Share

07

Author: kotak kuning
last update Last Updated: 2021-06-07 14:08:15

***

Liza dan Anggi setuju untuk menginap di rumah Nabila karena besok juga merupakan hari libur. Liza meminta izin untuk menelepon rumahnya dan memberitahu soal ini, Ibunya yang mengangkat mengizinkannya untuk menginap. Kemudian di pagi hari, mereka bangun dan sarapan bersama. Liza masih sungkan memakai pakaian Nabila untuk dibawa berjalan ke rumah, tetapi dia juga tidak enak kalau mengembalikannya begitu saja.

“Bajunya aku masukin tas, tapi nanti aku cuci, kok. Mungkin sore aku bakal mampir ke sini buat ngembaliinnya.” Ujar Liza.

“Ya ampun nggak apa apa kali, Za. Anggi aja pakai sampai pulang, tuh.” Balas Nabila sambil menunjuk Anggi.

“Hehehehe.” Anak yang ditunjuk itu hanya cengengesan dan memiringkan kepalanya. “Nggak apa apa kali, Za. Jangan malu beda dikit,” jelasnya pada Liza.

“Nggak, deh.”

Liza naik angkot bersama dengan Anggi setelah diantar Nabila ke jalan raya. Liza juga sudah mengingat-ingat jalan menuju rumah Nabila. Persiapan kalau dia butuh mampir lagi atau sekadar bermain. Anggi turun lebih dulu, menyisakan Liza sendiri sampai ke gang dekat tempat tinggalnya.

“Randi, ya?”

Meskipun Randi masih SMA dan secara teknis dia belum melakukan kejahatan apapun, hal ini tidak menjamin kalau di masa depan dia tidak akan berubah menjadi pribadi yang brengsek. Liza merasa sedikit bersalah, namun tidak mau berhutang soal Randi yang pernah menyelamatnya-Mamanya saat insiden itu.

“Tetapi untuk yang kemarin, mungkin aku harus berterima kasih dengan baik. Aku tidak mau menyisakan trauma di tubuh Mama.”

Liza menyusuri gang kecil itu untuk pulang, di perjalanan dia bertemu dengan tetangga yang kemarin tidak terlihat. Pagi ini cukup cerah, membawa cahaya hangat yang membuat orang-orang bersemangat memulai hari.

“Lihat tuh, kasihan sekali.”

“Iyaa.”

“Sebegitunya kesusahan sampai pulang pagi.”

“Benaaar.”

Liza kebingungan dengan omongan tetangganya. Dikasihani? Untuk apa? Dia hanya terpaksa menginap karena terjebak hujan semalaman. Liza mempercepat langkahnya dan segera pulang. Meskipun ia tidak mengerti maksud dari tetangganya itu, ia merasa sedang dicemooh.

“Aku pulaang!” Seru Liza sambil membuka pintu.

Dia berjalan masuk dan meletakkan tasnya di sofa, kemudian segera ke belakang, memasukkan pakaian Nabila ke mesin cuci dan mandi. Ketika Liza akan masuk ke kamar untuk berganti pakaian, dia menemukan kakaknya sedang membongkar lemarinya.

“HAAAH!? NGAPAIN HEI MALING!” Teriak Liza dengan nada yang mengundang keributan.

“Apasih? Cuma mau nyari kemeja aku yang kamu pinjam, sekarang lagi butuh. Mana?”

“Hah? Kemeja? Nggak ada, tuh!” Jawab Liza ketus, padahal dia belum memeriksa betul apa saja isi dari lemarinya-Mamanya.

“Yaudah sana keluar! Nanti aku cari lagi!”

Kakaknya tidak mengindahkan perkataan Liza, dia masih terus saja mencari kemejanya di dalam lemari.

“Ngapain masih di sini, heh”

“Nyari kemeja.”

“Ya ampun kak! Aku nggak peduli entah misal ada biawak atau beruang nangkring di sini. Selama aku nggak ngizinin kakak masuk, kakak jangan dekat dekat!”

“Tapi kenapa? Emangnya kakak lebih parah dari biawak atau beruang?”

“Ya aku nggak mau!”

“Kenapa?”

“Kakak pedofil...”

“Hah!? Kok bisa mikir gitu?”

“Eng—“

“Kakak mesum!”

“Mana ada.”

“Boong.”

“Udah udah sana keluar.”

Liza mengusir kakaknya keluar dari kamar, setelah dia melempari kakaknya dengan buku-buku dan alat tulis. Kemudian dia berpakaian dan mencari kemeja yang terlihat seperti kemeja laki-laki. Beberapa saat selanjutnya dia ke belakang untuk memeriksa cuciannya dan bertemu dengan Ibu.

“Heh liza, kamu! Tidak sopans sekali sama kakak sendiri?”

“Emang kenapa sih, Bu?” Tanya Liza dengan nada yang masih kesal. Ternyata perdebatannya dengan kakaknya tadi terdengar oleh ibu. Mungkin salah-salah tetangga di samping juga mendengar mereka sedang ribut.

“Dia juga sama adik sendiri nempel banget.”

“Kan dia cuma nyari kemejanya doang, kamu yang minjem lagi.”

“Aku nggak inget pernah minjem.” Elak Liza.

“Lah waktu kamu berangkat sekolah terus kesangkut pagar rumah, kemeja kamu ketarik terus robek. Kamunya aja sampai nangis.” Jelas Ibunya mengingatkan apa yang terjadi dulu.

“Heboooh banget.” Tambahnya lagi dengan mulut mencibir mengejek Liza. Meskipun waktu itu pastinya adalah kelakuan Mamanya, Liza merasa malu sendiri dengan apa yang dia dengar dari Ibu.

“Haaah??”

“Makanya. Kakak kamu yang nggak tahan sama teriakan kamu, kepaksa minjemin kemejanya dia.”

“Oh.” Balas Liza ketus.

“Judes banget. Sama orang lain terserah, tapi sama orang tua sopan dikit!” Kata Ibu sambil mencubit pinggang Liza. Meskipun dulunya dia sudah dewasa, seorang wanita berumur dua puluh delapan tahun, tetapi dengan tubuh dan lingkungan tempat dia tumbuh sekarang membuat Liza-Rani bersikap semakin menyesuaikan dengan umur fisiknya.

“Iya dia, sih.”

“Pokoknya dia yang salah.” Liza lagi-lagi masih menyalahkan kakaknya tanda tidak terima.

“Udah deh jangan ribut terus. Nanti kamu pastiin minta maaf ke dia.”

Liza mengangguk pelan, kemudian membantu ibunya mengupas wortel dan memotong bayam. Dia juga membantu menata piring yang sebagian sedang dicuci Ibunya. Dapur yang tidak terlalu besar itu terasa hangat meskipun tidak ada kompor yang menyala dan hanya diisi oleh dua orang saja. Liza kemudian pergi ke mesin cuci untuk memeriksa cuciannya, baju yang dipinjamkan Nabila dan rencananya akan ia kembalikan sore ini.

“Oiya, cucian kamu udah ibu pindahin ke jemuran, bentar lagi kering. Jangan lupa bilang makasih juga sama Nabila.”

“Iya, Bu.”

“Terus juga disetrika, jangan dikasih gitu aja.”

“Iyaaaaa, Ibuuuuuuu.”

Liza pergi ke kamarnya dan mengambil kemeja yang sebelumnya sudah dia lipat lagi dengan rapi. Kemudian dia berjalan ke kamar kakaknya, sebuah ruangan dengan pintu cokelat muda dan penuh dengan banyak tempelan logo yang tidak Liza kenali. Gadis itu mengetok pintunya tiga kali, kemudian menunggu dengan sabar. Orang yang berada di dalamnya segera membukakan pintu, tetapi meskipun pintunya belum terbuka sepenuhnya, Liza sudah bicara duluan.

“Kak minta maaf.”

“Kenapa kamu? Tumben banget?”

“Ibu abis ngerukyah atau...”

“Kamu abis disogok sate ayam?”

“Enggak!”

“Kok tahu aku suka sate.” Tanya Liza yang sementara fokus ke salah satu topik yang disebutkan kakaknya barusan.

“Ya iya kan emang dari dulu.”

Ternyata mama punya selera makan yang sama dengannya, garis keturunan memang luar biasa.

“Beliin aku sate ayam!” Pinta Liza. Kakaknya tidak tahu entah Liza meminta dengan serius atau tidak, atau hanya bercanda agar permintaan maaf yang dia lancarkan tidak terasa kaku dan canggung

“Yaudah nanti.” Balas kakaknya singkat.

“Sekalian itu....”

“Kenapa?”

“Anterin aku ke rumah nabila, pake motor.”

“Iya iyaa.”

Setelah ketiga jarum jam dinding berputar sesuai porosnya, membuat waktu bergerak maju menjadi beberapa jam, sepertinya pakaian yang tadi sedang dijemur oleh Ibu sudah kering. Liza pergi ke belakang untuk memeriksa jemuran itu, kemudian mengangkat pakaian Nabila juga beberapa kain lain yang sudah kering dan dijemur bersamaan. Liza masuk ke kamar dan mengambil setrika dari lemari. Sebelumnya dia sempat dimarahi Ibu karena tidak tahu letak setrika sendiri, juga karena dianggap terlalu sering lupa atas banyak hal.

“Kamu coba cek ke dokter gih, Za. Ibu aja yang hitungannya sudah tua ini saja masih belum pikun sama sekali, masa kamu masih SMA sudah sebegininya.” Terang Ibu menjelaskan kekhawatirannya.

“Ah tidak apa apa, Bu. Biasa mah ini, sebentar lagi juga hilang.”

“Kamu pernah jatuh?” Ibunya curiga kalau-kalau anaknya punya cedera di kepala, membuat anaknya hilang ingatan.

“Keluarga Ibu nggak ada tuh yang pikunan, dari Bapak juga. Ibu juga nggak nemu kamu dari kardus di depan pintu. Kamu anak Ibu kan, ya?” Ibu-Nenek Liza-Rani benar-benar punya imajinasi yang liar, untung saja anaknya menghentikan pemikiran negatif wanita itu sebelum dia bisa menebak kalau anaknya yang asli, Liza, sudah berganti jadi cucunya sendiri.

Related chapters

  • Perbaiki Hidup Mama!   08

    “Kak, jadi nggak nganterin aku nya ke rumahnya Nabila?”“Yaudah, ayok!”Liza naik ke motor diboncengi kakaknya untuk pergi ke rumah Nabila. Sepertinya entah di dunia ini atau dunia sebelumnya, Liza masih belum pernah sama sekali belajar membawa motor. Setelah melewati beberapa persimpangan, juga berhenti sekali karena Liza memaksa ingin mencoba bakso bakar yang asapnya memenuhi sepanjang trotoar, akhirnya mereka sampai di rumah Nabila. Liza turun dari motor dan memanggil Nabila dari luar pagar.“Nabilaaa! Ini aku Liza!”“Iyaaaa! Buka aja langsung pintu pagarnya.”Liza yang baru mendengar teriakan seseorang dari dalam rumah segera menoleh untuk memberitahu kakaknya kalau motornya lebih baik dimasukkan ke dalam saja. Tetapi tanpa sungkan ternyata kakaknya sudah lebih dulu membuka pagar dan mendorong motornya maju ke depan. Kemudian menutup pintu dan duduk di kursi depan dengan santainya. Liza yang melih

    Last Updated : 2021-06-07
  • Perbaiki Hidup Mama!   09

    ***“Dek, dek! Boleh banget nih dilihat-lihat dulu selebarannya! Nanti kami mau mampir ke kelas kalian, lho! Ditunggu, yaa!”Beberapa anak dari anggota inti berbagai klub terlihat sibuk mengelilingi lorong sekolah, mereka juga mengunjungi berbagai tempat di mana anak-anak baru berkumpul. Hari ini adalah hari pengenalan ekstra kurikuler, dengan kata lain hari berburu anggota baru.Sekolah tempat Liza dan teman-temannya belajar ini bisa dibilang adalah satu dari beberapa sekolah yang sangat diperhatikan oleh pemerintah pusat dan daerah. Membuat urusan biaya dan jaminan pendidikannya begitu terkendali dan efisien.Permasalahan soal dana pemasukan klub bahkan tidak menjadi perkara yang memusingkan. Anggota-anggota yang tergabung tidak perlu susah-susah mengutip dan mendatai satu persatu siapa saja yang belum membayar iuran rutin. Sebab di sekolah ini, semua klub yang sudah terdaftar akan mendapatkan suntikan dana dari sekolah. Bisa saja disebut se

    Last Updated : 2021-06-08
  • Perbaiki Hidup Mama!   10

    ***Mengadaptasi dari sebuah set lakon drama percintaan klasik remaja sekolah menengah atas yang sempat ramai di awal abad ke dua puluh satu —meskipun penulis tidak tahu pasti kapan sebenarnya set ini diperkenalkan pada publik, boleh jadi ini berasal dari kisah nyata. Tetapi bila benar demikian, sungguh dua orang yang dijadikan referensi dari semua akar kisah tabrak-tabrakan itu patutnya menjadi kekasih yang tak terpisahkan—. Dua orang insan dengan karakter yang jomplang, atau mereka dengan ketertarikan yang cukup kecil, bertabrakan ketika salah satu dan/atau keduanya sedang terburu-buru. Biasanya ide kreatif pengatur adegan akan ‘bermain’ setelah tabrakan itu berlangsung.Ada yang barang bawaanya terjatuh, keduanya merasa perlu untuk mengambilkannya, mungkin di beberapa kejadian mereka akan secara tidak sengaja berpegangan tangan. Ada yang mengelus kepalanya, terantuk cukup keras lalu terkejut karena bertemu musuh bebuyutannya, atau bisa jadi s

    Last Updated : 2021-06-08
  • Perbaiki Hidup Mama!   11

    ***Bel sudah berbunyi, tetapi Liza dan Randi baru saja meninggalkan lorong tempat mereka berdua bertabrakan tadi. Mereka harus mampir ke toilet untuk ‘ritual siram lap’ dan Liza butuh mengganti seragamnya dengan kemeja yang dibawa Randi. Setelah mereka kembali ke kelas, meja-meja sudah disusun berdekatan menjadi beberapa kelompok. Sepertinya akan ada tugas presentasi atau semacamnya.Beberapa orang mungkin punya pendapatnya sendiri soal tugas kelompok. Ada yang sangat suka dengan aktivitas yang melibatkan banyak orang, mereka bisa mendengar berbagai pendapat yang berbeda, merasakan sensasi mengatur diatur, juga keterburu-buruan saat tenggat waktu sudah dekat tetapi anggota yang berpartisipasi tidak sampai setengahnya. Ada juga orang yang benci betul dengan kelompok, mungkin mereka tidak suka harus diatur, atau kelompoknya hanyalah pengikut tanpa salah satu calon pemimpin di dalamnya. Mereka yang benci juga kebanyakan tidak mau direpotkan oleh pekerjaan ang

    Last Updated : 2021-06-09
  • Perbaiki Hidup Mama!   12

    ***“Beneran ngikutin aku pulang nih?” Tanya Liza kepada Randi yang berjalan di sampingnya. Mereka berdua naik dan turun angkot bersama-sama, tetapi karena mood Liza yang tidak terlalu baik, mereka tidak bicara apapun sepanjang perjalanan. Randi yang bosan keusilannya tidak digubris sejak tadi memilih untuk bersiul sepanjang perjalanan.“Iya emang. Nggak boleh apa?” Tanya Randi menghentikan siulannya, kemudian memasukkan tangannya ke saku celana.“Nggak tahu.”“Eh, Ran. Di sana tadi itu tempat apa sih?”“Di sana di mana?”“Tadi pas persimpangan habis keluar dari jalan deket sekolah. Orang-orang di sana pada pake jas terus banyak bodyguard gitu.”“Oh itu. Biasaa, banyak hotel esek-esek di sana. Kamu masih bocil nggak usah kepo mau liat-liat.”“Dih sembarangan, siapa juga yang kepo.” Ujar Liza membantah ucapan Randi. “Lagian kamu

    Last Updated : 2021-06-10
  • Perbaiki Hidup Mama!   13

    ***Tidak ada hal yang benar-benar sempurna di dunia ini, tidak ada mungkin kecuali hanya Tuhan. Bahkan ketika ada seseorang yang memiliki wajah rupawan, tubuh yang bagus, tapi seringnya diberkahi dengan otak yang tidak lebih baik dari kebanyakan orang. Biasanya orang-orang normal hanya berputar di antara tiga itu saja, paling banyak punya dua kelebihan dengans satu kekurangan pelengkap. Ya meskipun ada yang kurang beruntung membawa dua atau bahkan ketiga kekurangan itu, sedang ada orang baik yang terlihat memiliki segalanya— latar belakang, lingkaran pertemanan, semuanya terlihat hebat. Tetapi bila benar begitu, maka ia cukup hebat dalam menyembunyikan kekurangannya.Hal yang sama juga terjadi kepada Liza, gadis yang sebelumnya adalah wanita dewasa dengan ingatan yang sama namun berpindah ke tubuh perempuan berusia lima belas tahun, harusnya dia menjadi sosok panutan yang kata-katanya dapat diikuti oleh bocah-bocah di sekitarnya. Hanya saja satu hal, gadis ini k

    Last Updated : 2021-06-11
  • Perbaiki Hidup Mama!   14

    ***Manusia yang hidup di dunia ini bergerak megikuti tujuannya masing-masing. Beberapa orang mungkin menggambarkan kehidupan dunia sebagai permainan peran dengan peta yang sangat besar. Tidak ada keharusan di mana kamu harus mengikuti objektif yang diberikan. Tidak ada tuntutan kamu harus menjadi raja, kepala negara, pekerja kantoran, pemadam kebakaran, pengangguran, orang biasa, orang jahat, bos suatu kelompok kriminal, atau apapun. Semua itu adalah pilihan dan kendalimu atas dirimu sendiri. Meskipun ada beberapa tatanan yang membantu menyusun dan mengatur kehidupan manusia dalam bentuk pedoman yang diyakini banyak pengikutnya.Berbuatlah kebaikan, hindarilah kejahatan, sederhananya begitu.Ya mungkin terkadang alam bawah sadar memberikan beberapa pengaruh di luar dari kontrol manusia sebagai pengguna dari permainan peran multi pemain raksasa ini.Orang yang tidak memiliki tujuan besar di hidupnya cenderung akan merasa bosan dan lelah sepanjang waktu. T

    Last Updated : 2021-06-12
  • Perbaiki Hidup Mama!   15

    ***Kemarin adalah hari pertama kelas tambahan, jam pelajaran ekstra yang kali ini ditujukan kepada siswa yang gagal pada ujian tengah semester. Liza terpaksa mengikuti kelas tambahan hari ini, selain karena dia tidak mau nilainya menjadi nol saat pengakumulasian skor nanti, klub sastra yang biasa diikutinya hari sabtu juga libur untuk sementara. Tetapi beda cerita dengan hari ini, hari minggu, akhir pekan yang biasanya benar-benar dinikmati dengan bersantai. Liza terpaksa harus masuk ke sekolah untuk mengejar remedial. Klub seni yang melakukan kegiatannya di hari minggu kali ini tidak libur, meskipun Liza meminta gurunya untuk memberinya remedial di hari sabtu kemarin, gurunya tetap menolak.“Soal-soalnya baru ibu selesaikan. Bahaya kalau kamu bocorkan nanti ke siswa yang lain.”“Buu, saya nggak sepicik itu ya ampun!”“Ya kan, siapa tahu.”Pagi ini Liza bangun dengan malas, sebal karena respon gurunya kemarin. S

    Last Updated : 2021-06-13

Latest chapter

  • Perbaiki Hidup Mama!   21

    ***Kembali ke realita, meskipun kilas balik yang kemarin terhitung kasar sebagai fiksi dan yang ini juga fiksi.Keseluruhan karya ini benar-benar hanya fiksi, tentunya.Liza baru saja mendengar cerita Gilang mengenai kencan pertamanya dengan Chaca. Gadis itu kemudian mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah."Za. Mau nebeng aja?""Kenapa, kak? Tumben?""Aku lagi ada keperluan di kampus sih.""Ooh.""Jadi gimana? Mau nggak?"Liza menimbang-nimbang soal tawaran Gilang. Tak ada salahnya ia menerima kebaikan kakaknya kali ini, toh ia juga bisa menyimpan ongkos berangkat pagi ini"Yaudah sana buruan. Mandi aja belum dasar kambing!""Yeuu bawel."***Ketika jam istirahat kedua selesai, Liza makan bertiga dengan Nabila dan Anggi di kantin."Kak Gilang baru ngedate yaa..."Gumam Liza sambil memainkan bekalnya dengan sendok, tanpa sadar kalau teman semejanya bisa mendengar gumamannya

  • Perbaiki Hidup Mama!   20

    ***“Aw!” Liza mengaduh karena tak sengaja menabrak Gilang pagi ini.“Mabok, po? Untung gelasku nggak jatuh.” Ucap Gilang sambil mengangkat gelasnya tinggi-tinggi.Liza mengusap dahinya, kemudian menggosok-gosok matanya.“Kenapa? Bulu mata jatuh? Jangan digosok-gosok gitu dong, elah.”Gilang memegang tangan Liza, menjauhkannya dari mata gadis itu, lalu meniupnya perlahan.“Apaan sih main sembur-sembur aja!”“Daripada matanya digosok-gosok gitu.”“Aku bukannya kelilipan gegara bulu mata.”Liza menyadari kalau dia sudah tidak begitu menjaga jarak dengan kakaknya. Tinggal serumah selama beberapa bulan ditambah fakta bahwa mereka berdua adalah saudara di dunia ini, membuat Liza terpaksa harus beradaptasi.“Terus? Masih pusing?”Liza mengangguk perlahan, kemudian berbalik dan menuju dispenser untuk mengambil segelas air.&

  • Perbaiki Hidup Mama!   19

    ***Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, saat di mana orang-orang sudah mulai kembali lagi beraktivitas setelah istirahat sejenak saat jeda senja tadi.“Kami pulang dulu, ya, Zaa!”“Tante, titip salam buat Liza nanti ya? Masih tidur tuh dia.”“Iyaa.”“Kebo tuh, emang.”Nabila dan Anggi pulang bersama dengan motor Anggi, mengikuti Gilang yang mengantar Chaca di depan. Mereka menyusuri jalanan hingga akhirnya sampai ke rumah Nabila dan Chaca.“Ya udah, ya, Bil! Sampai ketemu besok!” Ucap Anggi berlalu setelah menurunkan Nabila di depan pagar.“Aku masuk duluan, ya, Kak!”Nabila meninggalkan kakaknya Chaca dan Gilang, sepasang kekasih yang sedang berduaan di depan pagar rumah mereka. Chaca sudah turun dari motor, sementara Gilang sedang duduk menyamping ingin melihat Chaca masuk ke rumah sebelum ia pergi.“Gilang...”Wanita m

  • Perbaiki Hidup Mama!   18

    ***Di sebuah rumah kecil yang dulunya sempat hangat, hiduplah seorang anak bersama orang tuanya. Anak itu cukup jahil untuk ukuran gadis kecil yang masih bersekolah di taman kanak-kanak. Dia sering usil terhadap temannya, berkelahi dengan anak laki-laki, sukanya memanjat pohon, bermain pedang-pedangan, dan semacamnya. Pokoknya gambaran gadis feminin yang lekat dengan make up atau permainan memasak dan boneka benar-benar jauh darinya. Bahkan pagi ini, gadis itu baru saja dimarahi oleh Papanya karena sudah mengusili teman di kelasnya.“Rani. Kenapa kamu usilin Wawan?” Tanya Papanya mengintrograsi ketika mereka sudah sampai di rumah.“Dia nggak mau main sama aku.” Jawabnya sambil mengelayutkan tangannya di belakang, kemudian memutar kepalanya ke samping dan ke bawah.“Lihat Papa kalau kita lagi bicara!”“I-iya, Pa...”“Wawan kamu apain aja?”“Mainannya aku ambil...”

  • Perbaiki Hidup Mama!   17

    ***Tiiit.... tiiiiit.....Brmmm.... brmmmmm.....Suara klakson dan bunyi kendaraan yang saling berisik bersahutan memenuhi jalanan terminal. Keringat bercampur debu membuat kulit menjadi lengket dan gerah, ditambah lagi dengan keadaan sumpek dari hiruk piruk perkotaan. Keadaan ini seringkali memicu stress bagi orang yang baru saja sampai ke kota, urbanisasi, orang-orang yang berpindah ke daerah ramai dengan tujuannya masing-masing.Tetapi bagi mereka selama beberapa tahun tinggal di sana, bahkan tidur di samping perlintasan kereta api ketika besoknya adalah hari penting di mana seluruh karirmu dipertaruhkan, itu semua sudah biasa. Mungkin hanya mereka dengan hak-hak khusus bisa tinggal di mansion mahal atau sebuah kamar apartemen yang begitu luas untuk ditinggali sendiri.Tidak ada yang bisa benar-benar mengatur hidupmu, tidak ada yang bisa mengekang dirimu. Kau selalu bisa bersembunyi dibalik tameng pribadi yang kau ciptakan sendiri. Kau bisa saj

  • Perbaiki Hidup Mama!   16

    ***Goresan pensil dan suara lembaran kertas halus-halus mengisi keseriusan ruangan 10 x 8 meter itu. Meskipun pada awalnya terkesan antusias dan ramai, mereka ternyata cukup serius dalam melakukan kegiatan klubnya. Dua jam telah berlalu, akhirnya agenda dadakan menggambar itu selesai. Anak-anak yang tergabung sebagai anggota klub seni begitu bergembira dengan kedatangan Nathan sebagai model untuk mereka gambar.Tapi tidak dengan seorang gadis yang duduk di paling belakang itu, kertas besar yang disangga oleh sandaran kanvas miliknya sama sekali tidak tersentuh. Tidak ada guratan pensil atau bekas hapusan sama sekali, bersih seperti baru.「Padahal bisa difoto aja kan, sih?」Dengusnya dalam hati karena sebal, orang-orang itu begitu heboh karena seorang Nathan saja.「Memang apa spesialnya dia?」「Astaga, Zaaaa. Sadar. Dia calon ayahmu. Tanpanya kamu nggak bakal lahir di dunia ini. Kalau ada yang perlu disalahkan atas berbagai kesialan yang menimp

  • Perbaiki Hidup Mama!   15

    ***Kemarin adalah hari pertama kelas tambahan, jam pelajaran ekstra yang kali ini ditujukan kepada siswa yang gagal pada ujian tengah semester. Liza terpaksa mengikuti kelas tambahan hari ini, selain karena dia tidak mau nilainya menjadi nol saat pengakumulasian skor nanti, klub sastra yang biasa diikutinya hari sabtu juga libur untuk sementara. Tetapi beda cerita dengan hari ini, hari minggu, akhir pekan yang biasanya benar-benar dinikmati dengan bersantai. Liza terpaksa harus masuk ke sekolah untuk mengejar remedial. Klub seni yang melakukan kegiatannya di hari minggu kali ini tidak libur, meskipun Liza meminta gurunya untuk memberinya remedial di hari sabtu kemarin, gurunya tetap menolak.“Soal-soalnya baru ibu selesaikan. Bahaya kalau kamu bocorkan nanti ke siswa yang lain.”“Buu, saya nggak sepicik itu ya ampun!”“Ya kan, siapa tahu.”Pagi ini Liza bangun dengan malas, sebal karena respon gurunya kemarin. S

  • Perbaiki Hidup Mama!   14

    ***Manusia yang hidup di dunia ini bergerak megikuti tujuannya masing-masing. Beberapa orang mungkin menggambarkan kehidupan dunia sebagai permainan peran dengan peta yang sangat besar. Tidak ada keharusan di mana kamu harus mengikuti objektif yang diberikan. Tidak ada tuntutan kamu harus menjadi raja, kepala negara, pekerja kantoran, pemadam kebakaran, pengangguran, orang biasa, orang jahat, bos suatu kelompok kriminal, atau apapun. Semua itu adalah pilihan dan kendalimu atas dirimu sendiri. Meskipun ada beberapa tatanan yang membantu menyusun dan mengatur kehidupan manusia dalam bentuk pedoman yang diyakini banyak pengikutnya.Berbuatlah kebaikan, hindarilah kejahatan, sederhananya begitu.Ya mungkin terkadang alam bawah sadar memberikan beberapa pengaruh di luar dari kontrol manusia sebagai pengguna dari permainan peran multi pemain raksasa ini.Orang yang tidak memiliki tujuan besar di hidupnya cenderung akan merasa bosan dan lelah sepanjang waktu. T

  • Perbaiki Hidup Mama!   13

    ***Tidak ada hal yang benar-benar sempurna di dunia ini, tidak ada mungkin kecuali hanya Tuhan. Bahkan ketika ada seseorang yang memiliki wajah rupawan, tubuh yang bagus, tapi seringnya diberkahi dengan otak yang tidak lebih baik dari kebanyakan orang. Biasanya orang-orang normal hanya berputar di antara tiga itu saja, paling banyak punya dua kelebihan dengans satu kekurangan pelengkap. Ya meskipun ada yang kurang beruntung membawa dua atau bahkan ketiga kekurangan itu, sedang ada orang baik yang terlihat memiliki segalanya— latar belakang, lingkaran pertemanan, semuanya terlihat hebat. Tetapi bila benar begitu, maka ia cukup hebat dalam menyembunyikan kekurangannya.Hal yang sama juga terjadi kepada Liza, gadis yang sebelumnya adalah wanita dewasa dengan ingatan yang sama namun berpindah ke tubuh perempuan berusia lima belas tahun, harusnya dia menjadi sosok panutan yang kata-katanya dapat diikuti oleh bocah-bocah di sekitarnya. Hanya saja satu hal, gadis ini k

DMCA.com Protection Status