengapa semua orang yang aku cintai pergi? Mengapa mereka meninggalkanku begitu saja.Hatiku sangat sakit dan aku rasanya tidak mampu lagi.“Kamu tahu Bulan, Allah itu maha adil. Dia tidak akan memberikan beban kepada umatnya di luar batas kemampuan umatnya,” ucap Sali.Dia memberikanku bunga. Angin lembut menyapu hijabku. Suasana sangat ramai karena ini adalah musim semi.“Aku yaki

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Tidak Ada Petunjuk

    Aku belum mendapatkan kabar dari mas Gani. Dan mas Reza belum membalas pesanku. Aku sangat bingung sekarang.“Bulan.”Aku terpaksa menceritakan masalahku kepada ibu Sandi dan ibu di kampung. Aku katakan kepadanya kalo mas Reza tiba-tiba hilang kontak.Ibu Sandi gugup dan ingin segera terbang ke Turkey. Tapi, aku mencoba menenangkannya. Ku katakan kepadanya untuk menunggu informasi dari mas Gani.Kita bisa saja panik, tapi lebih baik berpikir tenang.“Ibu yakin loh, ini ulah si Mardiah. Dia tuh ular! Ibu nggak pernah percaya dengan wanita ular itu. Nggak pernah percaya!”Ibu Sandi sudah mulai hilang kesabarannya.Aku tidak mengenal Mardiah, aku tidak mengenal bagaimana sifatnya. Tapi beberapa kali dia membohongiku, aku jadi paham bagaimana Mardiah berpikir.“Apa dia berusaha merebut mas Reza kembali?” Aku bertanya-tanya.Ibu Sandi terdiam beberapa saat.Ketakutanku tiba-tiba muncul kembali.“Dia wanita angkuh dan sulit di tebak, berulang kali aku katakan kepadamu, Bulan. Dia akan menga

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Mas Reza Hilang

    Aku tidak tahu apa maksud dari kedatangan Mardiah kembali. Dia sangat aneh.“Bulan, lebih baik telepon aja deh. Kan bisa tuh di telepon,” saran dari Yuni.Aku segera menghubungi nomor telepon yang tertera. Namun nihil, wanita itu sama sekali tidak mengangkat teleponnya. Sepertinya dia sengaja membuatku marah.Yuni menginap dua hari di rumah. Malam ini, aku sama sekali tidak bisa tidur. Saat aku mencoba untuk menutup mataku, tiba-tiba saja aku teringat mengenai Hannah.Apa mas Reza punya rencana khusus ke sana?Aku bertanya-tanya.Yuni mengatakan jika mas Reza tidak mungkin bertemu dengan Mardiah, namun beberapa menit kemudian, dia mengatakan jika gambar tangan yang berada di foto itu adalah milik Mas Reza.Sejujurnya, Yuni hanya sedang menenangkanku saja.Aku keluar dari dalam kamar. Aku terkejut melihat mertuaku, ibu sandi duduk di depan piano.Dia menyeka air matanya saat aku mendekat ke arahnya. Sepertinya dia sadar kalo aku memperhatikannya dari tadi.“Bulan, dari tadi yah?” tanya

DMCA.com Protection Status