Emier menggeleng mengenyahkan pikiran buruk yang tiba-tiba muncul dikepalanya. Tidak mungkin Issabel mengkhianatinya! Selama ini hubungan mereka berdua baik-baik saja dan Emier telah mencukupi semua yang Issabel inginkan meski terkadang mereka berdua masih sering cek-cok karena kebiasaan Issabel yang masih suka berjudi hingga sempat terlilit hutang.Sudah sepuluh tahun mereka berdua menikah, itu bukanlah waktu yang singkat.Tidak mungkin Issabel mengorbankan pernikahannya dengan Emier yang berjalan hampir sepuluh tahun lamanya untuk sebuah perselingkuhan.Itu mustahil!Tetapi..Dulu Emier juga mengkhianati Rafaela setelah menikahinya belasan tahun demi Isasbel, rumah tangga Emier dan Rafaela juga harmonis, namun tidak menutup kemungkinan Emier untuk tetap berselingkuh dengan Issabel yang lebih menggairahkannya sementara Rafaela terlalu sibuk bekerja.Emier mengkhianati Rafaela karena alasan yang sepele. Rafaela terlalu mandiri dan memiliki penghasilan yang lebih besar darinya, Emier
“Aku ke toilet dulu,” pamit Rachel beranjak dari duduknya setelah mengetahui Floryn pergi meninggalkan meja sekitar satu menit yang lalu.“Aku tidak mau Rachel mengganggunya di tempat umum seperti ini, kau harus memperingatkannya agar bertindak hati-hati,” nasihat Emier bisa langsung memahami kemana perginya Rachel saat ini.Issabel mendengus tidak suka. “Biarkan saja, Rachel sudah dewasa.”“Justru karena Rachel sudah dewasa, dia harus berpikir dua kali disetiap tindakannya.”“Kenapa kau berbicara seperti sedang membela pembunuh itu?” bisik Issabel dengan geraman. “Wajar saja jika Rachel mengganggu, mantan putri kesayanganmu itu telah membunuh adik Rachel!”“Justru karena dia pembunuh, aku tidak ingin siapapun tahu anak itu pernah menjadi bagian dari keluarg kita,” jawab Emier penuh tekanan.“Aku tidak peduli Emier! Selama anak itu masih berada disekitar kita, aku dan Rachel akan tetap mengganggunya sampai dia pergi. Rasa sakit hatiku tidak akan pernah sebanding dengan kematian Abdra
Floryn menyusut sisi lehernya yang tergores, gadis itu menatap cermin melihat ada lebam di dekat matanya akibat pukulan Rachel. Floryn menyisir rambutnya yang berantakan, beberapa kali mengatur napas sebelum memutuskan pergi keluar toilet meninggalkan Rachel yang kini berusaha bangun tidak tahu harus membereskan dirinya dari mana.Rachel masih shock, kejadian yang dialaminya berjalan begitu cepat tidak terduga, semua kekasaran Floryn sangat mengejutkan. Kini Rachel tahu, mengapa Dany bisa sampai harus kehilangan kakinya karena Floryn.Floryn telah berubah, dia menjadi lebih kejam dan tidak lagi sepolos dulu.Saat akan kembali ke ruangan makan, tidak sengaja Floryn berpapasan dengan Issabel yang datang menyusul hendak ke toilet karena putrinya pergi terlalu lama.Pertemuan diruang sepi itu menciptakan ketegangan yang kuat, keduanya saling menatap seakan sedang mengukur kemampuan masing-masing.Perasaan Issabel mendadak tidak begitu baik melihat wajah berantakan Floryn sementara Rachel
“Angkat tanganmu! Jangan bergerak!”“Flo, ada apa ini?” bisik Roan kebingungan, dia tidak mengerti mengapa Emier sampai menodongkan senjata seakan Floryn telah berbuat kesalahan yang fatal. Disisi lain, Floryn yang berdiri dalam ketenangan sangat meyakinkan Roan jika gadis itu tidak melakukan hal buruk apapun.“Aku tidak apa-apa Roan, ini tidak akan berlangsung lama,” jawab Floryn menenangkan.“Tiarap ditempat!” titah Emier seraya mendekat dan terus menodongkan senjatanya, “kau ditangkap atas tindak kekerasan dan percobaan pembunuhan!” geram Emier marah.Roan terperangah kaget mendengar ucapan Emier, sontak saja dia menghalangi Floryn agar berdiri di belakang punggungnya. “Anda tidak bisa menangkap seseorang begitu saja tanpa bukti jika dia melakukan tindak pidana Pak.”“Dia sudah melukai putriku hingga wajahnya babak belur, apa itu bukan bukti?” jawab Emier menggeram penuh tekanan.“Apa ada saksi jika Flo yang memulai duluan dalam pemukulan? Flo juga terluka, Anda tidak bisa menangka
Emier mengusap keningnya dengan pijatan, amarah dan kekhawatiran begitu jelas dimatanya melihat Rachel kini terbaring dengan wajah babak belur, ada luka yang cukup dalam dibagian tulang rahangnya yang mungkin saja harus mendapatkan satu jahitan.Keadaan Rachel cukup parah.Issabel begitu panik, begitupun dengan Rachel yang berbicara sumpah serapah mengutuk perbuatan kejam Floryn, dia terus menangis mengkhawatirkan wajahnya kini akan menjadi rusak. Mereka tidak menerima perbuatan jahat Floryn.Anehnya, mengapa mereka berdua kompak tidak setuju untuk membawanya ke ranah hukum padahal akan sangat mudah menjerat Floryn dan kembali memasukannya ke dalam penjara.Anehnya, Rachel tidak melakukan hal itu, untuk melakukan visumpun tidak melakukannya sama sekali.Sekalipun Rachel yang salah karena telah menyerang duluan, Rachel tetap diuntungkan karena dia yang paling mendapatkan banyak kerugian dan Floryn seorang mantan narapidana yang baru bebas satu bulan.Emier semakin merasakan ada sesuatu
Emier berjalan dengan hati bimbang, pikirannya berkelana terjebak dalam banyak pertanyaan yang semakin tidak dia mengerti apa jawabannya.Emier masih tidak memahami jalan pikiran Issabel dan Rachel, semakin keras mereka berusaha memberi alasan, justru Emier menjadi semakin penasaran dan curiga.Membawa kembali Floryn kebalik jeruji tanpa diketahui media adalah hal yang mudah, Emier hanya perlu memerintahkan pihak berwenangan melakukan tugas mereka secara rahasia dan masalah akan beres, lalu Floryn akan berhenti berkeliaran mengotori kehidupan keluarga Emier yang kini telah berbahagia.Emier hanya menginginkan keluarganya baik-baik saja, cukup dulu dia tidak mampu menjaga Abra, dia tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama dan berakhir di tangan yang sama.Emier mengusap wajahnya dengan kasar. “Mengapa semua hal yang berurusan dengan anak sialan itu selalu tentang hal yang buruk mengganggu kehidupanku,” geram Emier memaki.Langkah Emier memelan begitu tidak sengaja melihat Floryn sed
Emier kembali ke dalam ruangan tempat dimana Rachel tengah dirawat ipan. Dokter menyarankan agar Rachel dirawat semalam karena kondisinya yang tidak begitu baik.Kali ini Emier tidak banyak berbicara dan bertanya sesuatu, segala kecurigaan yang semakin membesar akhirnya dia simpan dalam diam. Tidak ada gunanya untuk mendesak, Emier harus mencari tahu sendiri jawabannya. “Ayah pulang saja, bukankah besok harus pergi bekerja? Biar Ibu yang menemaniku disini. Aku tidak ingin membebani Ayah,” ucap Rachel terdengar cukup tulus tanpa menunjukan tanda-tanda bahwa dia mengusir.“Ayah akan menemanimu Rachel. Ini bukan masalah yang besar,” jawab Emier.Issabel dan Rachel saling melempar pandangan mata, mengisyaratkan jika memang Emier harus pergi karena ada urusan penting yang harus mereka selesaikan.“Rachel benar Emier. Sebaiknya kau pulang karena Erika sendirian di rumah, dia pasti menangis mencariku,” kata Issabel mempengaruhi.Pada akhirnya Emier mengangguk setuju dan segera beranjak dari
Di dalam kamar pribadinya, Emier tengah membuka sebuah tas yang sengaja dia pesan dari bawahannya. Ketidak beradaan Issabel membuatnya menjadi leluasa untuk mencari tahu banyak hal yang selama ini tidak pernah dia lakukan. Emier menelusuri setiap sudut kamar tanpa celah, dia meletakan beberapa buah kamera kecil disudut tempat bersama dengan alat perekam di dalam tas yang paling sering Issabel gunakan setiap kali bepergian.Emier tidak ingin menduga-duga dengan perasaan gelisah, dia harus memastikan segalanya agar kehidupan keluarganya kembali harmonis.Kecurigaan Emier memuncak begitu dia menemukan dua buah rekening pribadi atas nama assistant rumah tangga dikediamannya. Buku rekening itu disimpan di bawah tumpukan pakaian seperti sengaja disembunyikan.Dan betapa terkejutnya Emier saat dia melihat isi di dalam rekening itu, terdapat beberapa catatan transaksi besar untuk membayar apartement, transaksi di kasino hingga uang masuk ke dalam rekening Nolan, dan lebih mengejutkannya lagi
Samantha menghisap cerutunya dalam-dalam, wanita itu segera duduk dikursinya menghadap Roan yang telah cukup lama menunggu diruangannya.“Ada apa? Tidak seperti biasanya kau datang ke rumah bordilku,” tanya Samantha dengan suara serak.“Bagaimana kabarmu Samantha?”“Seperti yang kau lihat, selalu berjalan biasa seperti ini.”Seperti apa yang Roan lakukan sebelumnya, dia mengeluarkan sebuah amplop dari jaketnya dan meletakannya di meja kerja Samantha. “Aku ingin menyampaikan titipan dari Flo.”Samantha sempat terdiam melihat amplop diatas mejanya, sampai akhirnya dia bertanya. “Titipan apa?”“Bukalah.”Samantha meninggalkan cerutunya di asbak dan mengambil amplop itu, mengeluarkan selembar cek berisi dua juta dollar.Samantha terperangah kaget sampai tangannya gemetar memegang uang sangat banyak. “Apa maksudnya ini? Jangan bermain-main denganku jika ini tentang uang,” bisik Samantha dengan suara bergetar.Tubuh Roan menegak. “Itu adalah uang hasil dari tuntutan Flo pada kepolisian. Fl
Kabar kematian Floryn tersebar luas kepada banyak orang, kasus pembunuhan dan scenario pembohongan besar yang telah dilakukan Rachel memantik banyak berhatian public untuk ikut turun tangan menuntut keadilan untuknya. Public menuntut untuk hukuman berat kepada Rachel karena dia bertanggung jawab penuh atas kematian Abra dan juga penyebab kematian Floryn. Kabar kematian Floryn akhirnya sampai ditelinga Rachel, alih-alih merasa senang orang yang paling dibencinya telah tiada, justru Rachel mulai dibayangi oleh ketakutan akan hukuman yang semakin berat harus dia jalani didepan mata. Selama dua bulan di dalam penjara, keadaan Rachel terlihat semakin mengkhawatirkan karena dia dikurung dalam ruang isolasi sendirian, dia mengalami delusi parah hingga harus mendapatkan obat penenang. Beberapa kali dia kedapatan hendak melakukan percobaan bunuh diri karena tidak kuat menghadapi tekanan yang begitu menyiksanya. Kenekatan Rachel yang mulai parah membuat kedua tangannya dan kakinya perlu
Semua orang berjalan di hamparan rumput yang hijau dan subur, melangkah di bawah sinar matahari sore yang mulai kekuningan, suara hembusan angin terdengar dikesunyian yang mencekam, daun-daun yang berguguran ketanah seperti tengah bercerita tentang apa yang kini tengah terjadi pada segerombolan kecil orang yang membawa jenazah Floryn menuju tempat peristirahatan terakhirnya.Orang-orang berpakaian putih membawa bunga mawar merah tidak menunjukan tanda-tanda sedang berduka meski pada kenyataannya, ada hujan air mata yang tidak bisa dihentikan seiring dengan langkah yang kian dekat pada tempat dimana Floryn akan dimakamkan.Emier membekap mulutnya dengan kuat, melangkah tertatih kehilangan banyak tenaganya. Dia sudah tidak mampu lagi menampung kesedihannya hari ini, jauh lebih baik jika Emier sakit karena sekarat dibandingkan harus sakit karena penyesalan atas kepergian putrinya.Bahu Emier gemetar, lelaki paruh baya itu membungkuk tidak mampu melanjutkan perjalananya yang tinggal sedik
Roan duduk sendirian di kamar tempat terakhir Floryn terbaring tadi malam, pria itu tengah menangis mengenakan pakaian putih yang beberapa jam lalu baru dibelinya. Suara rintihan pria itu terdengar, Roan tahu jika pada akhirnya ini semua akan terjadi, namun dia tidak pernah membayangkan jika rasa sakitnya sangat begitu menyiksa sampai membuatnya ingin berteriak sekencang mungkin.Roan tidak pernah menyangka jika perayaan kesembuhan yang telah Floryn ucapkan kepadanya beberapa jam lalu adalah sebuah perpisahan.Roan mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air mata, dengan langka gontainya pria itu berjalan melewati pintu, melihat Floryn yang terbaring dalam keadaan cantik dan tenang.Roan mendekat dengan putus asa, sebanyak apapun dia menangis, hal itu tidak mampu meradakan kesedihan dan sakit yang tengah bersarang didalam dadanya.Roan tahu, ini adalah jalan terbaik untuk Floryn. Tapi tidak untuk orang-orang disekitarnya yang kini harus belajar mengkihlaskan kepergiannya.Tangan Roan
Air mata Julliet terus berjatuhan membasahi punggung tangannya yang bersarung tangan. Dia dan Samantha tengah membantu mengenakan baju Floryn, memengakan sebuah gaun cantik yang telah Floryn beli dari toko satu jam sebelum kematiannya. “Aku tidak bisa melakukan ini Bibi,” isak Julliet mengusap wajahnya dengan kasar, dia sudah bertahan sekuat tenaga, namun setiap kali dia melihat wajah Floryn, tangisannya selalu terpecah.Julliet masih tidak menyangka jika Floryn akan berakhir seperti ini.Baru beberapa jam yang lalu mereka berbicara sambil menunggu pagi datang, Julliet masih bisa melihat senyumannya yang cantik, suara tawanya yang lembut, bahkan Julliet sempat menggoda Floryn bahwa dia akan mempersiapkan gaun pernikahan sederhananya dengan Alfred.Julliet sama sekali tidak pernah berbikir bahwa gaun yang dibeli Floryn akan digunakan untuk hari terakhirnya.Apakah ini alasan Floryn meminta Julliet untuk tinggal dirumah neneknya? Apakah ini maksud dari Floryn yang telah mengatakan bah
Langit yang cerah berkabut terhalang oleh air mata. “Roan cepatlah!” teriak Alfred memeluk erat Floryn dengan gemetar, memaksa Roan untuk berkendara lebih cepat meninggalkan toko Luwis.Pikiran Alfred berubah kacau, jantuntungnya berdegup begitu kencang merenggut sebagian kekuatannya karena ketakutannya akan keadaan Floryn semakin tidak baik.“Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang juga, aku mohon cepatlah!” pinta Alfred penuh permohonan.“Aku sudah berusaha secepat mungkin! Flo bertahanlah, kau akan baik-baik saja,” ucap Roan terdengar getir.Bulu mata Floryn bergerak pelan, kesadarannya yang terenggut telah kembali. Samar-samar Floryn melihat wajah Alfred yang kini tengah menangis, memeluk dalam pangkuan.Ada sakit yang cukup kuat disetiap denyut urat nadinya, kepala Floryn diletupi oleh sesuatu yang tidak dia mengerti. Jika ditanya apakah sakit? Sangat sakit, ini adalah sesuatu yang paling sakit diterima tubuhnya, namun Floryn tidak ingin meringis ataaupun menangis, dia ha
Pagi ini matahari cukup cerah dan hangat, mengurangi cuaca dingin dari musim gugur yang masih berlangsung.Floryn duduk disisi ranjang tengah diperiksa oleh dokter untuk memastikan keadaannya sebelum pergi keluar rumah.Ditengah ketenangannya, Floryn diam-diam memperhatikan Alfred yang tengah bersiap-siap. Pagi ini Floryn bisa mendengar suara rengekan Alfred kepada Ali karena tidak terbiasa menggunakan kamar mandi kecil, mendengar rengekannya karena tidak memiliki sarapan yang bergizi.Suara rengekan itu cukup menghibur Floryn yang berada di kamar, pasalnya Alfred tidak mengeluhkan apapun saat berada dihadapan Floryn, dia bersikap sebagai lelaki gantleman. Lucunya saat bersama Ali, Alfred akan mengeong seperti kucing rumahan.“Bagaimana keadaannya?” tanya Roan.“Keadaannya membaik, beliau bisa pergi,” jawab Edith tersenyum lembut menyembunyikan ada kegetiran dimatanya. “jangan lupa membawa kursi roda untuk berjaga-jaga.”Roan tersenyum penuh kelegaan, pria itu sempat mendekati Floryn
Malam yang dingin begitu sunyi, jam sudah menunjukan pukul dua malam dan semua orang tengah tertidur lelah mengistirahatkan diri ditenda-tenda yang sudah dibangun, tungku perapian dari arang dan kayu masih menyala menyebarkan kehangatan.Di dalam rumah, Floryn bergerak gelisah, seluruh tubuhnya kembali sakit dan sesak meski alat bantu pernapasan terpasang dihidungnya. Floryn diserang oleh mimpi aneh yang tidak jelas, sekuat tenaga dia berusaha untuk bangun dan sadar.Floryn tersentak membuka matanya seketika, bibirnya terbuka bernapas dengan kasar tidak beraturan, seluruh tubuhnya kembali tidak dapat digerakan, sekuat apapun Floryn berusaha, dia tidak dapat melakukannya bahkan sekadar untuk menggerakan jarinya.Semakin sering penyakit itu datang, semakin banyak kemampuan tubuh Floryn yang terenggut.Butuh waktu yang cukup lama untuk Floryn mendapatkan ketenangan, melihat keberadaan Alfred yang tengah tertidur duduk di kursi rotan. Sejak kemarin Alfred tidak mendapatkan waktu beristi
Roan berdiri di ambang pintu, memperhatikan Alfred yang masih tidak beranjak meninggalkan Floryn, pria itu tengah memijat tangan Floryn yang masih kesulitan untuk digerakan. Sejak kembali sadar, bahkan Floryn belum berbicara sepatah katapun.Tampaknya setelah ditinggalkan Floryn dimalam itu, Alfred mulai takut untuk meninggalkan Floryn dari jangkauan matanya.Roan mengetuk daun pintu sepelan mungkin. “Izinkan aku berbicara dengan Flo. Hanya berdua,” pinta Roan.Dengan berat hati Alfred beranjak pergi memberi ruang.Roan mendekat dengan penuh kehati-hatian, matanya bertemu dengan sepasang mata Floryn yang memandanginya dengan lekat tanpa berbicara sepatah katapun. Dokter bilang jika penyakit Floryn sudah mengganggu ingatannya, karena itulah kini Floryn pikiran Floryn sedang melayang tersesat.Roan tersenyum dan duduk bersimpuh di lantai agar bisa mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Floryn.“Flo,” panggil Roan.Bola mata Floryn bergerak kesisi melihat Roan melalui sudut matanya.“Apa s