Ketenangan villa menyambut kedatangan Alfred yang kembali masuk. Mata Alfred bergerak lembut menyapu penjuru tempat yang sunyi, mencari keberadaan Floryn yang tidak terlihat.Melewati satu persatu anak tangga, Alfred memasuki kamar utama villa. Samar-samar dia mendengar gemercik air di kamar mandi, menandakan Floryn ada disana.Alfred menuangkan anggur pada gelas kosong, pria itu duduk disebuah kursi panjang menghadap jendela besar yang mengarah langsung pada ladang bunga yang kini tersapu oleh kuningnya matahari sore.Aroma pekat anggur, lebih intens Alfred rasakan ketika dia menyesapnya perlahan.Sepasang mata keemasan yang diteduhi oleh bulu mata panjang dan lentik itu terlihat kosong, pikiran Alfred berkelana memikirkan suatu hal yang tidak akan pernah bisa dia ungkapkan kepada siapapun.Alfred menginginkan perubahan, dan sepertinya perubahan hanya akan terjadi jika setelah dia menjadi pewaris sutuhnya dan mengambil semua keputusan penting, termasuk mengakhiri hubungannya dengan
Alfred tersenyum dengan kepuasan, tidak peduli apakah janji yang tidak tertulis itu akan dilanggar, selama Floryn selalu berada disisinya, Alfred akan terus mendorongnya untuk menjadi perempuan yang kuat.Floryn kembali meneguk anggur yang tersisa di gelas menyisakan pahit bercampur manis ditenggorokan.Sore telah tiba, cahayanya yang kekuningan semakin terang diupuk barat memantulkan warna yang menghangatkan diantara hamparan bunga-bunga yang bergoyang.Sekilas Floryn melirik Alfred melalui sudut matanya, memastikan jika suasana hati lelaki itu sedang baik. “Apa aku juga bisa bertanya sesuatu padamu?” tanya Floryn berhati-hati.“Katakan saja. Kau ingin tahu apa tentangku?” jawab Alfred berantusias.Floryn tidak langsung berbicara, dia mengambil botol anggur dan mengisi gelasnya yang sudah kosong. Beberapa hari terakhir ini dia mulai terbiasa dengan rasa pekat alcohol yang memiliki sensasi aneh yang membuatnya menjadi lebih relaks.Gerak-gerik Floryn tidak terlepas dari perhatian Alfr
Dengan mata setengah terpejam, bulu mata Floryn bergerak dengan berat melihat jendela kamar yang sudah gelap gulita. Dia tidak ingat sudah berapa lama tertidur setelah bercinta dengan Alfred. Seluruh tenaganya telah terkuras habis hingga membuatnya tidak memiliki kekuatan untuk bangun bergerak dan bersuara.Floryn tidak tahu apakah dia telah menyesal dengan keputusannya, atau justru mulai terlena menjadi pendosa. Bisikan lembut Alfred dan kata-kata manisnya saat bercinta masih terngiang diingatan.Floryn sudah tidak ingat apapun lagi pada saat itu, hasrat telah membakar akal sehat dan segala ketakutannya, dia terjebak dalam kesenangan yang baru dan asing.Jemari Alfred bertaut dengan jari-jarinya, dekapan yang lembut membawa kehangatan diantara suara angin malam yang berembus.Floryn kembali memejamkan matanya, tertidur lelap mengumpulkan tenaga karena besok dia harus kembali bekerja seperti biasa.Dikesunyian malam dan lelapnya tidur, Floryn tidak ingat ketika Alfred membasuh kedua
“Apa dia masih sakit?” pikir Piper meneliti cara berjalan Floryn yang terlihat aneh, sama persis seperti wanita renta yang sedang sakit pinggang. “Flo!” panggil Piper.Floryn tersenyum menghampirinya. “Selamat pagi Piper. Apa saya datang terlambat?” sapa Floryn.“Selamat pagi,” jawab Piper menggantung, matanya masih bergerak meneliti wajah Floryn yang terlihat sedikit pucat, lalu turun ke punggung tangannya yang kini sudah tidak terbalut perban menyisakan luka yang sudah mengering. “kau masih sakit Flo?”“Saya baik-baik saja.”“Apa kau yakin?” tanya Piper lagi memastikannya, dengan cepat Floryn mengangguk meyakinkan. “Pergilah sarapan, nanti datang ke ruanganku,” titah Piper.“Saya sudah sarapan.”Alis Piper sedikit bergerak terangkat, tidak seperti biasanya Floryn menolak sarapan padahal para pelayan menyukai kehadirannya yang selalu makan dengan lahap dan memakan apapun yang disuguhkan.Piper berdeham pelan, menutupi rasa penasarannya yang tidak berarti. “Hari ini nona Nara akan ke
Selepas sarapan bersama, Steve pergi membawa Nara terlebih dahulu, dengan mobil terpisah seperti biasa Nathalia pergi bersama dengan Floryn. “Sebaiknya kita berangkat sekarang sebelum tamu datang,” ucap Carissa memberitahu.“Tunggu sebentar,” jawab Alfred berdiri diambang pintu, dari kejauhan dia melihat Floryn kembali keluar dari mobil ibunya, gadis itu berlari menuju pintu belakang yang mengarah pada tangga. “Aku harus mengambil sesuatu yang tertinggal di kamar.” “Semua keperluan Anda sudah ada disini, Tuan Muda,” sahut Ali menunjukan tas kerja Alfred.“Memangnya kau tahu apa yang ingin aku ambil?” jawab Alfred ketus“Apa yang Anda butuhkan Tuan Muda, biar saya yang mengambilkannya untuk Anda,” tawar Piper dengan sopan dan niat yang baik.“Tidak perlu, aku bisa mengambilnya sendiri,” tolak Alfred segera pergi meninggalkan ketiga orang itu yang kini berdiri keheranan melihat Alfred berjalan menuju tangga, bukan lift.“Ada apa dengan tuan muda sebenarnya?” bisik Piper menatap khawat
Nara berdiri diantara anak-anak yang berlarian terlihat bersemangat berkenalan satu sama lainnya. Antusiasme tidak bisa Nara rasakan begitu dia menyadari bahwa didalam ruangan itu, hanya dirinya anak yang paling besar ari anak-anak lainnya.Bibir Nara terkatup rapat melengkung kebawah dengan mata berkaca-kaca menahan tangisan melihat Nathalia dan Steve kini melambaikan tangan didepan pintu, berpamitan pergi meninggalkannya di tempat asing sendirian.Nara tidak suka, dia tidak nyaman dengan tatapan bingung beberapa anak yang melihat kearahnya karena bergabung di taman kanak-kanak.Nara beranjak meninggalkan bangkunya, anak itu berlari mendekati jendela dan melihat Floryn tengah berdiri menunggu sambil berbicara dengan beberapa orang perawat lainnya yang tengah menunggu.Menyadari Nara tengah memperhatikannya, Floryn langsung mendekati jendela dengan senyuman lebar enggan menunjukan rasa iba yang hanya akan membuat Nara seperti sedang dikasihani karena kelemahannya yang kesulitan beri
Dibawah gerimis hujan yang turun, Floryn berjalan pergi meninggalkan kelas Nara setelah mendapatkan izin darinya. Dia harus pergi membeli beberapa buku dan permen kapas yang sudah dijanjikan.Dikeramaian, Floryn memilih untuk tidak melakukan banyak interaksi dengan perawat lainnya. Kekhawatiran masih tidak bisa hindarkan, takut masa lalunya akan ketahui oleh orang yang pernah melihatnya. Floryn tidak hanya harus menjaga dirinya sendiri, dia juga harus menjaga nama baik keluarga Morgan, terutama Nara baru membangun semangat dan rasa percaya dirinya lagi di sekolah.Floryn berjalan tergesa, mengingat dia tidak boleh menghabiskan terlalu banyak waktu diluar. “Ya Tuhan.” Floryn tersentak, refleks kakinya bergerak mundur dan menutup mulut dengan bekapan tangan.Betapa terkejutnya Floryn, melihat Nolan tengah berjalan disekitar halaman sambil melihat kepenjuru arah seperti sedang mencari sesuatu.Beruntung saja Floryn bisa langsung menyadari keberadaan lelaki itu. Perhatian Floryn terali
Mata Kurt terbelalak merasakan udara disekitarnya menghilang menyisakan kehampaan yang menyesakan. Kurt menatap getir surat perceraian pemberian Daia. Tindakan isterinya yang selama ini diam dan tenang seolah tidak peduli dengan apapun yang Kurt lakukan kini telah berhasil mengejutkannya dengan langkah yang idak terduga.Tidak pernah sedikitpun terlintas dalam benak Kurt bahwa isterinya akan melayangkan surat cerai padanya.“Sayang, kau jangan bercanda,” bisik Kurt menggeleng sedih. “aku mohon jangan gegabah seperti ini, sebaiknya kita bicarakan masalah ini di rumah dengan kepala dingin.”“Enak saja kau bilang jangan gegabah, sementara kau sendiri dengan tenangnya tanpa berpikir dua kali berselingkuh.”“Aku tidak mau bercerai! Aku mau menua bersama denganmu. Maafkan aku, aku mohon beri aku kesempatan,” bisik Kurt memohon hingga matanya berkaca-kaca penuh penyesalan.“Aku sudah memberimu kesempatan sejak kau ketahuan selingkuh untuk yang pertama kalinya,” jawab Daia dengan tegas.“Aku