Share

01

Author: kotak kuning
last update Last Updated: 2021-06-05 21:25:45

“Lizaa! Kamu ini masih mau tidur? Ayo bangun! Ini kan sekarang hari pertama kamu masuk sekolah. Bikin malu aja kalau telat! Udah sana!” Panggil seorang wanita paruh baya sambil menggoyang-goyangkan tubuh gadis yang tertidur di kasur.

“Haah? Apa?” Balas gadis itu pun dengan malas. Dia merasa kepalanya sedikit berat dan sedikit pusing.

“Kenapa Mama manggilnya aku pakai sebutan Liza?” Sanggahnya sambil menguap.

Gadis itu kebingungan dengan ucapannya sendiri. Menguap, pusing, kepala yang terasa berat. Ia cukup yakin kalau ia seharusnya sudah mati dan akhirnya bisa melihat malaikat bersayap cantik yang terbang dihadapannya.

Gadis yang dipanggil Liza itu perlahan membuka matanya dan memperhatikan sekeliling. Ia cukup yakin bahwa mau dilihat bagaimana pun ini jelas bukan kamarnya. Ia pun bertanya-tanya sebenarnya dia berada di mana.

“Lizaaa! Ayo keluar! Sarapan!” Sahut wanita itu tadi sekali lagi.

“Hah tunggu? Apa apa? Aku harus apa?” Ucap gadis itu kebingungan dalam hati.

Setelah berdiri dan berputar-putar, Liza-gadis itu memutuskan untuk mengikuti alurnya dulu. Ia yakin kalau hal yang terjadi sekarang ini tidak bisa segera ia cerna tepat setelah bangun tidur. Satu-satunya penjelasan masuk akal yang bisa ia simpulkan yaitu salah satu dari dua set ini adalah mimpi. Namun ia tidak tahu entah dirinya yang bunuh diri itu adalah mimpi, atau dirinya yang sekarang dan tadi dipanggil Liza ini adalah mimpi yang sebenarnya.

Liza keluar dari kamar dengan kepala yang celingak-celinguk seperti maling yang mengamati kondisi rumah target. Dia kemudian bertemu dengan dua orang yang sedang sarapan bersama. Sepertinya wanita itu adalah yang tadi membangunkannya, kemudian si pria yang berada di samping pasti adalah suaminya. Liza menarik kursi dengan canggung dan bergabung di meja makan.

“Permisi Om, Tante.” Gumamnya dengan nada yang sopan.

Liza kebingungan dengan ucapannya sendiri. Tapi dia berpikir mungkin ini bukan masalah yang harus dipikirkan, sebab dia juga tidak tahu harus memanggil mereka berdua dengan sebutan apa.

“Heh, Liza! Pagi-pagi begini kenapa bicaranya sudah ngelantur? Ayo cepat makannya, terus mandi, terus sekolah.” Tegur wanita itu dengan wajah serius. Liza merasa sedikit terindimidasi dengan suasani ini.

“Ah jangan gitu lah Bu! Paling hari pertama juga ndak ngapa-ngapain. Guru-gurunya juga pasti duduk nyantai di majelis.” Balas si suami menanggapi teguran istrinya itu dengan kesan membela Liza.

“Ya, Pak, tapi masa’ anak gadis apa apa lelet. Ini Liza udah SMA lho kok masih diingatkan dulu kalau mau ke sekolah aja.”

Liza memilih untuk makan dengan tergesa-gesa karena tidak mampu mengikuti pembicaraan ini. Dia khawatir kalau nanti ditanyai oleh pertanyaan yang membingungkan, pikirnya bisa gawat kalau dia menjawab pertayaan itu dengan aneh. Setelah selesai makan, Liza bergegas kembali ke kamar untuk memikirkan pelan-pelan apa yang sudah terjadi.

Kamar Liza cukup luas mengingat dia hanya tidur sendiri di sana, berukuran empat kali enam meter dengan dua lemari dan tempat tidur besar. Liza membuka isi lemari, memeriksa laci-laci, juga gantungan di dinding. Dia kemudian sadar kalau semua ini mirip dengan yang pernah dia lihat di majalah simpanan Mamanya edisi 2015 an. Baju-baju yang ia temukan di dalam lemari pun sepertinya pernah tren di sekitaran tahun itu. Liza juga menemukan sebuah dompet berisi karti keluarga dan foto-foto jadul.

“Eliza Anggraini”

”INI PERSIS KAYAK NAMANYA MAMA!” Teriaknya dalam hati.

“Eh tunggu! Gimana bisa? Bentar bentar? Aduh duh kepalaku pusing, mual, mules, muntaber. Toilet mana toilet?” Batinnya lagi.

Liza berlari ke luar kamar untuk buang air. Wanita yang tadi lagi-lagi menegurnya untuk tidak berlari di dalam rumah, juga jangan bercanda kalau tidak tahu di mana toilet rumah sendiri berada.

“Handuknya sudah di dalam. Sekalian mandi!” Teriak wanita itu lagi dari luar.

Liza pun patuh untuk mandi, setelah itu dia kembali ke kamar untuk berpakaian.

“Tadi wanita itu bilang kalau ini adalah hari pertama masuk sekolah, kalau tidak salah SMA. Putih abu mana putih abu?” Liza membongkar lemarinya dengan tergesa-gesa.

“Ah ini dia, ketemu!”

Dia segera mengenakan seragam dan pergi ke meja rias untuk melihat penampilannya sendiri. Dia pun menyadari kalau wajahnya yang sekarang terlihat sama persis dengan wajahnya dulu waktu SMA.

”Sepertinya aku juga tau gimana nanti jadinya kalau udah tua, tinggal ingat-ingat aja muka Mama kayak gimana.”

“Eh, ini tubuh Mama, kan?”

“Terus wanita tadi aku harus panggil apa? Ibuk? Nenek?” Tanyanya sendiri terus-menerus karena kebingungan.

“HEH LIZA! AYO CEPAT BERANGKAT! NANTI MACET!”

Liza terkejut mendengar teriakan Ibu-Nenek nya yang menggema. Dia segera bergegas memakai sepatu, meminta izin, lalu berlari mencari kereta cepat.

Ketika Liza berada di keramaian sekitar jalan raya, ia baru sadar kalau di masa ini sepertinya alat transportasi umum seperti kereta belum sebanyak di masa depan. Mamanya pernah bercerita kalau dia sering naik angkot, kendaraan kecil seperti bus kecil dengan warna yang mencolok.

Liza akhirnya naik ke salah satu angkot yang berhenti di bahu jalan, yang kemudian diberitahu seorang teman kalau itu disebut ngetem. Dia duduk di antara dua ibu-ibu yang kelihatannya akan pergi ke pasar.

Selama di dalam angkot, Liza masih terus saja bertanya kepada dirinya sendiri. Tentunya di dalam hati mengingat dia tidak ingin mati karena malu apabila curhatannya terdengar oleh banyak orang

“Setelah ini aku harus bagaimana? Apa aku harus terus menjalani kehidupan sebagai Mama? Atau apa aku lebih baik mengakhiri keanehan ini dengan kembali bunuh diri? Ini jelas bukan bagian dari kehidupan yang aku kenal. Aku tidak ingin merasakan sakit seperti yang pernah Mama rasanya dulu. Aku juga tidak ingin mengumpulkan dendam dan kegelisahan kepada keturunanku nanti mengenai drama kehidupan yang pahit. Aku tentu tidak ingin sampai jatuh cinta kepada lelaki brengsek itu.”

“Andai saja Ayah ada di sini.”

....

“Sebenarnya trik apa yang ia gunakan? Aku pernah baca soal ilmu pelet yang digunakan untuk menarik perhatian pasangan idaman di masa lalu. Kalau benar ia menggunakan pelet, aku akan menjotosnya sampai mampus, tidak akan kubiarkan dia sampai menggunakannya padaku.”

“Eh tunggu. Menggunakannya? Padaku?”

“Mungkin aku bisa saja terus hidup sebagai Mama. Aku bisa mencari ayah dan mencegah kematiannya. Aku juga bisa mencari bajingan itu dan balas dendam kepadanya. Setelah itu aku akan pikirkan cara untuk membiarkan Mama menikmati kehidupan bahagianya yang benar.”

“Mama terlalu polos, terlalu baik. Kebaikan itu merangkap jadi kelemahannya.”

“Dengan begini aku yakin kalau pada akhirnya semuanya akan baik-baik saja.”

“Neng! Turun di mana?” tanya seorang supir angkot yang mengejutkan Liza dari lamunan panjangnya.

Related chapters

  • Perbaiki Hidup Mama!   02

    “Duh gawat! Gara-gara terlalu mikirin soal ke depannya harus apa, aku sampai lupa nanya Mama sekolah di mana.” Keluh Liza dalam hatinya lagi.“Eng, eh. Anu!”“Kiri, bang!” sahut seorang laki-laki dengan seragam putih abu yang sebelumnya duduk di depannya.“T-turun di sini juga, bang!” Ucapnya tergagap mengikutinya.Liza merasa malu dengan kelakuannya. Dia juga kebingungan dengan siapa laki-laki yang berada di berjalan di depannya. Laki-laki itu memakai seragam yang sama dengannya, tetapi dia tetap tidak yakin apakah mereka berdua sekolah di tempat yang sama.“Za! Dari tadi kenapa linglung nggak jelas sih? Abis kecopetan?” Tanya laki-laki itu memulai pembicaraan.“HAH APA IYA ENGGAK!” Balas Liza tergagap.“Hah apa?” Laki-laki itu kebingungan dengan jawaban Liza.Jangan coba bertanya soal Liza, dia sendiri jelas kebingungan dengan jawabannya sendi

    Last Updated : 2021-06-05
  • Perbaiki Hidup Mama!   03

    Liza kehilangan akal sesaat karena Mamanya, bisa-bisanya jatuh cinta segampang itu.“Ah tapi, ya, tentu saja. Ini kan ‘Mama’?” Pikirnya kemudianPadahal sampai akhir hayat Liza pun harusnya dia sadar, karena masih melihat bagaimana Mamanya begitu mencintai Papa. Hati kecil Liza-Rani berharap agar Papanya ada di sini dan hadir untuk memeluknya. Liza berharap punya seseorang untuk berbagi cerita tentang permasalahan yang dia hadapi selama ini.Dulu sebelum Ayah meninggal, ia memanggil orang tuanya dengan sebutan Ayah dan Ibu. Tetapi setelah Ibu menikah lagi, suami barunya meminta Liza untuk memanggil mereka dengan sebutan Papa dan Mama. Gadis itu agak sedikit meragukan ingatannya sendiri, mengenai bagaimana dulu dia mau mau saja menuruti permintaan Papanya. Tetapi satu hal pasti, Papanya adalah pria yang brengsek.Bel pulang sekolah berbunyi, Liza pun memilih untuk pulang naik angkot seperti tadi pagi. Tetapi masalahnya saat pergi se

    Last Updated : 2021-06-05
  • Perbaiki Hidup Mama!   04

    ***Terlepas dari kejadian kemarin yang merupakan pengecualian khusus tidak rasional, Liza harusnya berangkat sekolah cukup awal hari ini. Karena sebenarnya dia itu bukanlah pribadi yang pemalas dan sering terlambat, Liza sendiri berpikir kalau dia harusnya bisa bangun lebih pagi dan membantu ibu-nenek memasak. Dia sudah bertahun-tahun menjadi wanita karir yang sekaligus merangkap jadi tulang punggung keluarga berusia dua puluh delapan tahun, kemudian mati dan berpindah tubuh menjadi Mama nya sendiri.Tetapi pagi ini Liza disibukkan untuk memilah-milah lajur mana yang harus aku ambil untuk menaklukan kehidupan Mama ini. Sebab siapa sangka kalau ternyata selama ini dia memiliki seorang kakak laki-laki-paman. Liza-Rani yang dulu hampir belum pernah datang ke rumah keluarga Mama atau Papa, tetapi cukup sering bermain ke rumah Ayah. Mungkin dulu beberapa kali pernah saat bayi, ketika Liza masih gadis kecil nan lugu, yang belum bisa mengingat banyak hal.Sebelum Mama

    Last Updated : 2021-06-05
  • Perbaiki Hidup Mama!   05

    ***“Kalian semua yang berada di sini memangnya sebegitu luang sampai tidak punya hal lain yang harus dikerjakan? Uwaah aku iri sekali, orang sibuk sepertiku benar-benar ingin sesekali merasakan kebebasan seperti kalian.”“Ck! Menyebalkan.”“Ini cewek mulutnya pedes juga, ya?”“Lo nggak usah kepedean, deh! Jijik tau!”Salah satu dari perempuan itu menarik rambut Liza, kemudian yang lainnya terlihat mengeluarkan sebuah gunting. Sepertinya mereka ingin menjahili Liza dengan menggunting beberapa helai-genggam rambutnya. Tetapi sebelum niat jahat mereka terlaksanakan, seseorang tiba-tiba muncul dan melompat sambil dikejar oleh dua orang perempuan— anggota mereka yang berjaga di depan pintu masuk gang sempit itu.“Za! Kenapa tiba-tiba duluan? Bukannya tadi kita udah janji mau makan dulu habis pulang sekolah tadi?” Tanyanya tiba-tiba.“Oh, iya! Kalian-kalian yang

    Last Updated : 2021-06-06
  • Perbaiki Hidup Mama!   06

    ***Langit yang mendung membuat cahaya matahari masuk menyelinap kecil-kecil dari balik awan. Pagi ini adalah salah satu pagi baru yang sedikit banyak menenangkan hati Liza, dia merasa sudah menyelesaikan permasalahan awalnya sebelum nanti dirinya-Mamanya mengalami hal yang tidak mengenakkan sebagai akibat dari pernikahannya dengan Randi-Papa. Liza memulai paginya dengan cukup awal hari ini, menyelesaikan cucian, membantu menyiapkan sarapan, juga berberes untuk dirinya sendiri.“Za, cuciannya taruh di ember aja!” Sahut Ibu-Neneknya mengingatkan. Tidak ada yang tahu kapan hujan akan turun, menjemurnya sekarang mungkin hanya akan menambah pekerjaan saja.“Iya, Bu!” Liza menuruti perkataan Ibunya, kemudian setelah sarapan dia segera mandi dan berpakaian.Sudah sekitar dua minggu sejak dia meminta putus dengan Randi. Bahkan untuk laki-laki bebal sepertinya, dihina dengan tiga paragraf berantai pasti sudah membuatnya kapok untuk mendeka

    Last Updated : 2021-06-06
  • Perbaiki Hidup Mama!   07

    ***Liza dan Anggi setuju untuk menginap di rumah Nabila karena besok juga merupakan hari libur. Liza meminta izin untuk menelepon rumahnya dan memberitahu soal ini, Ibunya yang mengangkat mengizinkannya untuk menginap. Kemudian di pagi hari, mereka bangun dan sarapan bersama. Liza masih sungkan memakai pakaian Nabila untuk dibawa berjalan ke rumah, tetapi dia juga tidak enak kalau mengembalikannya begitu saja.“Bajunya aku masukin tas, tapi nanti aku cuci, kok. Mungkin sore aku bakal mampir ke sini buat ngembaliinnya.” Ujar Liza.“Ya ampun nggak apa apa kali, Za. Anggi aja pakai sampai pulang, tuh.” Balas Nabila sambil menunjuk Anggi.“Hehehehe.” Anak yang ditunjuk itu hanya cengengesan dan memiringkan kepalanya. “Nggak apa apa kali, Za. Jangan malu beda dikit,” jelasnya pada Liza.“Nggak, deh.”Liza naik angkot bersama dengan Anggi setelah diantar Nabila ke jalan raya. Liza juga s

    Last Updated : 2021-06-07
  • Perbaiki Hidup Mama!   08

    “Kak, jadi nggak nganterin aku nya ke rumahnya Nabila?”“Yaudah, ayok!”Liza naik ke motor diboncengi kakaknya untuk pergi ke rumah Nabila. Sepertinya entah di dunia ini atau dunia sebelumnya, Liza masih belum pernah sama sekali belajar membawa motor. Setelah melewati beberapa persimpangan, juga berhenti sekali karena Liza memaksa ingin mencoba bakso bakar yang asapnya memenuhi sepanjang trotoar, akhirnya mereka sampai di rumah Nabila. Liza turun dari motor dan memanggil Nabila dari luar pagar.“Nabilaaa! Ini aku Liza!”“Iyaaaa! Buka aja langsung pintu pagarnya.”Liza yang baru mendengar teriakan seseorang dari dalam rumah segera menoleh untuk memberitahu kakaknya kalau motornya lebih baik dimasukkan ke dalam saja. Tetapi tanpa sungkan ternyata kakaknya sudah lebih dulu membuka pagar dan mendorong motornya maju ke depan. Kemudian menutup pintu dan duduk di kursi depan dengan santainya. Liza yang melih

    Last Updated : 2021-06-07
  • Perbaiki Hidup Mama!   09

    ***“Dek, dek! Boleh banget nih dilihat-lihat dulu selebarannya! Nanti kami mau mampir ke kelas kalian, lho! Ditunggu, yaa!”Beberapa anak dari anggota inti berbagai klub terlihat sibuk mengelilingi lorong sekolah, mereka juga mengunjungi berbagai tempat di mana anak-anak baru berkumpul. Hari ini adalah hari pengenalan ekstra kurikuler, dengan kata lain hari berburu anggota baru.Sekolah tempat Liza dan teman-temannya belajar ini bisa dibilang adalah satu dari beberapa sekolah yang sangat diperhatikan oleh pemerintah pusat dan daerah. Membuat urusan biaya dan jaminan pendidikannya begitu terkendali dan efisien.Permasalahan soal dana pemasukan klub bahkan tidak menjadi perkara yang memusingkan. Anggota-anggota yang tergabung tidak perlu susah-susah mengutip dan mendatai satu persatu siapa saja yang belum membayar iuran rutin. Sebab di sekolah ini, semua klub yang sudah terdaftar akan mendapatkan suntikan dana dari sekolah. Bisa saja disebut se

    Last Updated : 2021-06-08

Latest chapter

  • Perbaiki Hidup Mama!   21

    ***Kembali ke realita, meskipun kilas balik yang kemarin terhitung kasar sebagai fiksi dan yang ini juga fiksi.Keseluruhan karya ini benar-benar hanya fiksi, tentunya.Liza baru saja mendengar cerita Gilang mengenai kencan pertamanya dengan Chaca. Gadis itu kemudian mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah."Za. Mau nebeng aja?""Kenapa, kak? Tumben?""Aku lagi ada keperluan di kampus sih.""Ooh.""Jadi gimana? Mau nggak?"Liza menimbang-nimbang soal tawaran Gilang. Tak ada salahnya ia menerima kebaikan kakaknya kali ini, toh ia juga bisa menyimpan ongkos berangkat pagi ini"Yaudah sana buruan. Mandi aja belum dasar kambing!""Yeuu bawel."***Ketika jam istirahat kedua selesai, Liza makan bertiga dengan Nabila dan Anggi di kantin."Kak Gilang baru ngedate yaa..."Gumam Liza sambil memainkan bekalnya dengan sendok, tanpa sadar kalau teman semejanya bisa mendengar gumamannya

  • Perbaiki Hidup Mama!   20

    ***“Aw!” Liza mengaduh karena tak sengaja menabrak Gilang pagi ini.“Mabok, po? Untung gelasku nggak jatuh.” Ucap Gilang sambil mengangkat gelasnya tinggi-tinggi.Liza mengusap dahinya, kemudian menggosok-gosok matanya.“Kenapa? Bulu mata jatuh? Jangan digosok-gosok gitu dong, elah.”Gilang memegang tangan Liza, menjauhkannya dari mata gadis itu, lalu meniupnya perlahan.“Apaan sih main sembur-sembur aja!”“Daripada matanya digosok-gosok gitu.”“Aku bukannya kelilipan gegara bulu mata.”Liza menyadari kalau dia sudah tidak begitu menjaga jarak dengan kakaknya. Tinggal serumah selama beberapa bulan ditambah fakta bahwa mereka berdua adalah saudara di dunia ini, membuat Liza terpaksa harus beradaptasi.“Terus? Masih pusing?”Liza mengangguk perlahan, kemudian berbalik dan menuju dispenser untuk mengambil segelas air.&

  • Perbaiki Hidup Mama!   19

    ***Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, saat di mana orang-orang sudah mulai kembali lagi beraktivitas setelah istirahat sejenak saat jeda senja tadi.“Kami pulang dulu, ya, Zaa!”“Tante, titip salam buat Liza nanti ya? Masih tidur tuh dia.”“Iyaa.”“Kebo tuh, emang.”Nabila dan Anggi pulang bersama dengan motor Anggi, mengikuti Gilang yang mengantar Chaca di depan. Mereka menyusuri jalanan hingga akhirnya sampai ke rumah Nabila dan Chaca.“Ya udah, ya, Bil! Sampai ketemu besok!” Ucap Anggi berlalu setelah menurunkan Nabila di depan pagar.“Aku masuk duluan, ya, Kak!”Nabila meninggalkan kakaknya Chaca dan Gilang, sepasang kekasih yang sedang berduaan di depan pagar rumah mereka. Chaca sudah turun dari motor, sementara Gilang sedang duduk menyamping ingin melihat Chaca masuk ke rumah sebelum ia pergi.“Gilang...”Wanita m

  • Perbaiki Hidup Mama!   18

    ***Di sebuah rumah kecil yang dulunya sempat hangat, hiduplah seorang anak bersama orang tuanya. Anak itu cukup jahil untuk ukuran gadis kecil yang masih bersekolah di taman kanak-kanak. Dia sering usil terhadap temannya, berkelahi dengan anak laki-laki, sukanya memanjat pohon, bermain pedang-pedangan, dan semacamnya. Pokoknya gambaran gadis feminin yang lekat dengan make up atau permainan memasak dan boneka benar-benar jauh darinya. Bahkan pagi ini, gadis itu baru saja dimarahi oleh Papanya karena sudah mengusili teman di kelasnya.“Rani. Kenapa kamu usilin Wawan?” Tanya Papanya mengintrograsi ketika mereka sudah sampai di rumah.“Dia nggak mau main sama aku.” Jawabnya sambil mengelayutkan tangannya di belakang, kemudian memutar kepalanya ke samping dan ke bawah.“Lihat Papa kalau kita lagi bicara!”“I-iya, Pa...”“Wawan kamu apain aja?”“Mainannya aku ambil...”

  • Perbaiki Hidup Mama!   17

    ***Tiiit.... tiiiiit.....Brmmm.... brmmmmm.....Suara klakson dan bunyi kendaraan yang saling berisik bersahutan memenuhi jalanan terminal. Keringat bercampur debu membuat kulit menjadi lengket dan gerah, ditambah lagi dengan keadaan sumpek dari hiruk piruk perkotaan. Keadaan ini seringkali memicu stress bagi orang yang baru saja sampai ke kota, urbanisasi, orang-orang yang berpindah ke daerah ramai dengan tujuannya masing-masing.Tetapi bagi mereka selama beberapa tahun tinggal di sana, bahkan tidur di samping perlintasan kereta api ketika besoknya adalah hari penting di mana seluruh karirmu dipertaruhkan, itu semua sudah biasa. Mungkin hanya mereka dengan hak-hak khusus bisa tinggal di mansion mahal atau sebuah kamar apartemen yang begitu luas untuk ditinggali sendiri.Tidak ada yang bisa benar-benar mengatur hidupmu, tidak ada yang bisa mengekang dirimu. Kau selalu bisa bersembunyi dibalik tameng pribadi yang kau ciptakan sendiri. Kau bisa saj

  • Perbaiki Hidup Mama!   16

    ***Goresan pensil dan suara lembaran kertas halus-halus mengisi keseriusan ruangan 10 x 8 meter itu. Meskipun pada awalnya terkesan antusias dan ramai, mereka ternyata cukup serius dalam melakukan kegiatan klubnya. Dua jam telah berlalu, akhirnya agenda dadakan menggambar itu selesai. Anak-anak yang tergabung sebagai anggota klub seni begitu bergembira dengan kedatangan Nathan sebagai model untuk mereka gambar.Tapi tidak dengan seorang gadis yang duduk di paling belakang itu, kertas besar yang disangga oleh sandaran kanvas miliknya sama sekali tidak tersentuh. Tidak ada guratan pensil atau bekas hapusan sama sekali, bersih seperti baru.「Padahal bisa difoto aja kan, sih?」Dengusnya dalam hati karena sebal, orang-orang itu begitu heboh karena seorang Nathan saja.「Memang apa spesialnya dia?」「Astaga, Zaaaa. Sadar. Dia calon ayahmu. Tanpanya kamu nggak bakal lahir di dunia ini. Kalau ada yang perlu disalahkan atas berbagai kesialan yang menimp

  • Perbaiki Hidup Mama!   15

    ***Kemarin adalah hari pertama kelas tambahan, jam pelajaran ekstra yang kali ini ditujukan kepada siswa yang gagal pada ujian tengah semester. Liza terpaksa mengikuti kelas tambahan hari ini, selain karena dia tidak mau nilainya menjadi nol saat pengakumulasian skor nanti, klub sastra yang biasa diikutinya hari sabtu juga libur untuk sementara. Tetapi beda cerita dengan hari ini, hari minggu, akhir pekan yang biasanya benar-benar dinikmati dengan bersantai. Liza terpaksa harus masuk ke sekolah untuk mengejar remedial. Klub seni yang melakukan kegiatannya di hari minggu kali ini tidak libur, meskipun Liza meminta gurunya untuk memberinya remedial di hari sabtu kemarin, gurunya tetap menolak.“Soal-soalnya baru ibu selesaikan. Bahaya kalau kamu bocorkan nanti ke siswa yang lain.”“Buu, saya nggak sepicik itu ya ampun!”“Ya kan, siapa tahu.”Pagi ini Liza bangun dengan malas, sebal karena respon gurunya kemarin. S

  • Perbaiki Hidup Mama!   14

    ***Manusia yang hidup di dunia ini bergerak megikuti tujuannya masing-masing. Beberapa orang mungkin menggambarkan kehidupan dunia sebagai permainan peran dengan peta yang sangat besar. Tidak ada keharusan di mana kamu harus mengikuti objektif yang diberikan. Tidak ada tuntutan kamu harus menjadi raja, kepala negara, pekerja kantoran, pemadam kebakaran, pengangguran, orang biasa, orang jahat, bos suatu kelompok kriminal, atau apapun. Semua itu adalah pilihan dan kendalimu atas dirimu sendiri. Meskipun ada beberapa tatanan yang membantu menyusun dan mengatur kehidupan manusia dalam bentuk pedoman yang diyakini banyak pengikutnya.Berbuatlah kebaikan, hindarilah kejahatan, sederhananya begitu.Ya mungkin terkadang alam bawah sadar memberikan beberapa pengaruh di luar dari kontrol manusia sebagai pengguna dari permainan peran multi pemain raksasa ini.Orang yang tidak memiliki tujuan besar di hidupnya cenderung akan merasa bosan dan lelah sepanjang waktu. T

  • Perbaiki Hidup Mama!   13

    ***Tidak ada hal yang benar-benar sempurna di dunia ini, tidak ada mungkin kecuali hanya Tuhan. Bahkan ketika ada seseorang yang memiliki wajah rupawan, tubuh yang bagus, tapi seringnya diberkahi dengan otak yang tidak lebih baik dari kebanyakan orang. Biasanya orang-orang normal hanya berputar di antara tiga itu saja, paling banyak punya dua kelebihan dengans satu kekurangan pelengkap. Ya meskipun ada yang kurang beruntung membawa dua atau bahkan ketiga kekurangan itu, sedang ada orang baik yang terlihat memiliki segalanya— latar belakang, lingkaran pertemanan, semuanya terlihat hebat. Tetapi bila benar begitu, maka ia cukup hebat dalam menyembunyikan kekurangannya.Hal yang sama juga terjadi kepada Liza, gadis yang sebelumnya adalah wanita dewasa dengan ingatan yang sama namun berpindah ke tubuh perempuan berusia lima belas tahun, harusnya dia menjadi sosok panutan yang kata-katanya dapat diikuti oleh bocah-bocah di sekitarnya. Hanya saja satu hal, gadis ini k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status