Di depan pintu ruangan Alfred, Rachel berdiri dengan bibir menekuk kecewa. Hari ini keberuntungan tidak berpihak padanya lagi, setelah bertemu dengan Daia, perasaan Rachel menjadi tidak begitu baik sampai pada akhirnya Kurt terjatuh pingsan dan dilarikan ke rumah sakit.Pria tua itu mendadak drop setelah ditemui oleh isterinya.Rachel yang semakin khawatir mendadak senang begitu mendapatkan kesempatan menggantikan Kurt untuk menemui Alfred Morgan untuk mengantarkan laporan.Rachel sangat berantusias, dia sampai pergi ke toilet terlebih dahulu untuk memperbaiki riasan dan mengatur ekspresi di wajahnya agar lelaki yang selama ini dia kagumi itu memiliki kesan baik padanya.Seperti apa yang Rachel harapkan, Alfred Morgan yang dia temui di ruangannya terlihat begitu tampan dan menyilaukan. Rachel terpesona, dia tidak dapat mengalihkan pandangannya dari sosoknya yang berkarisma.Rachel tersipu malu, setiap langkah yang dia ambil begitu mendebarkan membayangkan jika dia benar-benar bisa men
“Kenapa dia berphoto seperti ini,” tawa Alfred, terhibur oleh wajah kaku Floryn yang berdiri seperti patung dengan permen kapas ditangannya, ekspresnya sama persis seperti wajah tertekan Nara ketika menghadapi hal-hal asing untuknya.Alfred terpaksa harus melakukan zoom dan memotongnya agar wajah Floryn dapat dia lihat lebih dekat.Kesenangan Alfred terpecah begitu dia ingat ada seseorang yang tengah menunggu di depan ruangannya. Alfred melakukan panggilan pada seseorang yang berada diluar, memerintahkan Rachel untuk kembali masuk ke dalam.Tidak berapa lama, Rachel pun kembali muncul di ruangan Alfred.Senyuman cerah hilang dalam sekejap, pria itu kembali menjadi dingin dan tidak terbaca saat melihat wajah wanita itu..Wajah yang akan Alfred ingat karena beberapa alasan.Dia adalah perempuan yang dulu berbicara mewakili Emier didepan media. Dengan berderai air mata dia terus menyeruakan keadilan, memperjuangkan hak yang telah direnggut dari Abra, adik kandungnya yang telah meninggal
Emier menurunkan topi dinasnya begitu melihat Erika tengah bermain bersama dengan Nolan di halaman rumah, pria paruh baya itu tersenyum penuh kelegaan akhirnya bisa kembali pulang lebih cepat karena bergabung dengan pesawat militer.Menyadari kedatangan ayahnya, anak itu berlari menghampiri Emier dan melompat kedalam pelukan.Emier tersenyum semakin lebar, memeluk Erika dengan erat dan mengecup kedua pipinya bergantian melepas kerinduannya setelah beberapa hari pergi meninggalkan keluarganya. “Bagaimana dengan sekolahmu? Apa kau menikmatinya?” tanya Emier.“Menyenangkan Ayah, aku ingin kembali sekolah besok, Ayah mengantarku kan?” jawab Erika dengan tawa riang.Senyuman Emier memudar, dia terpaku dan tenggelam dalam sebuah kenangan yang tiba-tiba muncul diingatannya. Kenangan empat belas tahun yang lalu ketika Floryn memasuki hari pertamanya sekolah.Emier yang masih belum memiliki jabatan harus segera pergi karena panggilan tugas penting dan Rafaela harus pergi mengajar, sementara
Gerbang besar kediaman keluarga Morgan terbuka lebar mengantar kepergian Floryn yang melangkah keluar hendak pulang.Mata Floryn memicing, gadis itu melihat keberadaan Roan tengah berdiri diatas motornya tanpa mengenakan pakaian kerja. Roan telah menunggu Floryn sejak setengah jam yang lalu begitu tahu kabar dari Piper mengenai jam pulangnya bekerja.“Roan!” panggil Floryn menghampiri.Suatu keberuntungan, kepala Floryn sedang berdenyut sakit dan tidak memiiki banyak tenaga untuk pulang dengan skateboardnya.“Kau menungguku?” tanya Floryn lagi dengan senyuman, tidak mempedulikan Roan yang berdecak pinggang terlihat marah. “Aku mencarimu sejak kemarin, kau juga tidak ada tadi pagi. Kau kemana saja? Kenapa tidak ada dirumah? Handponemu juga tidak dapat dihubungi, aku pikir telah terjadi sesuatu padamu,” jawab Roan dengan setumpuk omeln marahnya. Roan sangat takut telah terjadi sesuatu hal yang buruk kepada Floryn mengingat gadis itu memiliki keluarga untuk menjadi tempat berlindung
Emier menggeleng mengenyahkan pikiran buruk yang tiba-tiba muncul dikepalanya. Tidak mungkin Issabel mengkhianatinya! Selama ini hubungan mereka berdua baik-baik saja dan Emier telah mencukupi semua yang Issabel inginkan meski terkadang mereka berdua masih sering cek-cok karena kebiasaan Issabel yang masih suka berjudi hingga sempat terlilit hutang.Sudah sepuluh tahun mereka berdua menikah, itu bukanlah waktu yang singkat.Tidak mungkin Issabel mengorbankan pernikahannya dengan Emier yang berjalan hampir sepuluh tahun lamanya untuk sebuah perselingkuhan.Itu mustahil!Tetapi..Dulu Emier juga mengkhianati Rafaela setelah menikahinya belasan tahun demi Isasbel, rumah tangga Emier dan Rafaela juga harmonis, namun tidak menutup kemungkinan Emier untuk tetap berselingkuh dengan Issabel yang lebih menggairahkannya sementara Rafaela terlalu sibuk bekerja.Emier mengkhianati Rafaela karena alasan yang sepele. Rafaela terlalu mandiri dan memiliki penghasilan yang lebih besar darinya, Emier
“Aku ke toilet dulu,” pamit Rachel beranjak dari duduknya setelah mengetahui Floryn pergi meninggalkan meja sekitar satu menit yang lalu.“Aku tidak mau Rachel mengganggunya di tempat umum seperti ini, kau harus memperingatkannya agar bertindak hati-hati,” nasihat Emier bisa langsung memahami kemana perginya Rachel saat ini.Issabel mendengus tidak suka. “Biarkan saja, Rachel sudah dewasa.”“Justru karena Rachel sudah dewasa, dia harus berpikir dua kali disetiap tindakannya.”“Kenapa kau berbicara seperti sedang membela pembunuh itu?” bisik Issabel dengan geraman. “Wajar saja jika Rachel mengganggu, mantan putri kesayanganmu itu telah membunuh adik Rachel!”“Justru karena dia pembunuh, aku tidak ingin siapapun tahu anak itu pernah menjadi bagian dari keluarg kita,” jawab Emier penuh tekanan.“Aku tidak peduli Emier! Selama anak itu masih berada disekitar kita, aku dan Rachel akan tetap mengganggunya sampai dia pergi. Rasa sakit hatiku tidak akan pernah sebanding dengan kematian Abdra
Floryn menyusut sisi lehernya yang tergores, gadis itu menatap cermin melihat ada lebam di dekat matanya akibat pukulan Rachel. Floryn menyisir rambutnya yang berantakan, beberapa kali mengatur napas sebelum memutuskan pergi keluar toilet meninggalkan Rachel yang kini berusaha bangun tidak tahu harus membereskan dirinya dari mana.Rachel masih shock, kejadian yang dialaminya berjalan begitu cepat tidak terduga, semua kekasaran Floryn sangat mengejutkan. Kini Rachel tahu, mengapa Dany bisa sampai harus kehilangan kakinya karena Floryn.Floryn telah berubah, dia menjadi lebih kejam dan tidak lagi sepolos dulu.Saat akan kembali ke ruangan makan, tidak sengaja Floryn berpapasan dengan Issabel yang datang menyusul hendak ke toilet karena putrinya pergi terlalu lama.Pertemuan diruang sepi itu menciptakan ketegangan yang kuat, keduanya saling menatap seakan sedang mengukur kemampuan masing-masing.Perasaan Issabel mendadak tidak begitu baik melihat wajah berantakan Floryn sementara Rachel
“Angkat tanganmu! Jangan bergerak!”“Flo, ada apa ini?” bisik Roan kebingungan, dia tidak mengerti mengapa Emier sampai menodongkan senjata seakan Floryn telah berbuat kesalahan yang fatal. Disisi lain, Floryn yang berdiri dalam ketenangan sangat meyakinkan Roan jika gadis itu tidak melakukan hal buruk apapun.“Aku tidak apa-apa Roan, ini tidak akan berlangsung lama,” jawab Floryn menenangkan.“Tiarap ditempat!” titah Emier seraya mendekat dan terus menodongkan senjatanya, “kau ditangkap atas tindak kekerasan dan percobaan pembunuhan!” geram Emier marah.Roan terperangah kaget mendengar ucapan Emier, sontak saja dia menghalangi Floryn agar berdiri di belakang punggungnya. “Anda tidak bisa menangkap seseorang begitu saja tanpa bukti jika dia melakukan tindak pidana Pak.”“Dia sudah melukai putriku hingga wajahnya babak belur, apa itu bukan bukti?” jawab Emier menggeram penuh tekanan.“Apa ada saksi jika Flo yang memulai duluan dalam pemukulan? Flo juga terluka, Anda tidak bisa menangka