Melisa menggenggam handponenya dengan kuat, melihat berita yang kini tengah ramai membicarakan kasus pembunuhan lima tahun lalu.Setelah selesai memberitahu identitas Floryn kepada keluarga Morgan, Melisa memutuskan terbang ke Hawai untuk liburan dan menenangkan diri selama beberapa hari, berpikir bahwa kembalinya nanti dari tempat liburan, keluarga Morgan akan menghubunginya dan menyesali pembatalan pertungan Melisa dengan Alfred.Berharap bahwa kabar putusnya hubungan dia dan Alfred hanya akan menjadi berita miring semata dikalangan orang-orang kelas atas karena mereka akan kembali bersama dalam waktu dekat.Alih-alih disambut oleh sesuatu yang menyenangkan, kini justru Melisa geram oleh kenyataan yang tidak sesui dengan rencana. Dia telah tertinggal banyak berita mengenai keluarga Floryn dan kebenaran bahwa dia adalah seorang korban salah tangkap.Pupus sudah harapan Melisa yang ingin menjadi pahlawan untuk keluarga Morgan.Apa lagi yang harus Melisa lakukan untuk bisa mengambil
Alfred masih berdiri di sisi danau, sibuk dengan handponenya dan berbicara dengan seorang kenalan yang memberi kabar bahwa dia telah menemukan dokter yang Alfred cari. “Beri saya kepastian sekarang jika Anda sudah melihat catatan medisnya,” pinta Alfred dengan penuh harapan, Alfred tidak dapat menunggu karena dia akan mencari dokter lain yang bersedia untuk menolong Floryn secepatnya.“Kerusan sel saraf diotaknya memang tidak dapat disembuhkan kembali, saya juga tidak menjamin jika dia akan akan sembuh sepenuhnya, namun saya berjanji bisa membuat dia bertahan hidup melebihi satu tahun lamanya.”Alfred mengusap keningnya dengan penuh tekanan, satu tahun yang dijanjikan akan kehidupan Floryn sangatlah berharga untuk Alfred. “Apa Anda serius?”“Saya serius.”“Apakah sau tahun yang Anda janjikan akan menyakiti Flo dengan alat medis ditubuhnya?” tanya Alfred lagi.“Benar, dia akan mengenakan alat medis untuk menunjang hidupnya.”Alfred meringis sedih, dia sangat ingin Floryn terus panjan
“Apa yang harus aku lakukan agar kau lebih bahagia dari hari ini?” tanya Alfred degan nada bergetar seperti menahan kesedihan.Alfred putus asa dan merasa segala hal yang dia miliki menjadi tidak ada artinya lagi, dia sangat ingin melihat Floryn hidup lebih lama lagi, disisi lain dia benci memikirkan Floryn harus hidup dengan kesakitan yang lebih lama lagi karena alat medis yang terpasang ditubuhnya.Alfred mendesah frustasi, tidak tahu harus dengan cara apa sebenarnya dia malakukan sesuatu untuk Floryn. “Katakan padaku Flo, aku mohon, aku akan memberikan semua yang kau mau jika itu bisa membuatmu bahagia,” bisik Alfred.Kening Floryn mengerut samar, entah mengapa Alfred bertanya seolah dia masih memiliki banyak kekurangan dalam membahagiakan Floryn.Sepertinya Alfred tidak sadar, sesungguhnya hanya dengan menerima perlakuan baik dari orang-orang disekitar Floryn, dia sudah merasa begitu bahagia. “Kau tidak perlu berusaha lebih banyak lagi untuk membuatku bahagia Alfred. Ini semua su
Floryn duduk meringkuk di sisi danau tengah menjemur diri dengan pakaian baru, sementara Nara tengah mencuci buah yang baru dipetiknya lagi di danau.Tiga puluh menit sudah Floryn duduk, dengan sempurna dia menyembunyikan keadaannya dari Alfred hingga penglihatan dan ingatannya perlahan kembali. Floryn memeluk erat lututnya yang menekuk, kini dia tinggal menunggu waktu kakinya kembali mendapatkan kekuatan agar bisa berjalan.Wajah Floryn terangkat melihat matahari yang kini sudah menuju kea rah barat, perasaannya campur aduk memikirkan malam akan segera datang kurang dari lima jam lagi.Hari ini sangat luar biasa untuknya, namun Floryn khawatir menghadapi hari esok.Floryn takut dikalahkan oleh penyakitnya..Michael mengeliat terbangun dari bawah pohon apel, pria itu melirik Floryn yang tengah menjemur diri sambil memperhatikan Nara yang tengah bermain air, sementara Ali dan Roan masih senang menghabiskan waktu mereka ditengah danau dengan pemancing.“Kau sudah selesai bersenang-sen
“Flo, kau mau kemana?” tanya Julliet melihat Floryn keluar.Seluruh tubuh Florynn gemetar berdiri dalam ketegangan, kaki kecil berjalan dengan langkah yang berat dan napas tidak beraturan, pandangan mata Floryn tidak teralihkan pada sosok Kjanet yang kini berhenti berbicara begitu melihat kehadirannya.Kjanet mendekat dengan kebingungan sekaligus senang, gadis yang ingin dia temuinya kini berada dihadapannya.Floryn mendengus sedih, perasaannya campur aduk tidak karuan. Semakin jelas dia melihat sosok Kjanet, rasa sakit semakin kuat menusuk dadanya.Ini seperti mimpi untuknya.Ini bukan sebuah kebetulan yang bisa Floryn terima dengan sepenggal penjelasan. Bukan sebuah kebetulan yang bisa Floryn maklumi dan dia biarkan begitu saja.Didunia ini mungkin ada ribuan lelaki yang bernama Alfred. Tetapi, Alfred Morgan adalah satu-satunya orang yang memiliki hubungan dekat dengan Kjanet. “Flo,” panggil Kjanet dengan senyuman.Tangan Floryn terkepal kuat sampai buku jarinya memutih, matanya be
Satu persatu barang pribadi Emier telah dimasukan ke dalam beberapa koper. Sepanjang hari ini Emier berbenah karena harus segera pergi meski atasannya mengizinkannya untuk tetap tinggal sampai akhir tahun.Emier malu untuk menerima kebaikan yang diberikan negara setelah dia mempermalukan institusi tempatnya bekerja.Setelah melakukan konferensi pers untuk meminta maaf dan mengundurkan diri, Emier menyelesaikan tugas terakhirnya dengan melakukan tanda tangan pelepasan jabatan. Emier memilih pulang menggunakan taksi usai berpamitan pada Andy yang selama ini telah menjadi ajudannya lebih dari delapan tahun lamanya.Emier tidak peduli dengan apapun pandangan public sekarang kepada dirinya, satu-satunya hal yang kini Emier pikirkan adalah meminta maaf kembali kepada Floryn.Memang sudah terlambat untuk Emier menyesali perbuatannya, namun dia tidak ingin menyerah untuk memperbaikinya.Pandangan Emier mengedar melihat penjuru arah dengan napas yang sesak, kini semua barangnya sudah selesai d
Gelapnya malam yang pekat berbanding balik dengan gemerlap ibu kota, diatas ketinggian cahaya-cahaya bangunan dan gedung-degung masih terlihat.Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam..Floryn duduk meringkuk di kursi rotan, membiarkan jendela terbuka membawa angin yang menggoyangkan rambut panjangnya. Disisi Floryn masih ada Roan yang setia menunggu.Roan tidak dapat meninggalkan Floryn begiu saja dalam keadaan yang terlihat tidak sehat dan terguncang, beberapa kali Roan bisa mendengar rintihan kesakitannya. Roan sudah membujuknya untuk pergi ke rumah sakit, namun Floryn menolak untuk melakukannya.Sementara itu..Alfred masih berada di luar, menungu hati Floryn melunak dan berkenan untuk berbicara dengannya secara empat mata. Alfred bersikeras menolak tidak pergi meski beberapa kali Roan mengusirnya agar memberi Floryn waktu.Alfred duduk di anak tangga, termenung dalam diam dan bergumul dengan kesedihan dan perasaan bersalahnya yang sangat sulit untuk dia jelaskan. Roan menghel
Kaki Floryn gemetar berusaha kuat untuk tetap berdiri dengan tegak meski harus menumpukan tangannya di sisi meja. Pupil matanya gemetar melihat Alfred kedatangan Alfred yang memasuki rumah.Sakit hati kian mengguncang begitu Alfred berdiri dihadapannya. Semakin Floryn melihat wajahnya, samar-samar akhirnya dia ingat bahwa wajah lelaki itu memang adalah lelaki yang lima tahun lalu Floryn temui.“Flo,” bisik Alfred memanggil dengan napas berat, kakinya kembali bergerak memberanikan diri untuk sedikit lebih dekat dengan Floryn, “maafkan aku, aku telah membohongimu.”Floryn tersenyum masam.“Kau meminta maaf karena telah ketahuan, jika saja aku tidak tahu, mustahil kau meminta seperti ini,” jawab Floryn dengan suara bergetar.“Itu tidak benar.” Alfred menggeleng tidak membenarkan.Tangan Floryn terkepal kuat. “Jika itu tidak benar, apa artinya dua bulan yang telah kita lalui akhir-akhir ini? Ada begitu banyak hari yang bisa kau luangkan untuk mengakui kesalahanmu, tapi kau diam sebagai le